Yuri dan Ivona mengunjungi apartemen Yoshiro sepulang mereka dari kantor. Yuri sendiri saja sebenarnya sudah cukup untuk menyerahkan dokumen target selanjutnya yang harus ditangkap oleh Yoshiro. Namun Ivona meminta untuk ikut, ingin memeriksa seperti apakah isi dalam apartemen yang ia berikan pada Yoshiro.
Ivona dan Yuri tidak perlu mengetuk pintu. Mereka memiliki kartu akses apartemen itu. Sehingga bisa masuk ke dalam area apartemen dan membuka unit apartemen sesuka hati mereka.Mereka mendapati Yoshiro yang sedang duduk di bawah sofa. Dengan sebuah panci dan mangkok berisikan bubur hangat di meja kecil yang ada di depannya."Sebenarnya apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Yuri melepaskan sepatunya."Aku baru saja selesai memasak dan baru mau memakannya," balas Yoshiro berdiri untuk menyambut kedatangan Yuri dan Ivona."Apakah kamu memang terbiasa memasak?" tanya Ivona duduk di atas sofa."Saya pernah bekerja paruh waktu di sebuIvona terbangun di tengah malam. Pandangan pertamanya tertuju pada televisi. Dan ia merasa aneh karena televisi di rumahnya lebih besar dari televisi itu. Sampai ia mencoba melihat ke sekitar dan mengingat bahwa ia tertidur setelah memakan bubur buatan Yoshiro.Ia masih berada di apartemen Yoshiro. Tertidur di sofa. Sedangkan Yuri juga tertidur di karpet bulu. Dengan bagian tubuh bersandar pada sofa yang digunakan oleh Ivona.Ivona mengubah posisi menjadi posisi duduk. Dan melihat Yoshiro yang sedang belajar di meja makan. Dengan meja yang penuh dengan buku. Laki-laki itu tidak menyadari bahwa Ivona sudah bangun, sampai Ivona berdiri."Apakah Anda ingin minum air putih? Saya memilikinya di dalam kulkas," tanya Yoshiro menatap ke arah Ivona."Tolong ambilkan," ujar Ivona duduk di kursi meja makan di hadapan Yoshiro.Yoshiro berjalan ke arah kulkas yang jaraknya tidak terlalu jauh dari sana. Mengambil dua botol air mineral dingin yang ada di dalam sana. Lalu membawanya kembali ke meja m
Brain masih berada di kelasnya. Dengan posisi kelas yang kosong, ia sibuk menggulirkan ponselnya. Mencari informasi tentang model mobil terbaru yang sekira cocok dengan seleranya.Bulu kuduk Brain merinding saat merasakan hembusan angin dari arah belakangnya. Terasa seperti ada seseorang yang sedang bernafas di dekatnya. Membuat Brain sontak melihat ke belakang untuk memeriksa. Namun ia tidak mendapati siapa pun di sana. Menimbulkan rasa takut yang tadinya tidak ada kini ada.Dan saat ia kembali menatap ke arah depan. Berniat melihat ke arah ponselnya, ia mendapati seorang laki-laki dengan wajah sangat dekat dengan wajahnya. Kedua tangannya bertumpu di atas meja Mingzu. Dan membuat Brain sontak jatuh ke arah belakang."Apakah kamu gila?! Kenapa kamu tiba-tiba saja muncul di hadapanku!" tanya Brain memegangi tangannya yang kesakitan akibat terjatuh dari kursi.Tangan kanan Brain terasa sakit karena menjadi tumpuan saat Brain jatuh dari kursi. Dengan perasaan kesal, Brain menatap ke seo
Serena terkejut dengan kedatangan Brain. Satu-satunya orang yang ia beritahu tentang dirinya yang pulang sekolah lebih dulu untuk memeriksakan kakinya adalah Yoshiro. Yang menandakan kehadiran Brain dikarenakan Yoshiro. Mereka masih berada di rumah sakit. Atau lebih tepatnya di sebuah koridor yang mengarah ke taman rumah sakit. Situasi sangat sepi di sana, karena di sana masuk ke dalam area VVIP. Tidak banyak orang yang bisa masuk ke sana. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Brain membuka topik pembicaraan. "Baik," jawab Serena. "Di mana Yoshiro?" tanya Serena menggenggam kedua tangannya di atas paha. "Di sekolah. Dia tidak ikut bersamaku," balas Brain. Serena sudah meminta kepada Yoshiro untuk berhenti mencoba mempertemukan Serena dengan Brain. Namun sepertinya semua itu hanya menjadi omong kosong di telinga Yoshiro. Membuat Serena semakin kesal terhadap kehadiran sosok laki-laki itu. "Bukankah tidak seharusnya kita bertemu di kondisi seperti ini?" tanya Serena. "Aku rasa kam
Yuki Yamazaki berada di club malam yang cukup jauh dari pusat kota. Ia tidak bisa berada di sekitaran pusat kota saat ini, karena pembebasannya adalah hal yang rahasia.Untuk saat ini, Yuki berniat untuk mengumpulkan kembali sebagian pasukannya, mengingat ada beberapa orang kepercayaannya dipenjara dan tidak bisa dibebaskan.Kebebasan. Adalah kesenangan yang tiada tara. Yuki sudah bisa membayangkan kembali, dirinya memimpin dengan segala harta kekayaan yang melimpah dan perempuan yang bisa ia dapatkan kapan pun ia mau. Namun kebahagiaan itu sirna, saat ada seorang laki-laki dengan jas almamater sekolah, masih membawa tas sekolahnya datang memasuki club malam. Membuat seluruh aktifitas di dalam sana terhenti. Dan semua pandang mata tertuju pada anak sekolah itu.Yoshiro. Laki-laki yang dulu pernah mengalahkan Yuki. Dengan seorang perempuan yang menggunakan jubah dan topeng di belakangnya. Perempuan itu adalah Yuri yang sedang menyamar."A
Keenan Sky. Seorang mafia berdarah dingin dengan segala pertempuran yang telah ia lewati. Seluruh luka di tubuhnya adalah bukti nyatas atas segala pertarungan sengit yang pernah ia hadapi. Tidak ada satu pun orang yang bisa menghentikan Keenan saat laki-laki itu masih sering berkeliaran sendiri, atau lebih tepatnya sebelum ia mendirikan White Owl. Seorang dengan kemampuan bela diri yang sangat hebat, kecepatan yang jauh di atas rata-rata, dan ahli strategi. Seorang iblis haus darah yang selalu mencari tumbal di malam hari. Dan sekarang laki-laki muda yang sedang berhadapan dengan anak buah Yuki seperti sedang dirasuki oleh Keenan. Kecepatan, pergerakan, dan ilmu bela dirinya benar-benar seperti dengan Keenan. Yoshiro mengalahkan semua bawahan Yuki tanpa mendapatkan luka sedikit pun. Menyisakan Yuki seorang diri. "Bagaimana kita akan menyelesaikannya? Haruskah aku mematahkan segala tulang di tubuhmu sebagai bayaran karena
Kekalahan telak bagi Yoshiro. Dengan stamina yang sudah terkuras hebat saat bertarung melawan Yuki dan anak buahnya, membuat Yoshiro tidak bisa benar-benar memaksimalkan kemampuannya saat melawan Aewon.Bahkan Yoshiro tidak bisa mendaratkan sebuah pukulan di tubuh Aewon. Laki-laki itu benar-benar tidak tersentuh. Sedangkan Yoshiro saat ini sudah babak belur dengan sebagian tubuh memar dan mengeluarkan darah."Apakah cuma seperti ini kemampuanmu?" tanya Aewon meraih payungnya yang jatuh ke lantai."Wih, mengerikan sekali. Tadi aku pikir aku akan mati," balas Yoshiro masih dalam posisi duduk di antara meja-meja yang berjatuhan akibat bertubrukan dengan tubuhnya."Pergilah dari sini. Aku akan melepaskanmu hanya untuk kali ini.""Terima kasih atas pengertianmu, Tuan Berpayung. Tapi aku belum kalah."Kondisi Yoshiro cukup buruk. Tubuhnya penuh dengan memar. Dan jika pendarahan di tubuhnya tidak segera dihentikan, maka Yoshiro akan dal
Tekanan cukup mencekam setelah Yuri keluar dari club malam itu melalui pintu belakang. Dan Yoshiro masih berada di titik yang sama menghadap ke arah pintu masuk club. Menatap ke arah asal hawa mencekam itu berasal. Aura yang tadinya terasa dari arah pintu tiba-tiba saja hilang. Dan muncul di area belakang tubuhnya. Yoshiro sedikit memiringkan tubuhnya untuk melihat bagian sisi butanya. Dan terlihat jelas ada seorang laki-laki dengan payung terbuka sedang berjongkok menghadap ke arah Yuki yang tak sadarkan diri. Dari payung hitam itu saja Yoshiro bisa menyadari siapakah orang yang datang dengan kecepatan tak masuk akal itu. Aewon. "Tulang dada patah. Aku rasa dia sudah tidak bisa diselamatkan," balas Aewon berdiri dari posisi jongkoknya. "Pemimpinku sudah bersusah payah untuk bisa mengeluarkannya dari penjara. Namun sekarang usahanya itu sia-sia karenamu, untuk apa kamu melakukan ini?" tanya Aewon menatap ke arah Yoshiro.
Kekalahan telak bagi Yoshiro. Dengan stamina yang sudah terkuras hebat saat bertarung melawan Yuki dan anak buahnya, membuat Yoshiro tidak bisa benar-benar memaksimalkan kemampuannya saat melawan Aewon.Bahkan Yoshiro tidak bisa mendaratkan sebuah pukulan di tubuh Aewon. Laki-laki itu benar-benar tidak tersentuh. Sedangkan Yoshiro saat ini sudah babak belur dengan sebagian tubuh memar dan mengeluarkan darah."Apakah cuma seperti ini kemampuanmu?" tanya Aewon meraih payungnya yang jatuh ke lantai."Wih, mengerikan sekali. Tadi aku pikir aku akan mati," balas Yoshiro masih dalam posisi duduk di antara meja-meja yang berjatuhan akibat bertubrukan dengan tubuhnya."Pergilah dari sini. Aku akan melepaskanmu hanya untuk kali ini.""Terima kasih atas pengertianmu, Tuan Berpayung. Tapi aku belum kalah."Kondisi Yoshiro cukup buruk. Tubuhnya penuh dengan memar. Dan jika pendarahan di tubuhnya tidak segera dihentikan, maka Yoshiro akan dalam bahaya. Namun Yoshiro masih mau melanjutkan pertarung
Yoshiro bersantai di dalam bathtub yang berisikan dengan air hangat. Menatap ke arah televisi berukuran 43 inci yang terpasang di dinding. Menyimak berita siaran ulang tentang Ivona yang mengadakan konferensi pers terkait pemecatan Nova Wesl. Yoshiro belum bertemu dengan Ivona sehingga Yoshiro belum tau alasan pasti mengapa perempuan itu mengambil tindakan itu. Yoshiro menatap ke arah pintu masuk yang jaraknya cukup jauh dari bathtub saat mendengar suara gagang pintu. Dan secara kebetulan perempuan yang muncul di siaran ulang, kini muncul di hadapannya. Mengunci pintu kamar mandi dari dalam. Melepaskan sepatu hak tinggi dan segala pakaian kerjanya. "Di mana ibumu?" tanya Ivona menyalakan shower dan membasahi seluruh tubuhnya. "Saya tidak tau. Tapi kemungkinan ibu saya sedang keluar untuk membeli bahan makanan makan malam," jawab Yoshiro menyalakan suara televisi sekeras mungkin supaya suara mereka tidak keluar dari luar. "A
Kemampuan bertahan milik Yuki. Teknik pukulan milik Aewon. Dan teknik tendangan milik Keenan. Martin melihat itu semua pada diri Yoshiro saat ini. Membuat Martin merasa sedikit tertarik dengan bakat yang dimiliki oleh anak muda itu.Meniru kemampuan beladiri orang lain dan menyempurnakan semua teknik dari berbagai orang dalam satu tubuh. Itu bukanlah sesuatu yang mudah. Dan Martin tidak pernah melihat itu sebelumnya.Sedangkan di satu sisi lain, Keenan merasa ada yang aneh. Yoshiro terlihat seperti bergerak di luar kendali. Seakan-akan ada yang mendorongnya untuk segera menyelesaikan pertarungan itu dengan cepat. Tidak seperti Yoshiro biasanya yang selalu menikmati segala pertarungan dan suka mengulur waktu."Hujan, 'ya? Apakah karena ini?" tanya Keenan menatap ke arah luar kaca. Atau lebih tepatnya ke arah air hujan yang turun sangat deras.Semua orang yang mafia, Yakuza, ataupun kelompok pembunuh bayaran tau bahwa Aewon sangat berbahaya saat huj
Martin menatap secara saksama pertarungan yang terjadi di gedung olahraga. Yoshiro menggunakan tangan kosong. Dan Galil menggunakan pedang katana. Keuntungan penuh ada di sisi Galil. Hanya saja Martin merasa bahwa pertarungan yang ada tidak berjalan sesuai dengan keinginan Galil. Seakan-akan Galil bertarung sesuai dengan kemauan Yoshiro. Semua orang yang ada di sana pun menyadarinya bahkan Yoshiro tidak sama sekali merasakan tekanan atas kondisi yang menguntungkan Galil. Tidak ada satupun tebasan Galil yang dapat mengenai titik vital Yoshiro. Dan Yoshiro terus bisa bergerak ke sana ke mari sesuka hatinya. "Apa yang sedang dia lakukan?" tanya Martin pada Aewon. "Mengulur waktu. Dia selalu seperti itu. Bertarung sesuka hatinya di awal. Dan mulai serius setelah mendapatkan luka fatal," balas Aewon mengamati pergerakan Martin. "Bukankah kamu sudah pernah bertarung dengannya sebelumnya? Lalu mengapa dia masih ber
Yuri masuk ke dalam ruangan kerja Ivona setelah menjawab sebuah sambungan telepon. "Yoshiro bertemu dengan perdana menteri dan memprovokasinya," ujar Yuri melaporkan keadaan yang ada.Ivona diam sejenak. Ia mengenal baik bagaimana sikap Martin. Tidak mungkin orang sepertinya akan meladeni tingkah anak kecil seperti Yoshiro. Sehingga Ivona yakin kalaupun memang ada pertarungan di sana, maka yang akan bertarung bukanlah Martin ataupun orang bawaan Martin."Siapa yang akan dilawan oleh Yoshiro?" tanya Ivona mengambil ponselnya."Galil Fal. Pengawal dari Keluarga Wesl," jawab Yuri. "Wesl? Bukankah kepala keluarga mereka anggota partaiku?" "Benar. Nova Wesl. Dan anaknya Ethan Wesl."Ivona bukanlah tipe ketua partai yang sering menghabiskan waktu bersama dengan anggota partainya. Apalagi dengan anggota partainya yang berjenis kelamin laki-laki. Ivona bahkan tidak pernah mau datang jika seandainya ada undangan minum yang ber
Pertemuan antara orang tua dilaksanakan di sekolah. Untuk membahas beberapa hal termasuk progam studi lanjutan, serta penerimaan hasil laporan sementara terkait nilai siswa.Itu dilaksanakan di dua hari yang berbeda. Hari pertama akan didatangi oleh orang tua dari murid kelas elite. Sedangkan hari kedua didatangi oleh orang tua dari murid kelas beasiswa.Hari ini adalah hari di mana para orang tua murid kelas elite menampilkan kekayaaan yang mereka punya. Mereka membawa mobil yang sangat mahal. Menggunakan setelan jas serta barang-barang mewah. Serta membawa pengawal dengan nama besar.Martin Mcknight. Seorang perdana menteri datang dan menjadi pusat perhatian. Tubuh laki-laki itu benar-benar besar, melebihi tubuh orang pada umumnya. Serta dipenuhi oleh otot. Membuat semua orang yang melihat kedatangan perdana menteri itu tidak berani bertindak macam-macam."Sepertinya baru kali ini kita bertemu setelah sekian lama," ujar Martin menatap seorang la
Kazue dan Serena berdiri di sisi danau. Menikmati hawa dingin dari angin malam. Serena baru saja selesai melakukan pemeriksaan rutin. Ia tidak mau langsung pulang ke rumah karena di rumah tidak ada siapa pun. Ayahnya sedang ada tugas di luar. Sehingga Serena meminta Kazue untuk membawanya ke danau yang pernah dikunjunginya bersama Yoshiro. Jika saja saat itu Yoshiro tidak membawanya ke sana, Serena tidak akan tau bahwa ada danau dengan pemandangan sebagus itu sampai detik ini. "Dari mana Nona Muda tau tentang danau ini?" tanya Kazue berdiri di belakang kursi roda Serena. "Yoshiro pernah membawaku ke sini," balas Serena. "Sepertinya pengetahuannya tentang tempat-tempat sepi seperti ini cukup bagus." "Tempat ini lebih bagus jika datang sesaat sebelum matahari terbenam." "Benarkah? Saya akan datang lain waktu untuk memeriksanya." Suasana hening. Serena menikmati keindahan air danau
Ivona bangun dalam kondisi terkejut saat melihat ada seorang perempuan melintas di hadapannya. Ia memegang dengan sempurna selimut yang menutupi tubuhnya. Ia teringat bahwa ia sedang berada di apartemen Yoshiro.Selama ini, ia berada di apartemen Yoshiro untuk tidur bersama laki-laki itu. Menghabiskan malam bersama sampai lupa waktu. Ia berpikir bahwa ia ketiduran saat sedang melakukan itu bersama dengan Yoshiro. Dan masih dalam kondisi telanjang. Namun ternyata tidak. Ia masih menggunakan kemeja putih miliknya. Terkejutnya Serena membuat Sheila dan Yoshiro yang berada di sana pun ikut terkejut. "Kenapa? Apakah ada yang salah?" tanya Sheila menatap Ivona dengan cemas."Tidak. Aku hanya bermimpi buruk," balas Ivona memegang keningnya. Yoshiro datang membawa sebotol air mineral dingin yang ia ambil dari kulkas dan memberikannya pada Ivona. Ia tidak tau apa yang terjadi pada perempuan itu. Namun setidaknya dengan seteguk air putih bisa me
Sheila baru saja kembali dari supermarket untuk membeli beberapa sayur dan daging menggunakan kartu kredit milik Yoshiro. Ia berniat untuk memasak sebelum Yoshiro datang. Anaknya itu akan datang sedikit lebih malam karena pekerjaannya ada yang belum selesai. Saat sampai di unit apartemen milik Yoshiro, Sheila mendapati pintu apartemennya terbuka sedikit. Ia berpikir bahwa mungkin saja Yoshiro datang lebih awal. Namun setelah ia masuk dan menutup pintu rapat-rapat, ia mendapati sepatu hak tinggi berwarna hitam. Itu bukan miliknya ataupun milik Yoshiro. Menandakan bahwa ada orang lain di dalam sana. Sheila masuk ke area ruang tamu. Ia mendapati seorang wanita yang sangat cantik sedang duduk di sofa. Seorang wanita dengan kulit seputih salju. Rambut hitam berkilau sepanjang pinggang. Dan badan ideal yang terlihat jelas walau sedang menggunakan kemeja berwarna putih. "Siapa?" tanya Sheila setelah sadar dari lamunannya. "Ah, ini
Brain dan Ethan duduk di kursi VVIP pada gedung sikuit balap milik Keluarga Mcknight. Mereka menatap ke arah lintasan kosong tanpa mobil balap. Mereka hanya ingin menghabiskan waktu di sana. Dengan makanan dan minuman yang menumpuk di meja depan mereka. Dan Aewon serta Galil yang berdiri di belakang kursi mereka. "Siapa laki-laki itu?" tanya Ethan masih mempertanyakan siapakah sebenarnya laki-laki yang tadi menjemput Serena."Yoshiro. Aku lupa nama panjangnya. Tapi yang jelas, dia pengawal Serena sampai kaki Serena bisa berjalan lagi," balas Aewon."Apakah dia memang menjengkelkan seperti itu?" "Terkadang. Tapi dia juga sudah beberapa kali membantuku. Aku rasa dia tidak terlalu buruk."Aewon masih belum mengerti Yoshiro sepenuhnya. Karena memang laki-laki itu datang dan pergi sesuka hatinya sendiri. Aewon tidak pernah benar-benar memiliki waktu untuk mengenal lebih dalam siapakah Yoshiro sebenarnya."Apa dia memang sekuat itu s