Serena terkejut dengan kedatangan Brain. Satu-satunya orang yang ia beritahu tentang dirinya yang pulang sekolah lebih dulu untuk memeriksakan kakinya adalah Yoshiro. Yang menandakan kehadiran Brain dikarenakan Yoshiro. Mereka masih berada di rumah sakit. Atau lebih tepatnya di sebuah koridor yang mengarah ke taman rumah sakit. Situasi sangat sepi di sana, karena di sana masuk ke dalam area VVIP. Tidak banyak orang yang bisa masuk ke sana. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Brain membuka topik pembicaraan. "Baik," jawab Serena. "Di mana Yoshiro?" tanya Serena menggenggam kedua tangannya di atas paha. "Di sekolah. Dia tidak ikut bersamaku," balas Brain. Serena sudah meminta kepada Yoshiro untuk berhenti mencoba mempertemukan Serena dengan Brain. Namun sepertinya semua itu hanya menjadi omong kosong di telinga Yoshiro. Membuat Serena semakin kesal terhadap kehadiran sosok laki-laki itu. "Bukankah tidak seharusnya kita bertemu di kondisi seperti ini?" tanya Serena. "Aku rasa kam
Yuki Yamazaki berada di club malam yang cukup jauh dari pusat kota. Ia tidak bisa berada di sekitaran pusat kota saat ini, karena pembebasannya adalah hal yang rahasia.Untuk saat ini, Yuki berniat untuk mengumpulkan kembali sebagian pasukannya, mengingat ada beberapa orang kepercayaannya dipenjara dan tidak bisa dibebaskan.Kebebasan. Adalah kesenangan yang tiada tara. Yuki sudah bisa membayangkan kembali, dirinya memimpin dengan segala harta kekayaan yang melimpah dan perempuan yang bisa ia dapatkan kapan pun ia mau. Namun kebahagiaan itu sirna, saat ada seorang laki-laki dengan jas almamater sekolah, masih membawa tas sekolahnya datang memasuki club malam. Membuat seluruh aktifitas di dalam sana terhenti. Dan semua pandang mata tertuju pada anak sekolah itu.Yoshiro. Laki-laki yang dulu pernah mengalahkan Yuki. Dengan seorang perempuan yang menggunakan jubah dan topeng di belakangnya. Perempuan itu adalah Yuri yang sedang menyamar."A
Keenan Sky. Seorang mafia berdarah dingin dengan segala pertempuran yang telah ia lewati. Seluruh luka di tubuhnya adalah bukti nyatas atas segala pertarungan sengit yang pernah ia hadapi. Tidak ada satu pun orang yang bisa menghentikan Keenan saat laki-laki itu masih sering berkeliaran sendiri, atau lebih tepatnya sebelum ia mendirikan White Owl. Seorang dengan kemampuan bela diri yang sangat hebat, kecepatan yang jauh di atas rata-rata, dan ahli strategi. Seorang iblis haus darah yang selalu mencari tumbal di malam hari. Dan sekarang laki-laki muda yang sedang berhadapan dengan anak buah Yuki seperti sedang dirasuki oleh Keenan. Kecepatan, pergerakan, dan ilmu bela dirinya benar-benar seperti dengan Keenan. Yoshiro mengalahkan semua bawahan Yuki tanpa mendapatkan luka sedikit pun. Menyisakan Yuki seorang diri. "Bagaimana kita akan menyelesaikannya? Haruskah aku mematahkan segala tulang di tubuhmu sebagai bayaran karena
Tekanan cukup mencekam setelah Yuri keluar dari club malam itu melalui pintu belakang. Dan Yoshiro masih berada di titik yang sama menghadap ke arah pintu masuk club. Menatap ke arah asal hawa mencekam itu berasal. Aura yang tadinya terasa dari arah pintu tiba-tiba saja hilang. Dan muncul di area belakang tubuhnya. Yoshiro sedikit memiringkan tubuhnya untuk melihat bagian sisi butanya. Dan terlihat jelas ada seorang laki-laki dengan payung terbuka sedang berjongkok menghadap ke arah Yuki yang tak sadarkan diri. Dari payung hitam itu saja Yoshiro bisa menyadari siapakah orang yang datang dengan kecepatan tak masuk akal itu. Aewon. "Tulang dada patah. Aku rasa dia sudah tidak bisa diselamatkan," balas Aewon berdiri dari posisi jongkoknya. "Pemimpinku sudah bersusah payah untuk bisa mengeluarkannya dari penjara. Namun sekarang usahanya itu sia-sia karenamu, untuk apa kamu melakukan ini?" tanya Aewon menatap ke arah Yoshiro.
Kekalahan telak bagi Yoshiro. Dengan stamina yang sudah terkuras hebat saat bertarung melawan Yuki dan anak buahnya, membuat Yoshiro tidak bisa benar-benar memaksimalkan kemampuannya saat melawan Aewon.Bahkan Yoshiro tidak bisa mendaratkan sebuah pukulan di tubuh Aewon. Laki-laki itu benar-benar tidak tersentuh. Sedangkan Yoshiro saat ini sudah babak belur dengan sebagian tubuh memar dan mengeluarkan darah."Apakah cuma seperti ini kemampuanmu?" tanya Aewon meraih payungnya yang jatuh ke lantai."Wih, mengerikan sekali. Tadi aku pikir aku akan mati," balas Yoshiro masih dalam posisi duduk di antara meja-meja yang berjatuhan akibat bertubrukan dengan tubuhnya."Pergilah dari sini. Aku akan melepaskanmu hanya untuk kali ini.""Terima kasih atas pengertianmu, Tuan Berpayung. Tapi aku belum kalah."Kondisi Yoshiro cukup buruk. Tubuhnya penuh dengan memar. Dan jika pendarahan di tubuhnya tidak segera dihentikan, maka Yoshiro akan dalam bahaya. Namun Yoshiro masih mau melanjutkan pertarung
Pertarungan lebih sengit dari sebelumnya. Aewon yang tadinya sama sekali tidak serius menghadapi Yoshiro, kini harus sedikit lebih serius. Mengingat kemampuan Yoshiro saat ini benar-benar tidak bisa diukur.Kemampuan Yoshiro meningkat sangat pesat. Pukulan dan tendangan Yoshiro yang tadinya sama sekali tidak terasa, kini mulai menyakitkan untuk Aewon. Dan Yoshiro sendiri sama sekali tidak memberikan tanda akan berhenti, walau sudah mendapatkan serangan telak dari Aewon.Mata Aewon membulat. Saat ia ingin melontarkan sebuah pukulan, tiba-tiba saja Yoshiro berputar. Menggunakan kaki kirinya untuk menyerang ke arah dagu Aewon dalam kondisi tubuhnya membelakangi Aewon. Untung saja Aewon bisa menahan tendangan itu menggunakan tangan kirinya. Jika tidak, maka sudah pasti itu akan terasa sangat menyakitkan bagi Aewon.Namun tidak berhenti di sana. Itu belum berakhir. Tubuh Yoshiro melayang. Melakukan tendangan memutar menggunakan kaki kirinya. Memaksa Aewon untuk menggunakan tubuh bagian kir
Brain mendekat ke arah Serena saat kelas sudah sepi mengingat saat ini sudah mulai memasuki jam istirahat. Biasanya, akan ada laki-laki berisik datang memasuki kelas tanpa permisi dan membawa Serena pergi. Namun kali ini tidak. Yoshiro tidak datang walau waktu istirahat sudah berlangsung beberapa menit."Apakah dia tidak datang?" tanya Brain duduk di kursi samping kursi roda Serena."Siapa?" tanya Serena mengemas buku-bukunya yang ada di atas meja."Yoshiro. Bukankah selalunya dia akan datang di jam istirahat dan akan membawamu untuk makan?" "Tidak. Dia tidak masuk. Dia izin karena sakit.""Ehh, orang seperti itu bisa sakit ternyata. Aku pikir dia tidak bisa merasakan sakit karena kebodohan dirinya sendiri."Serena cukup terkejut pagi tadi. Saat Honpil mengatakan bahwa Yoshiro akan izin untuk hari karena sakit dan penjagaan Serena akan digantikan sementara oleh salah satu bawahan Honpil selama Yoshiro masih sakit."Aku
Suasana markas besar White Owl seketika sunyi saat seorang laki-laki menggunakan setelan jas berwarna hitam dan payung terbuka memasuki ruangan.Aewon Sho. Seorang laki-laki yang selama ini disandingkan sebagai rival terberat Keenan Sky. Dua orang petarung legendaris yang tidak pernah sejalan. Dua orang mafia yang bisa menciutkan nyali orang-orang yang berhadapan dengan mereka. Langkah Aewon berhenti saat sudah berada di depan sofa yang diduduki oleh Keenan. Sedangkan Keenan sendiri memberikan isyarat pada salah satu anak buahnya yang duduk di sofa di sampingnya. Menyuruh anak buahnya itu pergi dan memberikan tempat duduk untuk Aewon. Namun Aewon tidak duduk. Ia memilih berdiri."Minumlah. Aku mendapatkannya dari atasanku. Aku sudah menghabiskan dua botol sebelum datang ke sini," ujar Aewon memberikan satu botol miras pada Keenan."Terima kasih. Sebagai gantinya, ambillah miras yang ada di sini sesuka hatimu," balas Keenan menerima botol itu.
Yoshiro terpental setelah mendapatkan tendangan keras dari Aewon. Benar kata Keenan. Secara kekuatan Yoshiro masih jauh di bawah Aewon. Belum saatnya Yoshiro bertarung satu lawan satu melawan iblis itu. Namun inilah yang ditunggu-tunggu oleh Yoshiro selama ini. Yoshiro tidak akan mundur.Ada dua hal yang merepotkan dari diri Yoshiro adalah kemampuannya meniru kemampuan beladiri orang lain dan kecepatan gerakannya. Aewon tidak bisa mengalihkan pandangannya sedikit saja dari tubuh laki-laki itu. Karena dalam sedetik saja laki-laki itu bisa menghilang dan muncul di titik buta Aewon. Akan sangat berbahaya jika itu terjadi.Aewon sendiri pun juga menerima beberapa pukulan dari Yoshiro. Walau sedikit, namun pukulan itu memberikan memar pada tubuh Aewon. Membuktikan bahwa latihan Yoshiro dengan Keenan membuahkan hasil. Tubuh Yoshiro lebih kuat daripada sebelumnya. Walau belum mencapai titik sempurna, tubuh Yoshiro sekarang bisa untuk menopang kemampuannya dalam jangka wak
Kazuha dan Keenan bertarung bersama. Kazuha seorang petinggi kepolisian. Dan Keenan seorang pemimpin dari kelompok pembunuh bayaran. Tidak seharusnya mereka bekerja sama. Namun kali ini adalah kasus yang berbeda. Kazuha ingin membalaskan kematian atasannya. Dan Keenan ingin menjalankan tugas dengan imbalan uang sangat banyak. Jika dilihat dari kemampuan Keenan jauh di atas Kazuha. Walau laki-laki itu lebih tua dari Kazuha, laki-laki itu masih bisa bergerak cepat dan memukul dengan sangat keras. Satu pukulan ke dada lawannya saja sudah bisa membuat lawannya jatuh sesak nafas. "Apakah tidak masalah kamu tidak ikut bersamanya ke atas?" tanya Kazuha setelah menendang kepala musuhnya. "Kenapa juga aku harus ikut ke atas dan melawan monster-monster yang ada di sana? Itu bukan tugasku. Lagipula anak kecil itu sudah mengatakan bahwa dia akan melawan ketiga orang itu seorang diri," jawab Keenan menghapuskan darah yang menempel pada jasnya.
Aewon dan Galil berkumpul di lantai tiga saat mendengar ada banyak sekali ledakan di sekitar rumah. Serangan mendadak terjadi. Mereka diserang oleh pasukan dengan jumlah cukup banyak. Lebih banyak dari para pengawal yang dimiliki oleh Keluarga Mcknight.Mereka berdua kini bertugas untuk melindungi Martin dan Keenan yang juga berada di lantai tiga. Berjaga-jaga jika seandainya ada penyusup yang masuk ke dalam dan mengincar nyawa Martin.Mengulur waktu sebisa mungkin sampai pihak keamanan negara datang membantu dan mengamankan mereka."Ada seseorang di luar sana yang menyalakan api di dalam tubuh anak itu," ujar Martin menatap ke arah luar kaca. "Jika memang sejak awal Anda tau bahwa anak kecil itu berbahaya, seharusnya Anda menyingkirkannya saja sejak awal," tegur Aewon malas berhadapan dengan anak kecil itu lagi."Apakah itu mungkin? Mau dilihat dari manapun juga, anak kecil itu dikelilingi oleh orang-orang yang berbahaya. Dari caranya b
Ivona mulai tersadar dari tidurnya saat merasa tidak nyaman. Ia sadar bahwa ia tertidur sebelum makan malam. Sehingga perutnya kosong dan membuatnya terbangun di tengah mimpi indahnya. Saat matanya terbuka pandangannya tertuju ke arah wajah Yoshiro. Laki-laki itu masih bangun. Tidur di atas kasur dengan kondisi tubuh miring ke arahnya. Ivona merasa bahwa laki-laki itu sudah menatapnya semenjak ia tertidur. Yoshiro melingkarkan tangannya pada tubuh Ivona. Mengelus bagian punggung perempuan itu dengan lembut. Lalu menutup matanya tanpa mengucapkan sepatah katapun. "Aku mau makan," rengek Ivona. "Bukankah kamu mengatakan ingin mengembalikan berat badanmu ke berat ideal? Badanmu akan semakin melebar jika kamu makan tengah malam," tanya Yoshiro menepuk punggung Ivona perlahan. "Aku mau makan." "Iya, iya. Aku sudah masak tadi. Hanya perlu menghangatkannya saja. Kamu mau makan sekarang atau nanti?"
Ivona kembali ke rumah lama Yoshiro. Ia sudah mendapatkan semuanya kembali. Perusahaan, kartu rekening, dan rumah. Namun tetap saja ia merasa bahwa berada di sisi Yoshiro lebih nyaman dibandingkan harus tinggal di rumah bersama penjaga dan asisten rumah tangganya.Ia berjalan menuju dapur. Karena ia sangat yakin pada saat seperti sekarang, Yoshiro sedang berada di dapur. Sedang memasak makanan untuk makan malam. Dan benar. Laki-laki itu sedang berada di dapur. Dengan kompor menyala. Merebus air. Lalu ada beberapa potongan ikan serta sayuran di atas meja dapur."Aku pikir kamu akan mengajakku makan malam di luar," ujar Ivona berjalan menuju kulkas."Aku pikir kamu tidak akan datang," balas Yoshiro melirik ke arah Ivona."Jika aku tidak datang, di mana aku akan tidur?""Bukankah kamu sudah mendapatkan rumahmu kembali?""Ya. Aku mendapatkannya. Tapi aku tidak bisa tidur jika tidak ada yang memelukku."Ivona mengambil susu b
Pertemuan diadakan di salah satu gedung kosong yang tak terpakai. Ada tiga kelompok yang berkumpul. Fei sebagai orang yang membentuk kelompok itu. Keenan sebagai pemimpin kelompok White Owl yang akan dibayar oleh Fei untuk melaksanakan tugas. Dan Yoshiro sebagai orang yang akan membantu.Fei membawa Sherly. Keenan membawa salah satu anak buahnya. Dan Yoshiro membawa Kazuha.Siapa sangka bahwa Yoshiro akan membawa dan bekerja sama seorang petinggi dari kepolisian untuk meruntuhkan kejayaan dari Martin Mcknight."Bukankah ini terlalu sedikit jika untuk mengalahkan mereka?" tanya Keenan menatap Fei."Kamu bisa mundur jika memang kamu pecundang," balas Yoshiro tersenyum kecil."Lucu sekali anak kecil ini," balas Keenan menatap sinis Yoshiro."Kenapa kamu membawa pihak kepolisian?" tanya Fei menatap Yoshiro."Ah, dia. Dia bukan polisi yang baik. Dia ini anjing peliharaannya Honpil. Seekor anjing tidak mungkin diam saja saat t
Yoshiro dan Serena duduk di sofa. Menatap ke layar televisi yang sedang menyiarkan sebuah drama. Dengan kondisi lampu ruang tengah mati dan Sheila sudah tertidur di kamarnya. Yoshiro berada di apartemen malam ini hanya untuk makan malam. Itupun karena diundang oleh Sheila. Jika tidak, Yoshiro sudah berada di rumah lama dan tidur. Ia tidak langsung pulang karena memang ingin meluangkan sedikit waktu untuk Serena. Dan tanpa ia mengatakan apapun, Serena pun berpikiran hal yang sama. Mengurangi sedikit waktu tidurnya untuk bisa berbicara dengan Yoshiro. "Bagaimana? Apakah kamu sudah terbiasa?" tanya Yoshiro memecah keheningan yang sudah lama ada. "Belum. Kenapa ada banyak sekali barang tidak terpakai di kamarmu? Bagaimana bisa aku tidur dengan tenang saat ada barang-barang itu?" tanya Serena balik. "Kamu bisa membuangnya jika memang kamu tidak memerlukannya." "Ke
Fei meninggalkan restoran karena memang jadwal kerjanya yang sangat padat. Ia pun sudah menerima penolakan dari Sheila. Sehingga tidak ada alasan lain untuknya tetap bertahan di sana.Sekarang hanya ada Ivona, Yoshiro, dan Sheila di sana. Yoshiro duduk di samping Ivona. Bertatap muka dengan Sheila."Aku ingin memastikan apa yang dikatakan kakaknya Ivona tadi. Apakah kalian benar-benar sedang berpacaran?" tanya Sheila menatap Yoshiro."Tidak," ujar Yoshiro.Dengan cepat Ivona menggerakkan tangannya. Memukul bagian belakang kepala Yoshiro dengan kencang. "Tolong izinkan saya menikahi putra Anda," ujar Ivona dengan badan tegap. "A-apa? Menikah?" tanya Ivona gugup karena terkejut."Kami sudah dekat semenjak Anda dirawat di rumah sakit. Ada banyak hal yang sudah kami lewati bersama. Dan setelah semua itu, saya mulai menaruh rasa padanya. Saya ingin memilikinya sepenuhnya," ujar Ivona."Tidak. Tunggu dulu. Kenapa ti
Fei, Ivona, Yoshiro, dan Sheila sudah berada di restoran yang sudah dipesan dan dikosongkan oleh Fei supaya tidak ada yang menganggu pertemuan mereka kali ini.Ivona duduk di samping Fei. Dan Yoshiro duduk di samping Sheila. Mereka saling berhadapan."Senang bisa bertemu dengan Anda. Saya berterima kasih karena Anda telah memenuhi undangan saya untuk datang ke mari. Terima kasih," ujar Fei memulai pertemuannya."Saya juga berterima kasih atas undangan yang Anda berikan," balas Sheila."Mungkin ini akan sedikit mendadak. Tetapi adik saya, Ivona akan berangkat ke Jepang untuk mendirikan dan mengembangkan perusahaan di sana. Dan saya ingin Yoshiro ikut bersama dengan Ivona. Sekolah akan kami tanggung. Dia akan bekerja paruh waktu langsung di bawah pengawasan Ivona. Jadi upahnya akan sama seperti yang sekarang," ujar Fei.Sheila melirik ke arah Yoshiro. Anak laki-lakinya itu sudah mengatakan kepadanya bahwa akan pergi ke Jepang dan bersekolah