Bab 75) Telepon Dari Rumah SakitMeski kepalanya masih terasa berat, Kiara tetap berusaha menyelesaikan pekerjaannya. Di apartemen ini ada dua kamar. Satu ia peruntukkan untuk ibunya dan satunya lagi untuk dirinya sendiri jika ia harus menginap. Barang-barang yang di bawa oleh Pak Narto semuanya adalah barang-barang pribadi, terdiri dari pakaian aksesoris, tas, sepatu, kosmetik, buku-buku dan lain sebagainya, bukan furniture atau peralatan rumah tangga. Otomatis nanti dia harus membeli sendiri dan itu memerlukan sejumlah uang. Otaknya kembali berputar-putar bagaimana caranya dia bisa mengisi apartemen ini sehingga menjadi layak huni.Kiara tidak punya uang lebih, bahkan uang bulanannya saja tidak diberikan oleh Alvino, karena lelaki itu memang belum sanggup memberinya uang bulanan lagi.Hufft.Akhirnya semuanya selesai. Kiara terduduk di lantai keramik dengan kaki berselonjor. Sepasang kakinya terasa pegal setelah bolak-balik dari ruang tamu ke kamar tidur Kalina dan juga kamar tidur
Bab 76) Mati Hati"Tanpa harus kuinginkan pun, Mama sebenarnya sudah mati, lebih tepatnya mati hatinya. Aku sudah memperingatkan Mama agar tidak bersikap keterlaluan terhadap Papa Hendra, tapi nyatanya Mama tetap ngeyel. Jangan salahkan jika aku angkat tangan." Kiara mengangkat tangannya sebentar, lalu menurunkannya lagi. Dia lantas duduk di kursi dekat pembaringan ibunya."Kurang ajar! Dasar anak durhaka! Berani sekali kamu bilang seperti itu kepada ibumu, wanita yang sudah bertaruh nyawa demi melahirkanmu ke dunia ini?" Kalina mendelik. Hanya tubuhnya yang susah di gerakkan, tapi mata dan mulutnya masih bisa berfungsi lancar. Dia masih bisa memarahi putrinya."Pada kenyataannya memang begitu, Ma," balas Kiara."Bukankah aku hanya numpang tinggal dan lahir dari rahim Mama? Selama ini Mama tidak pernah mengajarkan apapun kepadaku, kecuali menanamkan pemahaman bahwa seorang wanita itu akan bahagia jika mendapatkan suami yang kaya raya. Bukankah begitu, Ma?" ujar Tiara santai. Sementara
Bab 77) Percakapan Dengan Mrs. Margaretha Aira paling terkesan dengan sikap sepasang suami istri itu. Keduanya ramah dan rendah hati. Tak ada kesan sombong apalagi arogan sedikitpun, meskipun perusahaan yang dimiliki Mrs. Margaretha adalah perusahaan besar. Bumi Berkah Group beruntung mendapatkan klien sebagus ini. Mr. Albert dan Mrs. Margaretha berdiri saat Aira dan Athar sampai. Mereka membungkukkan tubuhnya sedikit kemudian mengulurkan tangan. Setelah saling berjabat tangan, jamuan makan siang pun dimulai. Mr. Albert dan Athar terlibat pembicaraan serius sesudahnya, sementara Mrs. Margaretha mengajak Aira keluar dari restoran. Keduanya berjalan-jalan di sekitar tempat itu. Di samping restoran itu ada sebuah taman kecil. "Saya senang sekali bisa kenal dengan Mrs. Aira. Sebagai istri dari pimpinan sebuah perusahaan, Anda memiliki kepribadian yang sangat bagus. Saya pikir setelah Mr. Athar menikahi Anda, Bumi Berkah Group akan semakin sukses dan kami semakin yakin bekerja sama den
Bab 78) Permintaan AlbanaAira pikir kedatangannya bersama Athar hanya dalam rangka meluluskan permintaan kakek tua itu. Tidak akan ada tema pembicaraan seputar bisnis, tetapi ternyata anggapannya salah besar. Albana tetaplah Albana. Lelaki pekerja keras yang hidupnya tak bisa lepas dari usaha dan bisnis.Lelaki berkulit keriput yang sehari-hari hanya bisa beraktivitas di seputaran ruang perawatannya itu tetap saja menyasar Athar dengan berbagai topik obrolan seputar bisnis, apalagi di antara mereka ada Bernard, asisten pribadi Albana. Meskipun Diamond Group sudah ditangani sepenuhnya oleh Keano, tetapi Albana tetap tidak bisa lepas tangan. Masih ada beberapa bisnis keluarga yang masih ia tangani, termasuk PT Indo Garment, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garmen milik mendiang Alia."Jangan lagi menambah bebanku, Kek. Sudah cukup Alia Resto and Cafe, kemudian peranku sebagai istri pimpinan Berkah Bumi Group, bahkan di satu sisi aku harus kuliah. Jangan menambah lagi dengan In
Bab 79) Jalani TakdirmuAthar mengerti apa yang Aira rasakan saat ini. Dia pun pernah berada di posisi yang sama. Aira butuh disupport, bukan dipaksa untuk mengerti. Aira butuh seseorang yang bisa memahami gejolak jiwanya. Benar, ini memang terlalu mengejutkan buat Aira. Berawal dari seorang pengantin pengganti, kemudian menjadi seorang istri yang sebenarnya, lalu harus menjalani perannya sebagai pendamping seorang pimpinan Bumi Berkah Group, belajar soal perusahaan perhiasan, di amanahi untuk mengurus Alia Resto and Cafe peninggalan ibunya dan harus kuliah pula. Benar, itu terasa sangat berat bagi seorang Aira yang tidak terbiasa, apalagi sekarang sang kakek meminta Aira untuk menghandle perusahaan peninggalan ibunya yang baru hari ini ia ketahui, PT Indo Garment.Aira tak siap. Itu faktanya. Akan tetapi mau tidak mau Aira harus mau. Kalau bukan Aira, lantas siapa lagi? Tidak mungkin selamanya mengandalkan sang kakek yang kondisinya sudah sakit-sakitan. Mempercayakan perusahaan kep
Bab 80) Tiga Sahabat "Maaf, Tuan. Saya hanya ingin mengingatkan, tepat jam 08.00 pagi ini kita akan mengadakan rapat dengan beberapa direktur," ujar Nicko. "Ya, aku tahu. Terima kasih, Nicko," balas Athar datar. "Baik, Tuan. Setelah mematikan panggilan, Athar menyerahkan ponsel kepada istrinya. "Kita harus segera ke kantor sekarang, Sayang. Tidak ada waktu lagi untuk pulang ke rumah," ujar Athar sembari melirik arlojinya. Meskipun dia adalah pucuk pimpinan sebuah perusahaan, tetapi Athar sangat disiplin soal waktu. Dia tidak akan pernah mau membiarkan para bawahannya menunggu terlalu lama. Dia sendiri yang memberi contoh dan Athar pun juga tidak pernah mau mentolelir keterlambatan bawahannya lebih dari 5 menit. "Tapi aku perlu mandi dan ganti baju. Pagi ini aku ada jadwal kuliah. Dan dari kampus nanti, aku akan ke salah satu workshop Maharani Jewellery. Aku sudah janji dengan asisten pribadi Mommy, Mbak Devanka," jelas Aira. "Kita mandi di kantor saja. Nanti singgah sebentar d
Bab 81) Cintamu Salah Parkir"Bukannya itu Tuan Keano?" ucap Nana spontan."Iya," sahut Aira. Dia menyeret lengan Nana, membawanya menjauh dari mobil mereka, mengejar Keano dan perempuan itu yang kini sudah sampai di pintu depan restoran."Keano, tunggu!" teriak Aira. Nafasnya terengah-engah. Berdiri tepat berhadapan dengan Keano dan wanita itu membuat sepasang matanya spontan memindai penampilan wanita yang mengenakan dress pendek di atas lutut berwarna biru laut."Ini siapa, Keano? Aku belum pernah bertemu dengannya....""Ah, ya." Keano yang cepat menguasai keadaan mengeratkan rangkulannya kepada wanita di sampingnya. "Kenalkan, ini Olivia, pacarku.""Ini siapa, Honey? Kok aku baru sekarang melihatnya?" Perempuan muda itu memandang Keano."Oh.... Ini namanya Aira. Dia adikku yang pernah ku ceritakan. Kami memang tidak tinggal serumah, karena dia sudah merried dan tinggal bersama suaminya," jelas Keano. Lelaki muda itu memaksakan untuk tersenyum lebar.Olivia dan Aira bersalaman."
Bab 82) Cinta Juga Butuh LogikaLantaran merasa sudah bersikap terlalu keras dengan Olivia, Keano buru-buru meminta maaf dan segera mengajak Olivia keluar dari restoran. Sepanjang perjalanan menuju apartemen, tak sepatah kata pun keluar dari mulut Olivia. Wanita muda itu terlihat sangat tidak bersemangat, walaupun Keano berulang kali menawarinya untuk jalan-jalan atau shopping di mal."Sudah dong, Liv. Berhenti merajuknya. Aku kan sudah minta maaf." Tangannya terulur memeluk wanita itu dari belakang. Saat ini mereka sudah sampai di kamar pribadi Keano.Sebenarnya Olivia merupakan wanita yang mudah luluh. Perlakuan Keano terasa sangat manis. Keano selalu begitu saat ia merasa bersalah, tetapi laki-laki itu selalu saja mengulangi kesalahan yang sama dan kali ini Olivia sudah tidak bisa mentolelir lagi.Emangnya dia perempuan apaan? Dia datang ke Indonesia atas undangan Keano, tetapi jika Keano tidak berkenan dengan kehadirannya, buat apa ia bertahan? Olivia memang mencintai Keano, teta