Bab 80) Tiga Sahabat "Maaf, Tuan. Saya hanya ingin mengingatkan, tepat jam 08.00 pagi ini kita akan mengadakan rapat dengan beberapa direktur," ujar Nicko. "Ya, aku tahu. Terima kasih, Nicko," balas Athar datar. "Baik, Tuan. Setelah mematikan panggilan, Athar menyerahkan ponsel kepada istrinya. "Kita harus segera ke kantor sekarang, Sayang. Tidak ada waktu lagi untuk pulang ke rumah," ujar Athar sembari melirik arlojinya. Meskipun dia adalah pucuk pimpinan sebuah perusahaan, tetapi Athar sangat disiplin soal waktu. Dia tidak akan pernah mau membiarkan para bawahannya menunggu terlalu lama. Dia sendiri yang memberi contoh dan Athar pun juga tidak pernah mau mentolelir keterlambatan bawahannya lebih dari 5 menit. "Tapi aku perlu mandi dan ganti baju. Pagi ini aku ada jadwal kuliah. Dan dari kampus nanti, aku akan ke salah satu workshop Maharani Jewellery. Aku sudah janji dengan asisten pribadi Mommy, Mbak Devanka," jelas Aira. "Kita mandi di kantor saja. Nanti singgah sebentar d
Bab 81) Cintamu Salah Parkir"Bukannya itu Tuan Keano?" ucap Nana spontan."Iya," sahut Aira. Dia menyeret lengan Nana, membawanya menjauh dari mobil mereka, mengejar Keano dan perempuan itu yang kini sudah sampai di pintu depan restoran."Keano, tunggu!" teriak Aira. Nafasnya terengah-engah. Berdiri tepat berhadapan dengan Keano dan wanita itu membuat sepasang matanya spontan memindai penampilan wanita yang mengenakan dress pendek di atas lutut berwarna biru laut."Ini siapa, Keano? Aku belum pernah bertemu dengannya....""Ah, ya." Keano yang cepat menguasai keadaan mengeratkan rangkulannya kepada wanita di sampingnya. "Kenalkan, ini Olivia, pacarku.""Ini siapa, Honey? Kok aku baru sekarang melihatnya?" Perempuan muda itu memandang Keano."Oh.... Ini namanya Aira. Dia adikku yang pernah ku ceritakan. Kami memang tidak tinggal serumah, karena dia sudah merried dan tinggal bersama suaminya," jelas Keano. Lelaki muda itu memaksakan untuk tersenyum lebar.Olivia dan Aira bersalaman."
Bab 82) Cinta Juga Butuh LogikaLantaran merasa sudah bersikap terlalu keras dengan Olivia, Keano buru-buru meminta maaf dan segera mengajak Olivia keluar dari restoran. Sepanjang perjalanan menuju apartemen, tak sepatah kata pun keluar dari mulut Olivia. Wanita muda itu terlihat sangat tidak bersemangat, walaupun Keano berulang kali menawarinya untuk jalan-jalan atau shopping di mal."Sudah dong, Liv. Berhenti merajuknya. Aku kan sudah minta maaf." Tangannya terulur memeluk wanita itu dari belakang. Saat ini mereka sudah sampai di kamar pribadi Keano.Sebenarnya Olivia merupakan wanita yang mudah luluh. Perlakuan Keano terasa sangat manis. Keano selalu begitu saat ia merasa bersalah, tetapi laki-laki itu selalu saja mengulangi kesalahan yang sama dan kali ini Olivia sudah tidak bisa mentolelir lagi.Emangnya dia perempuan apaan? Dia datang ke Indonesia atas undangan Keano, tetapi jika Keano tidak berkenan dengan kehadirannya, buat apa ia bertahan? Olivia memang mencintai Keano, teta
Bab 83) Jangan Menangis, OliviaOlivia mendesah. Tubuhnya seperti disengat aliran listrik. Sentuhan itu begitu menggodanya. Olivia memejamkan mata, sementara kedua tangannya mencengkeram seprai. Tubuhnya meliuk seperti cacing kepanasan.Namun tak lama kemudian, ia merasakan tubuhnya ringan, tak ada lagi berat beban yang menindihnya. Olivia membuka mata, melihat Keanu yang terbaring di sisinya sembari menyukar rambutnya kasar. Lelaki muda itu terlihat frustasi."Keano, ada apa? Kenapa berhenti?" tanya Olivia."Maaf Liv, aku tidak bisa....""Tidak bisa apanya?!" Olivia menggeram, lantas memiringkan tubuh menghadap lelaki itu. "Ini sudah selangkah lebih baik. Aku menyukai sentuhanmu, Keano. Aku mencintaimu.""Tetapi aku tidak bisa, Olivia. Setiap kali aku menyentuhmu, selalu saja wajahmu berubah menjadi wajah Aira dalam pandanganku. Aku tidak bisa...."Hati Olivia kembali seperti tersengat lebah. Sakit sekali dan perih."Kalau kamu begini terus, kamu nggak akan mungkin bisa membuka hatim
Bab 84) Kenyataan PahitWajah Aira masih saja menari-nari dibenaknya. Wajah cantik nan polos seperti memintanya untuk tidak melakukan semua ini. Namun persetan dengan semuanya. Sungguhpun yang tengah dicumbunya sekarang adalah Aira, dia tetap tak akan peduli. Dia benar-benar sakit. Dia harus melampiaskan rasa sakitnya dengan cara seperti ini.Mencintai Aira dalam diam membuat akal pikirannya seperti kurang waras. Kenyataan bahwa Aira adalah istri sahabatnya sendiri, ditambah lagi ternyata Aira adalah adiknya, putri mom Alia dari suami keduanya. Kenyataan apa lagi yang lebih pahit dari ini?Keano merasa semuanya tak adil baginya!Tangannya begitu aktif bergerilya menyusuri seluruh tubuh Olivia. Wanita itu mendesah. Desahan yang lantas menyadarkannya bahwa yang berada di bawahnya sekarang adalah Olivia, bukan AiraTangannya gemetar membuka kain penutup terakhir di tubuh Olivia. Lelaki itu melorotkan tubuhnya, hingga bibirnya menyentuh belahan cinta yang menjadi pintu gapura surga milik
Bab 85) Menuju Apartemen KeanoAthar mengecup kening istrinya sekilas. Sedetik kemudian dia menyadari jika wajah cantik itu sedikit pucat. Namun sebelum ia sempat protes, Aira buru-buru mengatakan bahwa ia baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan. Athar membimbing sang istri masuk ke dalam kamar pribadinya."Sepertinya kamu terlalu banyak aktivitas hari ini, Sayang." Lelaki itu membantu Aira berbaring di tempat tidur.Athar teringat jika mereka pagi-pagi buta sudah harus melakukan perjalanan dari rumah Bunda Amirah ke gedung pusat Bumi Berkah Group. Aira yang harus kuliah, kemudian berlanjut ke salah satu workshop Maharani Jewellery menemui Devanka.Wanita itu menggeleng lemah."Tidak, Athar. Aku senang menjalani semua ini. Aku juga senang bertemu dengan Bunda Amirah. Hanya mungkin fisikku yang kurang kuat, mungkin lantaran kehamilan ini." Aira mengusap pelan perutnya.Athar merendahkan tubuh, hingga akhirnya duduk menyentuh lantai. Jari jemarinya mulai memijat kaki Aira. "Maaf jika s
Bab 86) Barang Bekas "Kamu...." lirih Olivia. "Kenapa kamu berada di sini? Ada hubungan apa kamu dengan Keano?" Suara Athar terdengar dingin. "Athar, ini yang namanya Olivia yang aku ceritakan barusan," jelas Aira antusias. Athar mengibaskan tangan, memberi isyarat Olivia untuk menyingkir, lalu menerobos masuk ke dalam ruangan apartemen. "Loh, Athar, Aira," tegur Keano. Lelaki itu kaget sekali. Dia buru-buru masuk ke dalam kamarnya, lantaran menyadari pada saat ini ia hanya mengenakan celana pendek. Athar terkesiap dan menoleh kepada istrinya. Sesaat sepasang suami istri itu saling memandang. Mereka bukan anak kecil lagi dan sangat tahu apa yang sudah terjadi di apartemen ini. Melihat penampilan Olivia dan Keano yang seperti itu, otak keduanya seketika travelling, membayangkan hal yang hanya dilakukan oleh orang dewasa. Athar mendudukkan tubuhnya di sofa, sementara Aira menyusul duduk beberapa detik kemudian. "Kenapa kamu bisa berada di sini? Bukankah seharusnya kamu berada d
Bab 87) Mengusir Olivia"Barang bekas?! Jadi sebenarnya kamu itu bukan model biasa?!" Dada lelaki itu seketika bergemuruh. Pantas saja Olivia sebegitu mudahnya menyerahkan diri kepadanya, bahkan jauh sebelum hari ini. Saat ia masih berada di Manila, Olivia bahkan pernah telanjang di hadapannya di dalam apartemennya yang ada di Manila.Athar dan Aira tidak mungkin bohong. Seumur-umur ia belum pernah mendapati lelaki sahabatnya ini berbohong. Jika apa yang dikatakan Athar dan Olivia berlawanan, berarti Olivia-lah yang sudah berbohong kepadanya."Keano, ini sama sekali tidak benar. Fitnah. Perusahaan kamu pernah bekerja sama dengan agensi kami. Kamu tahu sendiri. Apa pernah agensi kami menawarkan para modelnya untuk memberikan pelayanan seperti itu, hah?!" Wajah Olivia seketika memerah. Dia merasa terhina, meski kenyataannya, ia memang melayani para lelaki hidung belang kelas kakap. Bahkan jauh sebelum ia kenal Keano, ia adalah sugar baby seorang seorang pengusaha terkenal di Filipina."