Bab 78) Permintaan AlbanaAira pikir kedatangannya bersama Athar hanya dalam rangka meluluskan permintaan kakek tua itu. Tidak akan ada tema pembicaraan seputar bisnis, tetapi ternyata anggapannya salah besar. Albana tetaplah Albana. Lelaki pekerja keras yang hidupnya tak bisa lepas dari usaha dan bisnis.Lelaki berkulit keriput yang sehari-hari hanya bisa beraktivitas di seputaran ruang perawatannya itu tetap saja menyasar Athar dengan berbagai topik obrolan seputar bisnis, apalagi di antara mereka ada Bernard, asisten pribadi Albana. Meskipun Diamond Group sudah ditangani sepenuhnya oleh Keano, tetapi Albana tetap tidak bisa lepas tangan. Masih ada beberapa bisnis keluarga yang masih ia tangani, termasuk PT Indo Garment, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang garmen milik mendiang Alia."Jangan lagi menambah bebanku, Kek. Sudah cukup Alia Resto and Cafe, kemudian peranku sebagai istri pimpinan Berkah Bumi Group, bahkan di satu sisi aku harus kuliah. Jangan menambah lagi dengan In
Bab 79) Jalani TakdirmuAthar mengerti apa yang Aira rasakan saat ini. Dia pun pernah berada di posisi yang sama. Aira butuh disupport, bukan dipaksa untuk mengerti. Aira butuh seseorang yang bisa memahami gejolak jiwanya. Benar, ini memang terlalu mengejutkan buat Aira. Berawal dari seorang pengantin pengganti, kemudian menjadi seorang istri yang sebenarnya, lalu harus menjalani perannya sebagai pendamping seorang pimpinan Bumi Berkah Group, belajar soal perusahaan perhiasan, di amanahi untuk mengurus Alia Resto and Cafe peninggalan ibunya dan harus kuliah pula. Benar, itu terasa sangat berat bagi seorang Aira yang tidak terbiasa, apalagi sekarang sang kakek meminta Aira untuk menghandle perusahaan peninggalan ibunya yang baru hari ini ia ketahui, PT Indo Garment.Aira tak siap. Itu faktanya. Akan tetapi mau tidak mau Aira harus mau. Kalau bukan Aira, lantas siapa lagi? Tidak mungkin selamanya mengandalkan sang kakek yang kondisinya sudah sakit-sakitan. Mempercayakan perusahaan kep
Bab 80) Tiga Sahabat "Maaf, Tuan. Saya hanya ingin mengingatkan, tepat jam 08.00 pagi ini kita akan mengadakan rapat dengan beberapa direktur," ujar Nicko. "Ya, aku tahu. Terima kasih, Nicko," balas Athar datar. "Baik, Tuan. Setelah mematikan panggilan, Athar menyerahkan ponsel kepada istrinya. "Kita harus segera ke kantor sekarang, Sayang. Tidak ada waktu lagi untuk pulang ke rumah," ujar Athar sembari melirik arlojinya. Meskipun dia adalah pucuk pimpinan sebuah perusahaan, tetapi Athar sangat disiplin soal waktu. Dia tidak akan pernah mau membiarkan para bawahannya menunggu terlalu lama. Dia sendiri yang memberi contoh dan Athar pun juga tidak pernah mau mentolelir keterlambatan bawahannya lebih dari 5 menit. "Tapi aku perlu mandi dan ganti baju. Pagi ini aku ada jadwal kuliah. Dan dari kampus nanti, aku akan ke salah satu workshop Maharani Jewellery. Aku sudah janji dengan asisten pribadi Mommy, Mbak Devanka," jelas Aira. "Kita mandi di kantor saja. Nanti singgah sebentar d
Bab 81) Cintamu Salah Parkir"Bukannya itu Tuan Keano?" ucap Nana spontan."Iya," sahut Aira. Dia menyeret lengan Nana, membawanya menjauh dari mobil mereka, mengejar Keano dan perempuan itu yang kini sudah sampai di pintu depan restoran."Keano, tunggu!" teriak Aira. Nafasnya terengah-engah. Berdiri tepat berhadapan dengan Keano dan wanita itu membuat sepasang matanya spontan memindai penampilan wanita yang mengenakan dress pendek di atas lutut berwarna biru laut."Ini siapa, Keano? Aku belum pernah bertemu dengannya....""Ah, ya." Keano yang cepat menguasai keadaan mengeratkan rangkulannya kepada wanita di sampingnya. "Kenalkan, ini Olivia, pacarku.""Ini siapa, Honey? Kok aku baru sekarang melihatnya?" Perempuan muda itu memandang Keano."Oh.... Ini namanya Aira. Dia adikku yang pernah ku ceritakan. Kami memang tidak tinggal serumah, karena dia sudah merried dan tinggal bersama suaminya," jelas Keano. Lelaki muda itu memaksakan untuk tersenyum lebar.Olivia dan Aira bersalaman."
Bab 82) Cinta Juga Butuh LogikaLantaran merasa sudah bersikap terlalu keras dengan Olivia, Keano buru-buru meminta maaf dan segera mengajak Olivia keluar dari restoran. Sepanjang perjalanan menuju apartemen, tak sepatah kata pun keluar dari mulut Olivia. Wanita muda itu terlihat sangat tidak bersemangat, walaupun Keano berulang kali menawarinya untuk jalan-jalan atau shopping di mal."Sudah dong, Liv. Berhenti merajuknya. Aku kan sudah minta maaf." Tangannya terulur memeluk wanita itu dari belakang. Saat ini mereka sudah sampai di kamar pribadi Keano.Sebenarnya Olivia merupakan wanita yang mudah luluh. Perlakuan Keano terasa sangat manis. Keano selalu begitu saat ia merasa bersalah, tetapi laki-laki itu selalu saja mengulangi kesalahan yang sama dan kali ini Olivia sudah tidak bisa mentolelir lagi.Emangnya dia perempuan apaan? Dia datang ke Indonesia atas undangan Keano, tetapi jika Keano tidak berkenan dengan kehadirannya, buat apa ia bertahan? Olivia memang mencintai Keano, teta
Bab 83) Jangan Menangis, OliviaOlivia mendesah. Tubuhnya seperti disengat aliran listrik. Sentuhan itu begitu menggodanya. Olivia memejamkan mata, sementara kedua tangannya mencengkeram seprai. Tubuhnya meliuk seperti cacing kepanasan.Namun tak lama kemudian, ia merasakan tubuhnya ringan, tak ada lagi berat beban yang menindihnya. Olivia membuka mata, melihat Keanu yang terbaring di sisinya sembari menyukar rambutnya kasar. Lelaki muda itu terlihat frustasi."Keano, ada apa? Kenapa berhenti?" tanya Olivia."Maaf Liv, aku tidak bisa....""Tidak bisa apanya?!" Olivia menggeram, lantas memiringkan tubuh menghadap lelaki itu. "Ini sudah selangkah lebih baik. Aku menyukai sentuhanmu, Keano. Aku mencintaimu.""Tetapi aku tidak bisa, Olivia. Setiap kali aku menyentuhmu, selalu saja wajahmu berubah menjadi wajah Aira dalam pandanganku. Aku tidak bisa...."Hati Olivia kembali seperti tersengat lebah. Sakit sekali dan perih."Kalau kamu begini terus, kamu nggak akan mungkin bisa membuka hatim
Bab 84) Kenyataan PahitWajah Aira masih saja menari-nari dibenaknya. Wajah cantik nan polos seperti memintanya untuk tidak melakukan semua ini. Namun persetan dengan semuanya. Sungguhpun yang tengah dicumbunya sekarang adalah Aira, dia tetap tak akan peduli. Dia benar-benar sakit. Dia harus melampiaskan rasa sakitnya dengan cara seperti ini.Mencintai Aira dalam diam membuat akal pikirannya seperti kurang waras. Kenyataan bahwa Aira adalah istri sahabatnya sendiri, ditambah lagi ternyata Aira adalah adiknya, putri mom Alia dari suami keduanya. Kenyataan apa lagi yang lebih pahit dari ini?Keano merasa semuanya tak adil baginya!Tangannya begitu aktif bergerilya menyusuri seluruh tubuh Olivia. Wanita itu mendesah. Desahan yang lantas menyadarkannya bahwa yang berada di bawahnya sekarang adalah Olivia, bukan AiraTangannya gemetar membuka kain penutup terakhir di tubuh Olivia. Lelaki itu melorotkan tubuhnya, hingga bibirnya menyentuh belahan cinta yang menjadi pintu gapura surga milik
Bab 85) Menuju Apartemen KeanoAthar mengecup kening istrinya sekilas. Sedetik kemudian dia menyadari jika wajah cantik itu sedikit pucat. Namun sebelum ia sempat protes, Aira buru-buru mengatakan bahwa ia baik-baik saja, hanya sedikit kelelahan. Athar membimbing sang istri masuk ke dalam kamar pribadinya."Sepertinya kamu terlalu banyak aktivitas hari ini, Sayang." Lelaki itu membantu Aira berbaring di tempat tidur.Athar teringat jika mereka pagi-pagi buta sudah harus melakukan perjalanan dari rumah Bunda Amirah ke gedung pusat Bumi Berkah Group. Aira yang harus kuliah, kemudian berlanjut ke salah satu workshop Maharani Jewellery menemui Devanka.Wanita itu menggeleng lemah."Tidak, Athar. Aku senang menjalani semua ini. Aku juga senang bertemu dengan Bunda Amirah. Hanya mungkin fisikku yang kurang kuat, mungkin lantaran kehamilan ini." Aira mengusap pelan perutnya.Athar merendahkan tubuh, hingga akhirnya duduk menyentuh lantai. Jari jemarinya mulai memijat kaki Aira. "Maaf jika s