Bab 101) Terusir"Sekeras apapun usaha kamu untuk menyadarkan Mama, tetap nggak ada artinya jika Mama memang nggak ada niat untuk berubah. Jadi biarlah Mama tetap dengan pendiriannya Aku berharap Mama tidak menyesal di kemudian hari." Alvino merangkul istrinya, mencium pipi wanita itu. Sebelah tangannya mengusap lembut perut istrinya yang membuncit."Sekarang kita fokus untuk menyambut kelahiran anak kita, Alvino junior. Oke?"Kiara berdehem. Alvino selalu punya cara untuk menenangkannya. Satu hal yang membuat Kiara akhirnya berpikir, dia memang tidak salah memilih suami. Walaupun Kalina selalu menentangnya. Namun apa artinya? Kalina tidak akan pernah bisa memisahkannya dengan Alvino. Bukankah mereka sudah memiliki batasan masing-masing?Di titik ini Kiara merasa sudah berada di jalan yang benar. Tak boleh ada yang mengusiknya lagi, meskipun itu ibunya sendiri."Mungkin untuk sementara memang lebih baik begini. Tidak tahu ke depannya gimana. Gimana nanti saja dipikir," gumam Kiara dal
Bab 102) Kamu Jual, Aku Beli!"Saya tidak memiliki keuntungan apapun dengan membuka rahasia Tuan. Tuan Bernard tidak usah khawatir. Rahasia dijamin aman. Justru itulah kenapa saya bikin skenario seolah-olah mengusir penyewa apartemen saya dengan cara yang baik," sergah lelaki itu."Ya, saya mengerti maksud Pak Budi. Terima kasih atas kerjasamanya. Sebentar lagi uangnya akan kami transfer."***"Bagaimana? Apakah sudah beres?" tanya Albana saat asisten pribadinya itu mengakhiri panggilannya dengan Budi."Beres, Tuan." "Bagus!" Lelaki tua itu mengacungkan jempol. "Sekarang perintahkan anak buahmu untuk mengawasi gerak-gerik wanita itu. Pastikan agar dia tidak punya tempat tinggal lagi. Pastikan tak ada seorangpun yang mau menjual atau menyewakan apartemen atau rumah kepada Kalina. Kamu paham maksud saya, Bernard?"Lelaki itu mengangguk. "Paham, Tuan," sahutnya seraya menscrool layar ponsel, menghubungi Bara dan Dave untuk meneruskan instruksi Albana."Bagus. Good job. Setelah itu, kamu
Bab 103) Patah HatiSepanjang perjalanan, Kalina berulang kali menengok arlojinya. Dia benar-benar diburu oleh waktu. Jangan sampai kali ini dia gagal bertemu dengan lelaki itu. Ini adalah harapannya yang terakhir.Mobil taksi yang ia tumpangi berhenti di depan gedung apartemen. Setengah berlari ia menuju gedung pencakar langit itu, memasuki lift, kemudian menyusuri lorong menuju unit yang dihuni oleh Harold."Harold...." Langkahnya tertahan di depan pintu. Seorang lelaki gagah bertubuh tinggi besar berdiri dengan menggandeng perempuan muda berparas cantik."Mau apa kamu kemari, Kalina?" Mata birunya seketika mengerjap. Meskipun terlihat kaget, tetapi Harold tetap tenang."Kenapa kamu tidak bisa dihubungi? Apakah kamu tidak membutuhkanku lagi?" Pertanyaan tak tahu malu itu meluncur begitu saja dari mulut Kalina."Kalina, bukankah beberapa hari yang lalu aku sudah mengatakan jika aku sudah tidak membutuhkanmu lagi? Hari ini aku akan berangkat ke London untuk bertunangan dengan kekasihk
Bab 104) Titipan Terindah Dari Tuhan"Sinta, tunggu!" Langkah-langkah panjang Keano menyusul sang sekretaris yang barusan keluar dari ruang kerjanya."Ya, Tuan." Sinta menoleh sekilas. "Kamu itu temannya Devanka. Jangan pernah memanggilku Tuan saat kita sedang berdua," tukas lelaki itu saat ia berhasil menyusul sekretaris pribadinya ini. Keano mengangsurkan sebuah bungkusan. "Aku titip ini ya, buat Deva."Sinta mendesah, meskipun tangannya tetap terulur menerima bungkusan yang cukup besar itu, entah apa isinya.Ini bukan kali pertama ia mendapat titipan seperti ini. Sejak Keano mengetahui jika ia berteman bahkan tinggal di unit yang bersebelahan dengan Devanka, tiba-tiba saja tugasnya bertambah menjadi seorang kurir. Bukan sekedar menjadi kurir, tetapi harus memastikan agar Devanka mau menerima pemberian dari Keano.Selain Keano dan keluarga Nyonya Rani, hanya Sinta satu-satunya orang yang mengetahui penyebab kehamilan Devanka. Dia tahu persis bagaimana sahabatnya membenci Keano, ba
Bab 105) Hasil Malak"Aira...."Belum sempat Aira menyahut, keburu tangan kekar itu merangkul bahunya, menggandeng Aira menyusuri pelataran butik dan menuju pintu masuk. Sepintas penampilan keduanya bak sepasang suami istri yang tengah berbahagia menanti calon buah hati.Butik ini memang khusus menjual pakaian untuk ibu hamil sekaligus perlengkapan bayi. Jadi tak heran jika para pengunjungnya didominasi para wanita yang sedang dalam kondisi mengandung. Keano memang tak salah membawa Aira ke tempat ini."Pilih saja sesukamu dan jangan lupa pilihkan juga pakaian yang kira-kira cocok untuk Devanka," titah Keano saat mereka sudah masuk ke ruangan yang sangat luas ini. Lelaki itu mendorong pelan Aira lantas melangkah menuju sofa, duduk dengan santai sembari mengamati pemandangan di sekelilingnya. Bibir lelaki itu mengurai senyum membayangkan sosok gadis yang sampai saat ini belum juga mau ia temuiDevanka.Sejauh ini ia sangat percaya bahwa apapun yang terjadi pada hidupnya bukan sebuah
Bab 106) Ajakan Untuk Berteman "Sudah, Tuan." Sinta menjawab. "Terus, bagaimana tanggapan Devanka? Apakah dia mau menerima pemberianku?" pancing Keano seraya menatap sekilas barang-barang yang tergeletak begitu saja di lantai. Dia sudah tak sabar lagi ingin menemui gadis itu. Entah kenapa belakangan ini rasanya keinginan itu begitu menggebu. Begitu ingin ia mengusap perut Devanka, kemudian menciumnya. Apakah ini memang naluri lelaki dewasa yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah? Terkadang ia merasa menggila. Begitu kuat dorongan sampai pernah suatu ketika ia nekat ingin mengunjungi gadis itu. Malam-malam ia mengendarai mobilnya sendirian, berhenti di depan gedung apartemen yang dihuni oleh Devanka. Menatap apartemen itu seolah menatap gadis itu. Tuhan... baru ia menyadari jika sebenarnya ia begitu mendamba. Kehamilan Devanka yang menjadi pemicunya. Di sisi hatinya yang terdalam ada sebersit kebanggaan jika sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah. Betapa inginnya ia melewa
Bab 107) Satu TimMelihat itu hati Keano mendadak seperti tersayat. Dia tahu gadis ini sudah melalui hal yang sangat berat. Kehilangan kesucian diri, kemudian hamil. Kehamilan yang sama sekali tidak diinginkan. Memang, ia akan bertanggung jawab, tapi itu bukan solusi, tak akan menyelesaikan masalah. Tetap saja Devanka hamil diluar nikah dan itu berat. Berat sekali. Tanggung jawab dari Keano bahkan berfungsi hanya sekedar untuk meringankan beban rasa bersalah yang ada dalam diri Keano sendiri. Devanka berbeda dari gadis kebanyakan, yang ketika hamil langsung meminta tanggung jawab untuk dinikahi. Tidak. Justru ia yang harus mengemis agar Devanka mau menikah dengannya.Lelaki itu menarik nafas kemudian menjatuhkan diri berlutut di hadapan Devanka. "Aku tahu, aku salah. Dan aku minta maaf yang sebesar-besarnya untuk semua yang telah kulakukan padamu. Aku memang lelaki bejat, tetapi aku ingin mengajakmu untuk berpikir secara positif. Aku mengerti, apa yang sudah kamu lalui berasal dar
Bab 108) ResignBerjam-jam Devanka berkutat dengan pekerjaannya, sesekali dia memijat pinggangnya. Kehamilan ini membuat bagian tubuh yang satu ini sering terasa pegal. Namun gadis itu tidak peduli. Dia masih memprototi layar laptop demi menyelesaikan pekerjaannya. Dia harus menyelesaikan pekerjaan ini sebaik mungkin. Setidaknya ia bisa memberikan kenangan manis untuk perusahaan yang telah memberikan kesempatan baginya untuk berkarya. Menjadi asisten pribadi Nyonya Rani sungguh menyenangkan. Wanita itu sangat baik, bahkan selalu meminta Devanka untuk memanggilnya dengan sebutan mommy, sama seperti Athar dan Keano.Sayang sekali, jika hubungan mereka akhirnya harus ternodai oleh insiden yang tak sengaja diciptakan. Celakanya, orang yang telah merenggut sesuatu yang paling berharga pada dirinya dan ayah biologis dari janin di dalam perutnya adalah Keano, orang yang berasal dari lingkaran yang sama dengan bos besar kesayangannya. Seandainya orang itu adalah orang yang tak dikenal, mungki