Bab 106) Ajakan Untuk Berteman "Sudah, Tuan." Sinta menjawab. "Terus, bagaimana tanggapan Devanka? Apakah dia mau menerima pemberianku?" pancing Keano seraya menatap sekilas barang-barang yang tergeletak begitu saja di lantai. Dia sudah tak sabar lagi ingin menemui gadis itu. Entah kenapa belakangan ini rasanya keinginan itu begitu menggebu. Begitu ingin ia mengusap perut Devanka, kemudian menciumnya. Apakah ini memang naluri lelaki dewasa yang sebentar lagi akan menjadi seorang ayah? Terkadang ia merasa menggila. Begitu kuat dorongan sampai pernah suatu ketika ia nekat ingin mengunjungi gadis itu. Malam-malam ia mengendarai mobilnya sendirian, berhenti di depan gedung apartemen yang dihuni oleh Devanka. Menatap apartemen itu seolah menatap gadis itu. Tuhan... baru ia menyadari jika sebenarnya ia begitu mendamba. Kehamilan Devanka yang menjadi pemicunya. Di sisi hatinya yang terdalam ada sebersit kebanggaan jika sebentar lagi ia akan menjadi seorang ayah. Betapa inginnya ia melewa
Bab 107) Satu TimMelihat itu hati Keano mendadak seperti tersayat. Dia tahu gadis ini sudah melalui hal yang sangat berat. Kehilangan kesucian diri, kemudian hamil. Kehamilan yang sama sekali tidak diinginkan. Memang, ia akan bertanggung jawab, tapi itu bukan solusi, tak akan menyelesaikan masalah. Tetap saja Devanka hamil diluar nikah dan itu berat. Berat sekali. Tanggung jawab dari Keano bahkan berfungsi hanya sekedar untuk meringankan beban rasa bersalah yang ada dalam diri Keano sendiri. Devanka berbeda dari gadis kebanyakan, yang ketika hamil langsung meminta tanggung jawab untuk dinikahi. Tidak. Justru ia yang harus mengemis agar Devanka mau menikah dengannya.Lelaki itu menarik nafas kemudian menjatuhkan diri berlutut di hadapan Devanka. "Aku tahu, aku salah. Dan aku minta maaf yang sebesar-besarnya untuk semua yang telah kulakukan padamu. Aku memang lelaki bejat, tetapi aku ingin mengajakmu untuk berpikir secara positif. Aku mengerti, apa yang sudah kamu lalui berasal dar
Bab 108) ResignBerjam-jam Devanka berkutat dengan pekerjaannya, sesekali dia memijat pinggangnya. Kehamilan ini membuat bagian tubuh yang satu ini sering terasa pegal. Namun gadis itu tidak peduli. Dia masih memprototi layar laptop demi menyelesaikan pekerjaannya. Dia harus menyelesaikan pekerjaan ini sebaik mungkin. Setidaknya ia bisa memberikan kenangan manis untuk perusahaan yang telah memberikan kesempatan baginya untuk berkarya. Menjadi asisten pribadi Nyonya Rani sungguh menyenangkan. Wanita itu sangat baik, bahkan selalu meminta Devanka untuk memanggilnya dengan sebutan mommy, sama seperti Athar dan Keano.Sayang sekali, jika hubungan mereka akhirnya harus ternodai oleh insiden yang tak sengaja diciptakan. Celakanya, orang yang telah merenggut sesuatu yang paling berharga pada dirinya dan ayah biologis dari janin di dalam perutnya adalah Keano, orang yang berasal dari lingkaran yang sama dengan bos besar kesayangannya. Seandainya orang itu adalah orang yang tak dikenal, mungki
Bab 109) Pergilah, Deva"Apa?! Devanka meninggalkan apartemen?! Kapan?" Suara Keano menggema memenuhi ruangan kerjanya. Lelaki itu mengeratkan genggamannya pada benda pipih berharga fantastis miliknya itu."Baru saja, Tuan. Nona Devanka pergi dengan mengendarai taksi," jawab seorang lelaki di ujung telepon."Kalau begitu, kamu ikuti dia. Jangan sampai kehilangan jejak," titah Keano spontan."Ini kami sedang mengikuti beliau, Tuan. Tuan jangan khawatir. Nanti kami akan hubungi lagi jika ada informasi penting," sahutnya di sela-sela deru suara kendaraan. "Baik. Awasi terus dia. Kamu jangan sampai lengah. Aku tidak mau kehilangan jejak wanita itu. Di dalam perutnya ada calon anakku. Dia membawa sesuatu yang sangat berarti bagiku. Paham kalian?""Ya Tuan, kami paham dan kami akan menjaga Nona Devanka dengan baik," sahutnya."Baik, aku tunggu informasi berikutnya."Keano menaruh ponsel di mejanya di samping laptop yang masih saja terus menyala. Lelaki itu kembali melanjutkan pekerjaannya,
Bab 110) Bandung, Aku Kembali"Bandung, aku kembali," ucap Devanka dalam hati.Begitu banyak perubahan di kota ini setelah bertahun-tahun lamanya ia tidak menginjakkan kakinya di kota yang pernah menjadi tempat ia tumbuh dan dibesarkan. Kota yang menyimpan begitu banyak kenangan tetapi juga menyimpan kepahitan.Hidup sebatang kara, tidak jelas siapa orang tua dan keluarganya, menjalani hari-hari di panti asuhan, kemudian lepas dari panti setelah ia berusia 18 tahun dan lulus SMA. Dia pernah bekerja serabutan hanya untuk membiayai kuliahnya. Devanka benar-benar mandiri tanpa bergantung kepada siapapun dan kini dia pun berusaha untuk tidak bergantung kepada siapapun untuk melanjutkan hidupnya dan calon bayinya.Sembari bersandar di jok mobil yang membawanya menuju sebuah tempat, Devanka terus mengelus perutnya yang memendarkan gerakan-gerakan halus. Perutnya yang tak lagi rata dengan ukuran janin yang terus membesar dan berbentuk semakin lama semakin sempurna menjadi seorang bayi. "Aku
Bab 111) Bertemu Teman Lama"Aku resign dari perusahaan atas keinginan sendiri dan aku belum menikah," jawab Devanka lugas. Tak ada gunanya ia menyembunyikan semuanya dari Sam, toh pada akhirnya lelaki itu akan tahu sendiri. Sam adalah sahabatnya sejak di panti asuhan. Mereka tumbuh bersama. Lantaran merasa senasib sepenanggungan, membuat Devanka terkadang merasa Sam adalah saudaranya sendiri. Hanya saja yang membedakan, Devanka berhasil menyelesaikan kuliahnya, kemudian merantau dan bekerja di Maharani Jewellery. Sejak itu keduanya terpisah dan tak ada lagi kontak. Devanka kehilangan nomor kontak Sam karena ponselnya hilang dalam perjalanan menuju kota tempat ia mengais rezeki selanjutnya. Sementara Sam tetap setia di Bandung. Sam tidak kuliah, tetapi memilih membuka usaha kecil-kecilan, berjualan batagor, makanan khas Bandung yang terkenal itu.Mendadak suasana menjadi canggung. Sam terlihat salah tingkah. Dia merasa bersalah karena pertanyaannya barusan mungkin membuat Devanka me
Bab 112) Menyusul Ke Bandung"Oh, ya, Sinta. Tolong siapkan bahan-bahan yang diperlukan. Suruh anggota tim marketing untuk segera berkumpul di ruang meeting. Setengah jam lagi kita akan meeting." Lagi-lagi Keano memberi perintah.Sinta mengangguk patuh, kemudian segera undur diri dari ruang kerja bosnya. Sepeninggal sekretarisnya, lelaki itu menghela nafas. Entah kenapa ada yang berbeda saat Ronald menyebut kata teman lama. Mungkinkah Devanka memiliki hubungan dengan lelaki itu di masa lalunya? Mengingat tak ada pertemanan yang benar di antara laki-laki dan perempuan. Entah kenapa hatinya terasa tak rela membayangkan Devanka bercanda ria dengan lelaki itu, meskipun katanya hanya sekedar teman lama. Sementara dengan dirinya, jangankan bercanda, untuk bertemu saja gadis itu enggan. Terbukti sekarang dia malah kabur ke Bandung. "Deva, Deva. Kemanapun kamu pergi, aku pasti akan bisa menemukanmu," gumam Keano. Dia kembali membuka laptop. Masih ada beberapa berkas yang harus ia tanda ta
Bab 113) Beda Kasta"Kamu salah, Keano. Aku merasa nyaman tinggal di sini," bantah Devanka."Tapi tempat ini sungguh tidak layak....""Semua tempat itu layak, Keano." Devanka menggeram. "Kamu jangan pernah membandingkan kehidupanmu dengan kehidupanku. Mungkin kamu tidak pernah merasakan pahitnya hidup di panti asuhan. Kita ini beda kasta!"Senyum Keano terkembang. Getir sekali. Tidakkah Devanka menyadari, jika mereka sama saja? Ayah Keano meninggal saat ia masih sangat kecil dan sejak kecil pula ia terpisah dari ibunya akibat keegoisan sang kakek. Apakah Devanka tidak pernah berpikir bahwa itu lebih menyakitkan? Dia bahkan kadang merasa hidup lebih dari seorang anak yatim. Bedanya ia dipelihara dan diberi fasilitas yang terbaik oleh kakeknya, Albana."Semua manusia sama di hadapan Tuhan, Deva. Tidak ada yang berbeda. Aku tidak pernah merendahkanmu hanya karena status sosial dan kekayaan. Aku hanya ingin agar kamu menjalani kehamilan dan persalinanmu dengan aman dan nyaman sesuai denga