Happy Reading...
POV. Satria.Sinar mentari pagi menyapa wajahku, saat aku pergi meninggalkan rumah kontrakan yang kami tinggali bersama.Pagi ini aku kesiangan karena selepas subuhan aku tidur lagi. Rumah ini baru kami tempati seminggu yang lalu. Heru, Taufan dan aku, kami sepakat untuk menyewa rumah bertiga agar bisa lebih nyaman kami tinggali. dari pada harus menyewa satu kamar yang sempit dan kami harus berbagi tempat untuk yang lainnya.Entah karena aku terlalu penat atau aku yang tak bisa tidur karena dia yang mengganggu ku lewat bayangannya. hingga pagi ini untuk pertama kalinya seorang Satria harus mandi bebek. jika teman-temanku sampai tahu, sudah pasti mereka akan mengejekku habis-habisan.Dengan sedikit kencang aku memacu kuda Besi ku. membelah jalanan pagi yang masih padat oleh kendaraan lain. dan akhirnya aku sudah sampai di sekitar perusahaan dan aku memacu motorku dengan sedikit pelan."Assalamu'alaikum pak Rowi." Ucapku pada satpam yang aku lewati di depan pos pertama."W*'alaikum Salam, tumben telat mas?" jawab pria berusia limah puluh tahunan itu. meski usianya sudah setengah abad, namun fisiknya masih sangat bugar. terlihat dari tubuhnya yang masih tegap."Iya, kesiangan pak!" Jawabku sambil menscan barcode dari ID ku."Satria kesiangan? wah ini merupakan berita yang baru kali ini aku dengar." Timpal teman seprofesinya yang sedikit lebih muda darinya."Iya pak Narmo, mungkin terlalu lelah jadinya sering tak bisa tidur." Jawabku sambil duduk lagi di atas jok motorku dan menghidupkannya."Sudah saatnya kamu cari guling baru Satria!" Timpal Udin, seorang Ob yang sedang mengambil gelas kopi bekas satpam yang shift malam."Iya Din, kamu benar. di rumah kontrakan ku memang tak tersedia guling." Jawabku tanpa rasa curiga sedikitpun kemana arah pembicaraan mereka."Gulingnya yang bisa bernafas Satria, biar bisa bangunin kamu." Ucap pria berkemeja biru yang di kombinasikan warna kuning pada bagian lengannya itu.Seketika Pos depan langsung riuh mendengar jawaban Udin. dan aku langsung mengerti apa yang ia maksud dengan guling yang bisa bernafas itu. aku hanya mampu mengulas senyum tipis. malu rasanya jika jadi bahan gurauan teman-teman. apalagi jika mereka tau alasan kenapa aku terlambat dan kenapa sampai saat ini aku masih melajang.Hingga selama lima menit aku masih berada di sana, meladeni gurauan tak masuk akal mereka. tak seperti biasanya aku langsung pergi ke gedung Utara, tempat dimana department ku berada.Hingga suara deru mobil membuat kami harus menoleh berjamaah. dan kulihat kembali mobil yang semalam melintas di belakangku saat kami bertiga sedang asik makan nasi goreng di ujung gang tempat tinggalku.Mobil itu melaju kencang memasuki area kantor yang berada sekitar lima ratus meter dari gerbang depan.Shit! Aku kepergok masih berada di sini olehnya. pasti dia akan berfikir bahwa aku adalah karyawan yang malas. karena jam segini masih berada di luar gedung.Eh, tunggu. ini bukan jam masuk para staff kantor. jam kerja mereka masih satu jam lagi, lalu kenapa Dia sudah berada di sini saja. apa mungkin ada perubahan jam kerja tapi aku tidak tahu.Ah sudah lah, tak perlu aku pikirkan.yang penting aku tidak terlambat. masih ada waktu sepuluh menit untuk aku menyiapkan bahan untuk hari ini.Ku kendarai motor ku dengan pelan menuju tempat parkir khusus staff dan sepertinya sudah penuh. ini salahku aku tidak dapat tempat parkir yang teduh. kasihan sekali motorku yang sekeren ini harus berada di bawah terik untuk beberapa jam ke depan.Ku ayunkan langkah menuju ke gudang, tempatku mengais Rezeki selama tiga tahun ini. dan kulihat juga dia sedang berjalan ke arah yang sama. ke arah gudang.Ya Tuhan, seketika aku kalang kabut dalam hatiku. tapi aku tetap tenang dalam langkahku. jika pagi ini aku kena semprot bahkan SP karena kepergok masih mengobrol, itu artinya aku sedang apes. tidak ada hubungannya dengan mimpiku semalam. mimpi saat dia datang padaku dan tersenyum, lalu mencium punggung tanganku tahzim. gila, aku pasti gila jika terlalu mempercayai mimpi.Dia sudah sampai terlebih dahulu di dalam gudang. ku lihat di berdiri di sana sambil menenteng sebuah paper bag yang tengah berbicara dengan Heru. temanku yang bertanggung jawab untuk mengatur keluar masuknya barang setelah aku memberinya nota. begitulah aturan pabrik, memang sedikit rumit."Selamat pagi bu!" Sapa ku formal. ia hanya menoleh sebentar lalu merogoh paper bag di tangannya."Bisakah kau memberiku Behel seperti ini." tunjuknya pada accessories tas di tangannya."Maaf." ucapku kikuk.Aku mengambilnya di tangannya dan tanpa sengaja tangan kami bersentuhan. percayalah itu sesuatu yang membuat darahku berdesir dan dadaku berdebar lebih kencang dari dari biasanya. entah karena takutku di anggap tak sopan atau aku yang tengah terpesona dan hampir terpikat olehnya.Dia hanya mengulas senyum sebentar namun itu cukup untukku merasa bahwa waktu juga memberikan jeda agar menikmati senyum indah itu.Wajah cantiknya yang menurutku di balut oleh kesombongan itu raib entah entah kemana saat itu. ah! aku tak memikirkannya. yang terpenting aku dapat menikmati kebersamaan kami yang sekilas ini."Apakah ini akan menjadi target kita selanjutnya, Bu" ucapku formal di sertai gurauan untuk memecah kecanggungan kami."Jangan mengejekku, atau aku akan memberikan SP untukmu." Ucapnya garang penuh ancaman tapi dia cemberut manja. Hey, tak tahukah dia jika perbuatannya itu membuatku ingin memakannya.Aku terkekeh, gemes sekali melihatnya. bibir merah alaminya membuatku gagal fokus."Itu tas kesayanganku, hadiah dari seorang teman. jadi aku sedih saat melihat talinya rusak." Dia menjelaskan. namun fokusku pada bibirnya yang sedang bergerak saat menerangkannya."Baiklah, sesuai perintahmu saya akan memperbaikinya." Aku membawa tas nya yang ia bilang kesayangannya itu ke meja kerjaku.Tas kesayangan? haruskah aku cemburu pada sebuah tas? menggelikan sekali."Kenapa harus kau? bukankah kau banyak pekerjaan?" Protesnya."Mereka juga banyak pekerjaan, atau anda ingin melakukannya sendiri?" tawarku dengan sedikit senyum untuk menggodanya."Jika kau mengejekku sekali lagi, aku akan benar-benar memberi mu SP atau bahkan menskors mu." ancamnya lagi. lagi dan lagi aku melihatnya cemberut. lalu dengan begitu saja ia meninggalkan aku yang masih memegang tas kesayangannya."Sepertinya yang asing sudah tak asing lagi nih." ejek Heru setelah kepergian direktur cantik itu."Dia bukan orang asing dan tak pernah menjadi orang asing" ucapku menimpali candaan Heru."Setidaknya di hatiku." Batinku meneruskan."Ya... ya.. ya... yang sudah saling menyentuh." goda Heru lagi."Ngomong apa kamu Heru!" Hardik ku garang sambil membuka laci tempat penyimpanan accessories."Apalah.. apalah..." ucapnya lagi sambil ngeloyor pergi. aku hanya menggeleng atas bualannya itu. meskipun itu benar adanya.***Happy Reading...Siang beranjak sore, namun udara masih terlalu panas jika Kami keluar gedung saat ini.Saat week end seperti ini biasanya kami kerja hanya lima jam kerja saja. namun karena banyaknya pekerjaan yang harus aku selesaikan agar target bulan ini dapat aku selesaikan tepat waktu, terpaksa kami harus mengambil jam lembur.Ku lihat mobil mewah itu tetap di sana. apakah ibu direktur itu juga tengah lembur? tak seperti kebiasaan Direktur lama yang lebih memilih untuk pulang atau bahkan libur saat week end, beliau malahkerja lembur.Ku lihat mobil satu lagi yang datang. dan sepertinya ku kenal mobil itu.Ya benar, itu adalah mobil Pak Franki. asisten Direktur lama. pastilah saat ini ia juga masih menjadi asisten pak Direktur. jika tidak, tak mungkin beliau datang ke tempat ini."Satria." sapa pria ramah itu."Pak Franki, apa kabar pak? lama ya tak kesini." ucapku menyambut beliau.Memang kami sering bersama dulu sewaktu beliau belum pindah ke kantor pusat."Baik, Kamu sendiri g
Prolog.Menikah dengan orang yang di cintai tentu menjadi impian bagi semua pasangan.Membayangkan kehidupan akan di penuhi dengan kebahagiaan bersama pasangan dan membangun keluarga yang bahagia adalah impian gadis cantik bernama Sandika Aurelia Hermawan.Namun siapa sangka pernikahan yang terbayang indah hancur dalam hitungan jam. malam pertama yang nantikan harus menjadi alasan Aurel untuk mengucap kata cerai.Meski setelah sang hakim memberikan ketok palu yang menandakan terputusnya sebuah hubungan, rasa cinta kepada mantan suaminya tak dapat ia buang begitu saja. dan ia pun sadar jika ikatan perkawinan bukan sekedar mengatakan kata cinta.Ada banyak hal yang akan dan harus terjadi dalam kehidupan perkawinan. maka dengan keikhlasan ia berusaha menerima takdir perpisahan di usia pernikahan yang masih seumur jagung.Pergi, jika itu bisa membuat keduanya bisa nyaman, kenapa tidak? meski mereka juga sadar cinta mereka terlalu besar untuk saling berjauhan.Setelah sekian waktu Aurel pe
Happy Reading..."Sah...?" tanya seorang berpeci hitam itu. yang ternyata adalah seorang penghulu."Sah!" jawab para saksi dan juga para tamu yang hadir dalam acara sakral itu.Ucapan syukur dan do'a-do'a pun di panjatkan untuk mengiringi mereka ke gerbang kehidupan perkawinan. dan semoga kebahagiaan selalu menyertai mereka berdua.Tangis haru dan air mata kebahagiaan terdengar membuat hati yang mengering kecewa ini sedikit bergerimis. wahai hati ikhlaslah. karena ini ujian.Satu persatu para tamu memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. lihatlah betapa bahagia mereka. aku pernah di posisi itu dulu. bahagia.wahai hati, ikhlaslah! tak semua yang kau harapkan harus kau dapatkan."Selamat ya lynl" ucapku pada Allyn, sepupuku. putri dari kakak pertama ibuku. aku senang akhirnya dia bisa menjadi wanita seutuhnya. bukankah memakai kebaya pengantin adalah bukti bahwa dia adalah wanita sesungguhnya. tidak seperti biasanya yang dia pakai adalah jeans bolong dan kemeja kebesaran yang
Happy Reading...Akhirnya Kau kembali." Suara bariton itu.Aku seperti terlempar dari atas tebing tinggi saat suara berat itu menyapa gendang telingaku. setahun lamanya aku berusaha untuk melupakannya.Mengingat kejadian malam pertama kami yang gagal. dan di detik itu pula dia mentalak ku. atas nama kebahagiaan dia lantang mengatakannya tanpa memberi penjelasan sepatah katapun.Wahai hati, kuatkan dirimu."Maafkan aku, aku bukan pria sempurna," sesalnya malam itu. padahal kami sudah dalam keadaan tak memakai apapun. aku malu sangat malu terhadapnya dan juga pada diri sendiri. aku merasa begitu murahan karena begitu mendambakan malam itu.Saat itu adalah malam yang di nantikan oleh semua pasangan yang baru menikah, yaitu malampertama.Dengan sisa keberanian dalam diriku dan dengan dada bergejolak penuh kerinduan aku beranikan diri menegakkan tubuhku berdiri dan berbalik ke arah sumber suara."Kak Edwin." Suaraku tercekat di tenggorokan. tak kuasa rasanya otot-otot di tubuh ini menyang
Happy Reading...Di tempat lain, di sebuah perusahaan pembutan sepatu. "Sat!" Panggil Heru salah satu teman se-department ku.Aku yang saat itu sedang mencatat barang keluar dan masuk ke dalam list pun menoleh sebentar."He, lu tau gak besok Direktur yang baru akan datang buat sidak" Ucap Heru menggebu.Aku tak menanggapi serius ucapan Heru. jika memang akan di adakan sidak, lalu kenapa Heru sampai tahu. itu artinya sudah ada pemberitahuan dari kantor pusat agar kami bisa bersiap-siap saat Direktur memeriksa sistem kerja kami."Lu dengar gue kan?" Heru menyenggol bahuku hingga pulpen yang sedang ku gunakan untuk menulis terjatuh."Sorry!" cengirnya sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.Aku hanya menggeleng melihat tingkahnya. Segitu takutnya sama Direktur. pikirku."Fan!" panggilku pada lelaki yang sedang mendorong Hand truck trolley yang bernama Taufan."Tolong kamu kirim 30 liter Latex, 3 drum kotak lem 201 dan 1 liter Tiner A ke department stiching sekarang." titahku samb
Happy Reading...Aku melihatnya intens. kami saling mengunci pandangan. bahkan dia tak tersenyum sedikitpun. hanya keangkuhan yang terpancar dari wajah cantiknya.Mataku membulat sempurna saat menyadari siapa yang berdiri di hadapanku."Dia!!!"Aku mengerjap beberapa kali. tak percaya akan pandanganku. ku buang pandangan ke arah lain, berharap jika saat ini yang tengah ku pandang hanya sebuah ilusi. dan berharap bahwa aku memang salah.Ku kembalikan arah pandanganku setelah beberapa kali aku membuangnya, namun nyatanya tetap sama. hanya dia yang masih tergambar di hadapanku dan di ingatanku adalah sebentuk wajah yang sama.Wajah yang sejak beberapa tahun lalu kulihat untuk yang pertama dan terakhir kali. namun berhasil ku abadikan dalam memori ingatanku."Bagaimana dengan stok bahan kita Satria? apakah cukup untuk akhir bulan ini?' Tanya si bibir tipis bergincu peach itu. memecah keheningan dalam lamun ku.Entah apa yang ku lamunkan sebenarnya. apakah wajahnya yang melempar ku ke dala
Happy Reading...Dan satu nama yang menarik perhatianku, yaitu seorang staff gudang dengan low profile nya.Terbukti dari kepekaannya membaca kondisi. dia bisa langsung mengerti jika aku sedang tersiksa karena panas waktu itu. aku suka sikap manisnya. dan wajahnya lumayan. mampu membuatku tak bisa berpaling saat itu. aku terpesona.***Ah ternyata dia juga disini, lumayanlah untuk menghalau sedikit kemalasanku. perutku sudah terlalu lapar jika aku harus pergi jauh meninggalkan pabrik hanya untuk makan siang.Diam-diam ku amati wajah itu. wajah teduh yang baru pertama kali kulihat. sama sekali tak membuat jenuh. sangat terpancar aura kecerdasan di sana.Jika saja ia adalah seorang CEO seperti mantan suamiku, mungkin aku akan langsung jatuh cinta padanya. apa yang aku pikirkan ini.Tidak Aurel, kegilaan mu tidak boleh di teruskan. hentikan sekarang atau kau akan menyesal."Siang Honey." Aku terlonjak kaget dan hampir tersedak mendengar suara itu. suara orang yang sangat aku cintai."Kak
Happy Reading...Siang beranjak sore, namun udara masih terlalu panas jika Kami keluar gedung saat ini.Saat week end seperti ini biasanya kami kerja hanya lima jam kerja saja. namun karena banyaknya pekerjaan yang harus aku selesaikan agar target bulan ini dapat aku selesaikan tepat waktu, terpaksa kami harus mengambil jam lembur.Ku lihat mobil mewah itu tetap di sana. apakah ibu direktur itu juga tengah lembur? tak seperti kebiasaan Direktur lama yang lebih memilih untuk pulang atau bahkan libur saat week end, beliau malahkerja lembur.Ku lihat mobil satu lagi yang datang. dan sepertinya ku kenal mobil itu.Ya benar, itu adalah mobil Pak Franki. asisten Direktur lama. pastilah saat ini ia juga masih menjadi asisten pak Direktur. jika tidak, tak mungkin beliau datang ke tempat ini."Satria." sapa pria ramah itu."Pak Franki, apa kabar pak? lama ya tak kesini." ucapku menyambut beliau.Memang kami sering bersama dulu sewaktu beliau belum pindah ke kantor pusat."Baik, Kamu sendiri g
Happy Reading...POV. Satria.Sinar mentari pagi menyapa wajahku, saat aku pergi meninggalkan rumah kontrakan yang kami tinggali bersama.Pagi ini aku kesiangan karena selepas subuhan aku tidur lagi. Rumah ini baru kami tempati seminggu yang lalu. Heru, Taufan dan aku, kami sepakat untuk menyewa rumah bertiga agar bisa lebih nyaman kami tinggali. dari pada harus menyewa satu kamar yang sempit dan kami harus berbagi tempat untuk yang lainnya.Entah karena aku terlalu penat atau aku yang tak bisa tidur karena dia yang mengganggu ku lewat bayangannya. hingga pagi ini untuk pertama kalinya seorang Satria harus mandi bebek. jika teman-temanku sampai tahu, sudah pasti mereka akan mengejekku habis-habisan.Dengan sedikit kencang aku memacu kuda Besi ku. membelah jalanan pagi yang masih padat oleh kendaraan lain. dan akhirnya aku sudah sampai di sekitar perusahaan dan aku memacu motorku dengan sedikit pelan."Assalamu'alaikum pak Rowi." Ucapku pada satpam yang aku lewati di depan pos pertama.
Happy Reading...Dan satu nama yang menarik perhatianku, yaitu seorang staff gudang dengan low profile nya.Terbukti dari kepekaannya membaca kondisi. dia bisa langsung mengerti jika aku sedang tersiksa karena panas waktu itu. aku suka sikap manisnya. dan wajahnya lumayan. mampu membuatku tak bisa berpaling saat itu. aku terpesona.***Ah ternyata dia juga disini, lumayanlah untuk menghalau sedikit kemalasanku. perutku sudah terlalu lapar jika aku harus pergi jauh meninggalkan pabrik hanya untuk makan siang.Diam-diam ku amati wajah itu. wajah teduh yang baru pertama kali kulihat. sama sekali tak membuat jenuh. sangat terpancar aura kecerdasan di sana.Jika saja ia adalah seorang CEO seperti mantan suamiku, mungkin aku akan langsung jatuh cinta padanya. apa yang aku pikirkan ini.Tidak Aurel, kegilaan mu tidak boleh di teruskan. hentikan sekarang atau kau akan menyesal."Siang Honey." Aku terlonjak kaget dan hampir tersedak mendengar suara itu. suara orang yang sangat aku cintai."Kak
Happy Reading...Aku melihatnya intens. kami saling mengunci pandangan. bahkan dia tak tersenyum sedikitpun. hanya keangkuhan yang terpancar dari wajah cantiknya.Mataku membulat sempurna saat menyadari siapa yang berdiri di hadapanku."Dia!!!"Aku mengerjap beberapa kali. tak percaya akan pandanganku. ku buang pandangan ke arah lain, berharap jika saat ini yang tengah ku pandang hanya sebuah ilusi. dan berharap bahwa aku memang salah.Ku kembalikan arah pandanganku setelah beberapa kali aku membuangnya, namun nyatanya tetap sama. hanya dia yang masih tergambar di hadapanku dan di ingatanku adalah sebentuk wajah yang sama.Wajah yang sejak beberapa tahun lalu kulihat untuk yang pertama dan terakhir kali. namun berhasil ku abadikan dalam memori ingatanku."Bagaimana dengan stok bahan kita Satria? apakah cukup untuk akhir bulan ini?' Tanya si bibir tipis bergincu peach itu. memecah keheningan dalam lamun ku.Entah apa yang ku lamunkan sebenarnya. apakah wajahnya yang melempar ku ke dala
Happy Reading...Di tempat lain, di sebuah perusahaan pembutan sepatu. "Sat!" Panggil Heru salah satu teman se-department ku.Aku yang saat itu sedang mencatat barang keluar dan masuk ke dalam list pun menoleh sebentar."He, lu tau gak besok Direktur yang baru akan datang buat sidak" Ucap Heru menggebu.Aku tak menanggapi serius ucapan Heru. jika memang akan di adakan sidak, lalu kenapa Heru sampai tahu. itu artinya sudah ada pemberitahuan dari kantor pusat agar kami bisa bersiap-siap saat Direktur memeriksa sistem kerja kami."Lu dengar gue kan?" Heru menyenggol bahuku hingga pulpen yang sedang ku gunakan untuk menulis terjatuh."Sorry!" cengirnya sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.Aku hanya menggeleng melihat tingkahnya. Segitu takutnya sama Direktur. pikirku."Fan!" panggilku pada lelaki yang sedang mendorong Hand truck trolley yang bernama Taufan."Tolong kamu kirim 30 liter Latex, 3 drum kotak lem 201 dan 1 liter Tiner A ke department stiching sekarang." titahku samb
Happy Reading...Akhirnya Kau kembali." Suara bariton itu.Aku seperti terlempar dari atas tebing tinggi saat suara berat itu menyapa gendang telingaku. setahun lamanya aku berusaha untuk melupakannya.Mengingat kejadian malam pertama kami yang gagal. dan di detik itu pula dia mentalak ku. atas nama kebahagiaan dia lantang mengatakannya tanpa memberi penjelasan sepatah katapun.Wahai hati, kuatkan dirimu."Maafkan aku, aku bukan pria sempurna," sesalnya malam itu. padahal kami sudah dalam keadaan tak memakai apapun. aku malu sangat malu terhadapnya dan juga pada diri sendiri. aku merasa begitu murahan karena begitu mendambakan malam itu.Saat itu adalah malam yang di nantikan oleh semua pasangan yang baru menikah, yaitu malampertama.Dengan sisa keberanian dalam diriku dan dengan dada bergejolak penuh kerinduan aku beranikan diri menegakkan tubuhku berdiri dan berbalik ke arah sumber suara."Kak Edwin." Suaraku tercekat di tenggorokan. tak kuasa rasanya otot-otot di tubuh ini menyang
Happy Reading..."Sah...?" tanya seorang berpeci hitam itu. yang ternyata adalah seorang penghulu."Sah!" jawab para saksi dan juga para tamu yang hadir dalam acara sakral itu.Ucapan syukur dan do'a-do'a pun di panjatkan untuk mengiringi mereka ke gerbang kehidupan perkawinan. dan semoga kebahagiaan selalu menyertai mereka berdua.Tangis haru dan air mata kebahagiaan terdengar membuat hati yang mengering kecewa ini sedikit bergerimis. wahai hati ikhlaslah. karena ini ujian.Satu persatu para tamu memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. lihatlah betapa bahagia mereka. aku pernah di posisi itu dulu. bahagia.wahai hati, ikhlaslah! tak semua yang kau harapkan harus kau dapatkan."Selamat ya lynl" ucapku pada Allyn, sepupuku. putri dari kakak pertama ibuku. aku senang akhirnya dia bisa menjadi wanita seutuhnya. bukankah memakai kebaya pengantin adalah bukti bahwa dia adalah wanita sesungguhnya. tidak seperti biasanya yang dia pakai adalah jeans bolong dan kemeja kebesaran yang
Prolog.Menikah dengan orang yang di cintai tentu menjadi impian bagi semua pasangan.Membayangkan kehidupan akan di penuhi dengan kebahagiaan bersama pasangan dan membangun keluarga yang bahagia adalah impian gadis cantik bernama Sandika Aurelia Hermawan.Namun siapa sangka pernikahan yang terbayang indah hancur dalam hitungan jam. malam pertama yang nantikan harus menjadi alasan Aurel untuk mengucap kata cerai.Meski setelah sang hakim memberikan ketok palu yang menandakan terputusnya sebuah hubungan, rasa cinta kepada mantan suaminya tak dapat ia buang begitu saja. dan ia pun sadar jika ikatan perkawinan bukan sekedar mengatakan kata cinta.Ada banyak hal yang akan dan harus terjadi dalam kehidupan perkawinan. maka dengan keikhlasan ia berusaha menerima takdir perpisahan di usia pernikahan yang masih seumur jagung.Pergi, jika itu bisa membuat keduanya bisa nyaman, kenapa tidak? meski mereka juga sadar cinta mereka terlalu besar untuk saling berjauhan.Setelah sekian waktu Aurel pe