Share

Part. 2

Author: Chanda Kirani
last update Last Updated: 2022-06-08 00:47:11

Happy Reading...

"Sah...?" tanya seorang berpeci hitam itu. yang ternyata adalah seorang penghulu.

"Sah!" jawab para saksi dan juga para tamu yang hadir dalam acara sakral itu.

Ucapan syukur dan do'a-do'a pun di panjatkan untuk mengiringi mereka ke gerbang kehidupan perkawinan. dan semoga kebahagiaan selalu

menyertai mereka berdua.

Tangis haru dan air mata kebahagiaan terdengar membuat hati yang mengering kecewa ini sedikit bergerimis. wahai hati ikhlaslah. karena ini ujian.

Satu persatu para tamu memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. lihatlah betapa bahagia mereka. aku pernah di posisi itu dulu. bahagia.

wahai hati, ikhlaslah! tak semua yang kau harapkan harus kau dapatkan.

"Selamat ya lynl" ucapku pada Allyn, sepupuku. putri dari kakak pertama ibuku. aku senang akhirnya dia bisa menjadi wanita seutuhnya. bukankah memakai kebaya pengantin adalah bukti bahwa dia adalah wanita sesungguhnya. tidak seperti biasanya yang dia pakai adalah jeans bolong dan kemeja kebesaran yang tersampir asal di pundaknya. jangankan memakai hells sepuluh Senti, bahkan untuk hells lima Senti dia harus belajar dulu. sungguh lucu.

"Ah Allyn sayang, akhirnya kau berakhir di pelaminan." olokku padanya. Yah, Seharusnya aku memanggilnya kakak atau mbak mengingat silsilah keluarga yang ibunya lebih tua dari ibuku. tapi jika di ingat usianya lebih muda dariku, aku enggan memanggilnya seperti itu.

"Terima kasih Sandi sayang. Aku senang kau sudah kembali. aku kesepian tanpamu adik tuaku" kami terkekeh bersama. lihatlah betapa kurang ajarnya dia memanggilku seperti itu. 'adik tuaku' panggilan macam apa itu. dia bahkan memanggilku Sandi bukan Aurel seperti yang lainnya. baiklah kali ini kau selamat karena ini hari bahagiamu. jika tidak, bisa ku pastikan Hells mahalku ini akan mendarat cantik di jidatmu. nikmatilah sayang.

Acara pesta pertama telah berakhir. dan tamu yang hadir pun sudah undur dari beberapa menit yang lalu. tinggalah kami yang merupakan bagian dari keluarga yang masih di sini. tentunya bukan untuk berdiam diri dan menikmati hidangan. tapi untuk mempersiapkan pesta kedua yang mungkin akan menjadi salah satu pesta termegah di keluarga kami mengingat suaminya yang merupakan seorang pengusaha muda yang sukses.

Tak heran jika pesta sepupuku ini menjadi yang terheboh sepanjang tahun ini karena di samping suami Allyn adalah seorang pengusaha, tenyata dia adalah putra tunggal dari salah satu orang terkaya di negeri ini. entah apa yang pria itu lihat dari sepupuku yang bar-bar itu. aku belum menanyakannya. mungkin nanti.

Ah betapa irinya aku melihat kebahagiaan mereka. jika saja aku bisa lebih bersabar, pasti aku juga akan bahagia seperti mereka.

Hari semakin menua, semburat jingga memancar dengan indahnya. bersambut malam yang mulai pekat.

Di pesta kedua ini masih sama dengan pesta-pesta yang lain. riuh suara tamu yang saling beradu memamerkan apapun yang mereka miliki. dengan lantang bereka berpamer ria atas pencapaian mereka. tidakkah mereka berfikir bahwa perbuatan mereka itu adalah hal yang merupakan kesia-siaan. karena materi bukanlah hal yang patut di jadikan acuan bahwa seseorang akan bahagia karenanya.

Di tempat ini pula setahun yang lalu juga di adakan pesta semegah ini. bahkan berita di surat kabar pun tak luntur hingga sepekan lamanya.

Justru kebahagiaan yang seharusnya berlangsung lama pun harus terputus hanya dalam hitungan jam. bagaimana tidak, impian yang terbangun selama ribuan jam harus roboh hanya dalam hitungan menit. mengingat itu rasanya hatiku teriris pedih.

Ya Tuhan ternyata selemah ini seorang Sandika Aurelia. hanya karena nafsu aku memutuskan tali suci perkawinan bahkan silaturahmi dua keluarga.

Tamu undangan yang merupakan orang-orang pilihan pun berdatangan. seiring wajah rembulan yang semakin memucat, makin banyak saja wajah-wajah para penikmat kekayaan. dan aku mulai jengah. dan setelah ini pasti ada salah satu di antara mereka yang datang dan menyapaku hanya untuk berbasa-basi.

"Hai Aurel apa kabar?" Tepat seperti dugaanku. pemilik bibir bergincu merah ini sebentar lagi akan mengeluarkan nyinyirannya.

"Baik Tante, Tante apa kabar." sapaku membalas- basa-basinya. terlalu riskan jika aku pergi begitu saja dan tak menghiraukannya.

Baiklah Aurel, siapkan hatimu pasang muka beton dan tekan rasa malumu. bersiaplah mendengarkan sindiran unfaedahnya.

Satu... dua... tiga... mulai

inhaler.. ekshaler... dan terus berulang...

"Aku dengar perkawinanmu berantakan, apa benar seperti itu?" Pertanyaan apa itu, sama sekali tak Ter update jika ingin bergosip. bukankah hancurnya rumah tanggaku sudah terjadi sejak setahun yang lalu.

"Ah, aku rasa sudah terlambat untuk membahas tentang hal itu." sinisku tapi masih ku buat seramah mungkin.

"Sayang sekali. nasibmu tak sebaik nasib putriku yang menikah dengan seorang pejabat." Pamernya yang membuatku ingin terbahak.

Baiklah nyonya, nasib putrimu lebih baik dariku karena menjadi istri ke empat dari pria botak bertubuh tambun.

"Kalau begitu selamat Tante, jika akhirnya temanku yang cantik itu menjadi nyonya ke empat dari seorang pria tua dan maaf karena aku tidak bisa hadir waktu itu." sengaja ku akhiri ucapanku dengan seulas senyum agar tak terlalu mencolok jika aku tengah menyindir balik. dan dapat ku lihat wajahnya yang seketika masam itu.

"Tidak apa-apa, karena kau pasti akan sangat iri jika melihat kebahagiaannya." Entah dapat dari mana dia jata-kata seperti itu untuk membalas sindiran ku. tapi percayalah aku semakin ingin tertawa. apa yang harus aku iri dari perkawinan mereka. sedangkan yang ku cari adalah kesempurnaan dalam berumah tangga.

"Oh mungkin itu terjadi. tapi tidak padaku. saya permisi Tante." Aku berlalu pergi meninggalkannya dalam kemurkaan. jika aku terus meladeninya, tensiku pasti akan naik dan wajahku akan keriput karenanya. tidak, itu tidak boleh terjadi karena aku harus melanjutkan hidup dan mencari kebahagiaan. masih dapat kunikmati wajahnya yang memerah dan tangannya yang mengepal saat aku menoleh.

Aku pergi ke teras samping. disana lebih sepi. hanya satu dua pasangan yang berada di sana. mungkin mereka juga ingin menyendiri bersama pasangannya agar bisa bebas berkasih.

Aku duduk di tepian kolam di sebuah kursi malas. kutengadahkan wajah menghadap langit. memuji sang rembulan yang begitu elok memancarkan sinarnya.

Ku coba menghitung bintang berkali-kali yang tak pernah sama jumlahnya. sekali lagi aku mencoba namun aku kalah aku tak cukup pintar mengingat mana yang telah kutunjuk dan mana yang belum. selalu dan selalu ada yang muncul lagi sepertinya. ah sudahlah! aku mulai lelah.

Meski demikian tak kunjung langkahku ku bawa pergi dari sana. aku masih betah dengan kesendirianku.bahkan di tempat yang seramai pasar pun aku masih kesepian.

"Akhirnya Kau kembali." Suara bariton itu.

***

Related chapters

  • Bukan Muhalil   Part. 3

    Happy Reading...Akhirnya Kau kembali." Suara bariton itu.Aku seperti terlempar dari atas tebing tinggi saat suara berat itu menyapa gendang telingaku. setahun lamanya aku berusaha untuk melupakannya.Mengingat kejadian malam pertama kami yang gagal. dan di detik itu pula dia mentalak ku. atas nama kebahagiaan dia lantang mengatakannya tanpa memberi penjelasan sepatah katapun.Wahai hati, kuatkan dirimu."Maafkan aku, aku bukan pria sempurna," sesalnya malam itu. padahal kami sudah dalam keadaan tak memakai apapun. aku malu sangat malu terhadapnya dan juga pada diri sendiri. aku merasa begitu murahan karena begitu mendambakan malam itu.Saat itu adalah malam yang di nantikan oleh semua pasangan yang baru menikah, yaitu malampertama.Dengan sisa keberanian dalam diriku dan dengan dada bergejolak penuh kerinduan aku beranikan diri menegakkan tubuhku berdiri dan berbalik ke arah sumber suara."Kak Edwin." Suaraku tercekat di tenggorokan. tak kuasa rasanya otot-otot di tubuh ini menyang

    Last Updated : 2022-06-08
  • Bukan Muhalil   part. 4

    Happy Reading...Di tempat lain, di sebuah perusahaan pembutan sepatu. "Sat!" Panggil Heru salah satu teman se-department ku.Aku yang saat itu sedang mencatat barang keluar dan masuk ke dalam list pun menoleh sebentar."He, lu tau gak besok Direktur yang baru akan datang buat sidak" Ucap Heru menggebu.Aku tak menanggapi serius ucapan Heru. jika memang akan di adakan sidak, lalu kenapa Heru sampai tahu. itu artinya sudah ada pemberitahuan dari kantor pusat agar kami bisa bersiap-siap saat Direktur memeriksa sistem kerja kami."Lu dengar gue kan?" Heru menyenggol bahuku hingga pulpen yang sedang ku gunakan untuk menulis terjatuh."Sorry!" cengirnya sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.Aku hanya menggeleng melihat tingkahnya. Segitu takutnya sama Direktur. pikirku."Fan!" panggilku pada lelaki yang sedang mendorong Hand truck trolley yang bernama Taufan."Tolong kamu kirim 30 liter Latex, 3 drum kotak lem 201 dan 1 liter Tiner A ke department stiching sekarang." titahku samb

    Last Updated : 2022-06-08
  • Bukan Muhalil   Part. 5

    Happy Reading...Aku melihatnya intens. kami saling mengunci pandangan. bahkan dia tak tersenyum sedikitpun. hanya keangkuhan yang terpancar dari wajah cantiknya.Mataku membulat sempurna saat menyadari siapa yang berdiri di hadapanku."Dia!!!"Aku mengerjap beberapa kali. tak percaya akan pandanganku. ku buang pandangan ke arah lain, berharap jika saat ini yang tengah ku pandang hanya sebuah ilusi. dan berharap bahwa aku memang salah.Ku kembalikan arah pandanganku setelah beberapa kali aku membuangnya, namun nyatanya tetap sama. hanya dia yang masih tergambar di hadapanku dan di ingatanku adalah sebentuk wajah yang sama.Wajah yang sejak beberapa tahun lalu kulihat untuk yang pertama dan terakhir kali. namun berhasil ku abadikan dalam memori ingatanku."Bagaimana dengan stok bahan kita Satria? apakah cukup untuk akhir bulan ini?' Tanya si bibir tipis bergincu peach itu. memecah keheningan dalam lamun ku.Entah apa yang ku lamunkan sebenarnya. apakah wajahnya yang melempar ku ke dala

    Last Updated : 2022-06-08
  • Bukan Muhalil   Part. 6

    Happy Reading...Dan satu nama yang menarik perhatianku, yaitu seorang staff gudang dengan low profile nya.Terbukti dari kepekaannya membaca kondisi. dia bisa langsung mengerti jika aku sedang tersiksa karena panas waktu itu. aku suka sikap manisnya. dan wajahnya lumayan. mampu membuatku tak bisa berpaling saat itu. aku terpesona.***Ah ternyata dia juga disini, lumayanlah untuk menghalau sedikit kemalasanku. perutku sudah terlalu lapar jika aku harus pergi jauh meninggalkan pabrik hanya untuk makan siang.Diam-diam ku amati wajah itu. wajah teduh yang baru pertama kali kulihat. sama sekali tak membuat jenuh. sangat terpancar aura kecerdasan di sana.Jika saja ia adalah seorang CEO seperti mantan suamiku, mungkin aku akan langsung jatuh cinta padanya. apa yang aku pikirkan ini.Tidak Aurel, kegilaan mu tidak boleh di teruskan. hentikan sekarang atau kau akan menyesal."Siang Honey." Aku terlonjak kaget dan hampir tersedak mendengar suara itu. suara orang yang sangat aku cintai."Kak

    Last Updated : 2022-06-08
  • Bukan Muhalil   Part. 7

    Happy Reading...POV. Satria.Sinar mentari pagi menyapa wajahku, saat aku pergi meninggalkan rumah kontrakan yang kami tinggali bersama.Pagi ini aku kesiangan karena selepas subuhan aku tidur lagi. Rumah ini baru kami tempati seminggu yang lalu. Heru, Taufan dan aku, kami sepakat untuk menyewa rumah bertiga agar bisa lebih nyaman kami tinggali. dari pada harus menyewa satu kamar yang sempit dan kami harus berbagi tempat untuk yang lainnya.Entah karena aku terlalu penat atau aku yang tak bisa tidur karena dia yang mengganggu ku lewat bayangannya. hingga pagi ini untuk pertama kalinya seorang Satria harus mandi bebek. jika teman-temanku sampai tahu, sudah pasti mereka akan mengejekku habis-habisan.Dengan sedikit kencang aku memacu kuda Besi ku. membelah jalanan pagi yang masih padat oleh kendaraan lain. dan akhirnya aku sudah sampai di sekitar perusahaan dan aku memacu motorku dengan sedikit pelan."Assalamu'alaikum pak Rowi." Ucapku pada satpam yang aku lewati di depan pos pertama.

    Last Updated : 2022-06-28
  • Bukan Muhalil   part 7

    Happy Reading...Siang beranjak sore, namun udara masih terlalu panas jika Kami keluar gedung saat ini.Saat week end seperti ini biasanya kami kerja hanya lima jam kerja saja. namun karena banyaknya pekerjaan yang harus aku selesaikan agar target bulan ini dapat aku selesaikan tepat waktu, terpaksa kami harus mengambil jam lembur.Ku lihat mobil mewah itu tetap di sana. apakah ibu direktur itu juga tengah lembur? tak seperti kebiasaan Direktur lama yang lebih memilih untuk pulang atau bahkan libur saat week end, beliau malahkerja lembur.Ku lihat mobil satu lagi yang datang. dan sepertinya ku kenal mobil itu.Ya benar, itu adalah mobil Pak Franki. asisten Direktur lama. pastilah saat ini ia juga masih menjadi asisten pak Direktur. jika tidak, tak mungkin beliau datang ke tempat ini."Satria." sapa pria ramah itu."Pak Franki, apa kabar pak? lama ya tak kesini." ucapku menyambut beliau.Memang kami sering bersama dulu sewaktu beliau belum pindah ke kantor pusat."Baik, Kamu sendiri g

    Last Updated : 2022-07-02
  • Bukan Muhalil   Part. 1

    Prolog.Menikah dengan orang yang di cintai tentu menjadi impian bagi semua pasangan.Membayangkan kehidupan akan di penuhi dengan kebahagiaan bersama pasangan dan membangun keluarga yang bahagia adalah impian gadis cantik bernama Sandika Aurelia Hermawan.Namun siapa sangka pernikahan yang terbayang indah hancur dalam hitungan jam. malam pertama yang nantikan harus menjadi alasan Aurel untuk mengucap kata cerai.Meski setelah sang hakim memberikan ketok palu yang menandakan terputusnya sebuah hubungan, rasa cinta kepada mantan suaminya tak dapat ia buang begitu saja. dan ia pun sadar jika ikatan perkawinan bukan sekedar mengatakan kata cinta.Ada banyak hal yang akan dan harus terjadi dalam kehidupan perkawinan. maka dengan keikhlasan ia berusaha menerima takdir perpisahan di usia pernikahan yang masih seumur jagung.Pergi, jika itu bisa membuat keduanya bisa nyaman, kenapa tidak? meski mereka juga sadar cinta mereka terlalu besar untuk saling berjauhan.Setelah sekian waktu Aurel pe

    Last Updated : 2022-06-08

Latest chapter

  • Bukan Muhalil   part 7

    Happy Reading...Siang beranjak sore, namun udara masih terlalu panas jika Kami keluar gedung saat ini.Saat week end seperti ini biasanya kami kerja hanya lima jam kerja saja. namun karena banyaknya pekerjaan yang harus aku selesaikan agar target bulan ini dapat aku selesaikan tepat waktu, terpaksa kami harus mengambil jam lembur.Ku lihat mobil mewah itu tetap di sana. apakah ibu direktur itu juga tengah lembur? tak seperti kebiasaan Direktur lama yang lebih memilih untuk pulang atau bahkan libur saat week end, beliau malahkerja lembur.Ku lihat mobil satu lagi yang datang. dan sepertinya ku kenal mobil itu.Ya benar, itu adalah mobil Pak Franki. asisten Direktur lama. pastilah saat ini ia juga masih menjadi asisten pak Direktur. jika tidak, tak mungkin beliau datang ke tempat ini."Satria." sapa pria ramah itu."Pak Franki, apa kabar pak? lama ya tak kesini." ucapku menyambut beliau.Memang kami sering bersama dulu sewaktu beliau belum pindah ke kantor pusat."Baik, Kamu sendiri g

  • Bukan Muhalil   Part. 7

    Happy Reading...POV. Satria.Sinar mentari pagi menyapa wajahku, saat aku pergi meninggalkan rumah kontrakan yang kami tinggali bersama.Pagi ini aku kesiangan karena selepas subuhan aku tidur lagi. Rumah ini baru kami tempati seminggu yang lalu. Heru, Taufan dan aku, kami sepakat untuk menyewa rumah bertiga agar bisa lebih nyaman kami tinggali. dari pada harus menyewa satu kamar yang sempit dan kami harus berbagi tempat untuk yang lainnya.Entah karena aku terlalu penat atau aku yang tak bisa tidur karena dia yang mengganggu ku lewat bayangannya. hingga pagi ini untuk pertama kalinya seorang Satria harus mandi bebek. jika teman-temanku sampai tahu, sudah pasti mereka akan mengejekku habis-habisan.Dengan sedikit kencang aku memacu kuda Besi ku. membelah jalanan pagi yang masih padat oleh kendaraan lain. dan akhirnya aku sudah sampai di sekitar perusahaan dan aku memacu motorku dengan sedikit pelan."Assalamu'alaikum pak Rowi." Ucapku pada satpam yang aku lewati di depan pos pertama.

  • Bukan Muhalil   Part. 6

    Happy Reading...Dan satu nama yang menarik perhatianku, yaitu seorang staff gudang dengan low profile nya.Terbukti dari kepekaannya membaca kondisi. dia bisa langsung mengerti jika aku sedang tersiksa karena panas waktu itu. aku suka sikap manisnya. dan wajahnya lumayan. mampu membuatku tak bisa berpaling saat itu. aku terpesona.***Ah ternyata dia juga disini, lumayanlah untuk menghalau sedikit kemalasanku. perutku sudah terlalu lapar jika aku harus pergi jauh meninggalkan pabrik hanya untuk makan siang.Diam-diam ku amati wajah itu. wajah teduh yang baru pertama kali kulihat. sama sekali tak membuat jenuh. sangat terpancar aura kecerdasan di sana.Jika saja ia adalah seorang CEO seperti mantan suamiku, mungkin aku akan langsung jatuh cinta padanya. apa yang aku pikirkan ini.Tidak Aurel, kegilaan mu tidak boleh di teruskan. hentikan sekarang atau kau akan menyesal."Siang Honey." Aku terlonjak kaget dan hampir tersedak mendengar suara itu. suara orang yang sangat aku cintai."Kak

  • Bukan Muhalil   Part. 5

    Happy Reading...Aku melihatnya intens. kami saling mengunci pandangan. bahkan dia tak tersenyum sedikitpun. hanya keangkuhan yang terpancar dari wajah cantiknya.Mataku membulat sempurna saat menyadari siapa yang berdiri di hadapanku."Dia!!!"Aku mengerjap beberapa kali. tak percaya akan pandanganku. ku buang pandangan ke arah lain, berharap jika saat ini yang tengah ku pandang hanya sebuah ilusi. dan berharap bahwa aku memang salah.Ku kembalikan arah pandanganku setelah beberapa kali aku membuangnya, namun nyatanya tetap sama. hanya dia yang masih tergambar di hadapanku dan di ingatanku adalah sebentuk wajah yang sama.Wajah yang sejak beberapa tahun lalu kulihat untuk yang pertama dan terakhir kali. namun berhasil ku abadikan dalam memori ingatanku."Bagaimana dengan stok bahan kita Satria? apakah cukup untuk akhir bulan ini?' Tanya si bibir tipis bergincu peach itu. memecah keheningan dalam lamun ku.Entah apa yang ku lamunkan sebenarnya. apakah wajahnya yang melempar ku ke dala

  • Bukan Muhalil   part. 4

    Happy Reading...Di tempat lain, di sebuah perusahaan pembutan sepatu. "Sat!" Panggil Heru salah satu teman se-department ku.Aku yang saat itu sedang mencatat barang keluar dan masuk ke dalam list pun menoleh sebentar."He, lu tau gak besok Direktur yang baru akan datang buat sidak" Ucap Heru menggebu.Aku tak menanggapi serius ucapan Heru. jika memang akan di adakan sidak, lalu kenapa Heru sampai tahu. itu artinya sudah ada pemberitahuan dari kantor pusat agar kami bisa bersiap-siap saat Direktur memeriksa sistem kerja kami."Lu dengar gue kan?" Heru menyenggol bahuku hingga pulpen yang sedang ku gunakan untuk menulis terjatuh."Sorry!" cengirnya sambil mengacungkan jarinya membentuk huruf V.Aku hanya menggeleng melihat tingkahnya. Segitu takutnya sama Direktur. pikirku."Fan!" panggilku pada lelaki yang sedang mendorong Hand truck trolley yang bernama Taufan."Tolong kamu kirim 30 liter Latex, 3 drum kotak lem 201 dan 1 liter Tiner A ke department stiching sekarang." titahku samb

  • Bukan Muhalil   Part. 3

    Happy Reading...Akhirnya Kau kembali." Suara bariton itu.Aku seperti terlempar dari atas tebing tinggi saat suara berat itu menyapa gendang telingaku. setahun lamanya aku berusaha untuk melupakannya.Mengingat kejadian malam pertama kami yang gagal. dan di detik itu pula dia mentalak ku. atas nama kebahagiaan dia lantang mengatakannya tanpa memberi penjelasan sepatah katapun.Wahai hati, kuatkan dirimu."Maafkan aku, aku bukan pria sempurna," sesalnya malam itu. padahal kami sudah dalam keadaan tak memakai apapun. aku malu sangat malu terhadapnya dan juga pada diri sendiri. aku merasa begitu murahan karena begitu mendambakan malam itu.Saat itu adalah malam yang di nantikan oleh semua pasangan yang baru menikah, yaitu malampertama.Dengan sisa keberanian dalam diriku dan dengan dada bergejolak penuh kerinduan aku beranikan diri menegakkan tubuhku berdiri dan berbalik ke arah sumber suara."Kak Edwin." Suaraku tercekat di tenggorokan. tak kuasa rasanya otot-otot di tubuh ini menyang

  • Bukan Muhalil   Part. 2

    Happy Reading..."Sah...?" tanya seorang berpeci hitam itu. yang ternyata adalah seorang penghulu."Sah!" jawab para saksi dan juga para tamu yang hadir dalam acara sakral itu.Ucapan syukur dan do'a-do'a pun di panjatkan untuk mengiringi mereka ke gerbang kehidupan perkawinan. dan semoga kebahagiaan selalu menyertai mereka berdua.Tangis haru dan air mata kebahagiaan terdengar membuat hati yang mengering kecewa ini sedikit bergerimis. wahai hati ikhlaslah. karena ini ujian.Satu persatu para tamu memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. lihatlah betapa bahagia mereka. aku pernah di posisi itu dulu. bahagia.wahai hati, ikhlaslah! tak semua yang kau harapkan harus kau dapatkan."Selamat ya lynl" ucapku pada Allyn, sepupuku. putri dari kakak pertama ibuku. aku senang akhirnya dia bisa menjadi wanita seutuhnya. bukankah memakai kebaya pengantin adalah bukti bahwa dia adalah wanita sesungguhnya. tidak seperti biasanya yang dia pakai adalah jeans bolong dan kemeja kebesaran yang

  • Bukan Muhalil   Part. 1

    Prolog.Menikah dengan orang yang di cintai tentu menjadi impian bagi semua pasangan.Membayangkan kehidupan akan di penuhi dengan kebahagiaan bersama pasangan dan membangun keluarga yang bahagia adalah impian gadis cantik bernama Sandika Aurelia Hermawan.Namun siapa sangka pernikahan yang terbayang indah hancur dalam hitungan jam. malam pertama yang nantikan harus menjadi alasan Aurel untuk mengucap kata cerai.Meski setelah sang hakim memberikan ketok palu yang menandakan terputusnya sebuah hubungan, rasa cinta kepada mantan suaminya tak dapat ia buang begitu saja. dan ia pun sadar jika ikatan perkawinan bukan sekedar mengatakan kata cinta.Ada banyak hal yang akan dan harus terjadi dalam kehidupan perkawinan. maka dengan keikhlasan ia berusaha menerima takdir perpisahan di usia pernikahan yang masih seumur jagung.Pergi, jika itu bisa membuat keduanya bisa nyaman, kenapa tidak? meski mereka juga sadar cinta mereka terlalu besar untuk saling berjauhan.Setelah sekian waktu Aurel pe

DMCA.com Protection Status