Share

Jomlo 32

Author: Amih Lilis
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

*Happy Reading*

Mendengar penuturan Dokter Karina. Aku pun auto mikir keras. Sebenarnya pernikahan apa yang sedang aku jalani? Kenapa rasanya aneh gini ya hubungan yang terjalin? Banyak banget yang aku gak tahu di sini. Entah itu karena kami memang kurang komunikasi, atau memang Alan senang bergerak dalam diam tanpa suka sesumbar.

Yang jelas, aku auto merasa gak ada gunanya jadi istri. Soalnya ... ayolah! Itukan masalahku juga. Masa aku gak dilibatin sih dalam hal itu. Kan aku juga pengen di ajak diskusi.

Sebenarnya aku ini apa di mata Alan?

"Dok?"

"Hm ..."

"Menurut Dokter ... Motif Alan menikahi saya itu, apa ya?" Dari pada aku botak mikirin hal itu sendiri. Mending aku tanyakan saja pada orang yang mengaku Dewa Amor di sebelahku ini. Yee kan?

"Maksud kamu apa? Saya gak ngerti."

Eh, si koplak! Katanya Dewa Amor. Masa gak ngerti maksud pertanyaan aku. Gimana sih? Dewa Amor magang kali ya dia mah. 

"Ih, Dokter mah. M

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 33

    *Happy Reading*Sebelumnya. Aku selalu merasa bersalah tiap kali mengingat tentang Viola. Karena aku mengira sudah merebut Alan darinya. Namun, saat tahu bahwa kenyataannya tidak begitu. Kini aku malah selalu kesal sendiri tiap kali melihat nama Viola terus muncul di layar ponsel suamiku.Karena kini aku tahu, dia justru mau merebut Alan dariku. Yah ... sejenis pelakor lah. Lagi pula, Apaan sih nih cewek? Gatel bet dah ah nelponin suamiku mulu. Minta digaruk memang. Sini lah aku garuk pake linggis di belakang rumah. Biar yahud rasanya, yee kan?Ingin sekali aku mengangkat panggilan dari Viola itu. Biar bisa aku maki kayak di sinetron-sinetron yang sering kalian tonton. Namun, aku belum berani selancang itu saat ini. Karenanya, mengutip titah Alan semalam. Aku pun mengabaikan telpon itu, dan memasukannya kembali ke kantor daster."Ning teu di angkat, Mi?" (Kok gak di angkat, Mi?)Teh Laras ternyata kepo."Kajeun ah, Teh. Teu penting iye." (Biar

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 34

    *Happy Reading*"Cie ... yang abis di--""Jangan resek, deh, Dok." Aku berdecis kesal, dan melotot galak. Saat lagi-lagi mendengar bisikan yang berisi ledekan Dokter Karina saat pulang dari acara mandi di sungai dan makan liwet.Nih Dokter emang bener-bener, deh! Bikin aku makin senang--eh, malu aja hari ini. Gak liat apa nih muka aja masih merah plus anget gini? Kayaknya sesampainya di rumah aku harus minum obat penurun panas, deh. Takutnya aku mendadak demam gegara dicium Alan, yee kan?Dicium?Aaarrggg ... rasanya aku pengen guling-guling tengah sawah kalau inget lagi. Tapi jangan! Sawahnya lagi bagus. Sayang kalau di pake buat guling-guling. Mending buat photo-photo aja, bakal jadi kalender tahun depan.Okeh skip! Otakku memang makin eror kayaknya sejak mendapat si kenyal-kenyal anget dari Alan.Sebut saja permen yupi. Soalnya kenyalnya sama, manisnya pun sama. Kalian jangan minta, ya? Permen ini hanya mili

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 35

    *Happy Reading*"Pulang!" ucapnya dengan suara dalam yang tegas sekali. Tanpa sadar aku menelan saliva kelat mendengarnya.Dia beneran marah, pemirsah!"Ta-tapi ... masih hujan, A'," cicitku sambil melirik keluar saung yang memang masih hujan lebat.Tanpa kata, Alan meraih belakang tubuhnya dan memperlihatkan sebuah payung padaku. Lah? Kalau dia bawa payung, kenapa dia ujan-ujanan, ya?Masih tanpa kata, Alan lalu membuka payung itu dan menyodorkannya padaku. Tak lama, dia memberikan kode untuk segera pergi dari sana."Eh, Aa kok duluan. Sini barengan. Biar gak kehujanan." Aku mencoba meminta atensinya."Sudah kehujanan."Benar juga."Ya udah atuh. Jalannya jangan cepet-cepet. Licin loh ini. Nanti saya jatuh."Kukira karena marah dia tidak akan memperdulikan rengekanku barusan. Ternyata dia memelankan langkahnya, dan langsung meraih tanganku untuk dituntunnya.Pematang sawah sangat li

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 36

    *Happy Reading*Aku tengsin banget!Demi apa? Bisa-bisanya aku nyosor Alan gak tahu malu kayak gitu. Mana kepedean lagi nyangka Alan pengen di cium. Ternyata eh ternyata. Tuhan ... boleh pinjem alat pemutar waktunya Doraemon, gak? Aku mau nyemaletin mukaku, yang sering banget ilang kalau depan Alan.Heran, deh. Kenapa sih, aku sering banget mempermalukan diri sendiri kalau dekat Alan? Pertanda apa, coba? Padahal, aku kan juga pengen kelihatan alim depan suamiku sendiri. Nah ini? Jatoh mulu harga diriku.Yang paling menyebalkannya lagi adalah, selain mulutnya yang asal ceplos itu. Wajahnya juga tetep aja lempeng bin kaku, meski udah dapet sosoran dari aku. Gak ada gitu merona atau ... minimal rona senang dapet hadiah dari bininya. Padahal, aku seneng loh disosor dia waktu di sungai. Kok dia nggak, ya? Apa ... sosoranku kurang?Au ah! Kadung malu, aku pun langsung ngacir aja kemaren. Inginnya sih, menghindar selamanya. Tetapi mana bisa? K

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 37

    *Happy Reading*"Aku capek pacaran, Fan. Kapok tepatnya. Jadi, kalau kamu emang beneran serius sama aku. Langsung ketemu Abah aja, deh. Nanti pacarannya biar abis ijab qobul aja."Aku pun refleks menggaruk belakang leher yang sebenarnya tidak gatal, saat akhirnya teringat kalimat di atas yang kayaknya memang pernah aku ucapkan pada Irfan.Jangan tanya bagaimana kondisi wajah dan perasaanku. Tentu saja sudah memerah seperti orang demam kembali, dan kikuk parah.Ah, lagi-lagi aku mempermalukan diri sendiri."Sudah ingat?" Seakan tahu apa yang aku rasakan, Alan pun menyindir. Namun, tetap dengan wajah datar dan hanya melirik sekilas saja ke arahku. Membuatku langsung membuang muka ke arah jendela pintu di sampingku."Ternyata susah ya, nikah sama pengacara itu. Sukanya ngajak muter-muter mulu. Padahal jalan pintas langsung ke inti terbuka lebar. Tapi malah milih yang njelimet banget. Gak kasian apa, sama otak saya yang p

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 38

    *Happy Reading*"Aa, ih! Jangan ambekan kenapa? Bukan gitu maksud Hasmi." Aku ingin meralat ucapanku, agar mood Alan kembali. "Hasmi cuma ..."Kemudian aku pun terdiam sejenak. Memikirkan cara lain untuk mengurangi rasa bersalahku, dan juga tak membiarkan Alan makin salah paham."Cuma apa?" Alan tidak sabaran."Cuma belanja sendiri, biar bisa nawar.""Berarti kehadiran saya memang sangat mengganggu?""Bukan!"Ih, nyebelin! Tumbenan dia ambekan gini.Aku kembali terdiam, memikirkan jalan tengah masalah ini. Gimana caranya bisa belanja sendiri tanpa menyinggung Alan? Tapi juga tidak membuat Alan menunggu dengan bosan.Tau sendiri kan, kalau ibu-ibu udah belanja. Pasti gak bisa bentar. Sekalipun aku belum jadi ibu-ibu. Tapi kadang jiwa ibu-ibu selalu terpanggil jika sedang belanja. Kasian Alan kalau harus kubuat menunggu lama. Karena itulah, sebisa mungkin aku harus cari cara biar Alan sibuk atau--Aha! Aku punya ide

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 39

    *Happy Reading*Aku mematut diriku cukup lama di cermin kamar. Berlatih beberapa ekspresi berkali-kali. Juga memeriksa setiap detail wajahku dengan seksama.Akan tetapi, tetap saja pada akhirnya aku mendesah kecewa.Sial!Apa aku memang sudah setua itu?"Kamu ngapain?""Astagfirullahaladzim ..."Aku langsung berjengit kaget. Saat sebuah suara berat tiba-tiba muncul tanpa peringatan."Aa ih! Ngagetin aja tau, gak?" omelku akhirnya. Sambil mencebik kesal ke arah Alan, yang sore ini sangat tampan dengan peci dan koko putihnya.Ah, dia pasti baru pulang sholat dari masjid."Saya udah ucap salam tadi. Tapi gak ada sahutan," jawab Alan enteng, sambil membuka peci dan koko yang langsung memperlihatkan kaos polos yang dia kenakan didalamnya.Setelah menggantung koko dan peci di belakang pintu, pria itu berlalu pergi dan duduk di tepian tempat tidur. Sambil lewat, dia pun menyugar rambutnya yang masih sedikit

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 40

    *Happy Reading*"APA YANG KAMU LAKUKAN PADA ANAK SAYA ALAN?! SAYA BUNUH KAMU KALAU TERJADI SESUATU SAMA ANAK SAYA?!"Alan langsung menjauhkan ponselnya dari telinga. Saat baru saja akan menyapa si penelepon, namun sudah di sambut seruan lantang penuh emosi. Membuatku cukup terkejut mendengarnya."Maaf. Tapi apa maksud Bapak? Saya tidak mengerti," balas Alan akhirnya. Menempelkan kembali ponselnya di telinga.Pria di depanku ini terdiam beberapa saat, menyimak dengan seksama ucapan orang di seberang sana. Keningnya tiba-tiba berlipat dalam."Maaf, Pak. Tapi saya benar-benar tidak mengerti maksud Bapak. Memanfaatkan? Membuang? Saya tidak pernah merasa melakukan itu." Alan kembali membuka suara lagi.Pria di hadapanku ini kembali terdiam menyimak. Dengan kening berkerut makin dalam. Alan lalu mendesah panjang dan berat, kemudian memijat keningnya beberapa kali."Saya turut prihatin dengan apa yang menimpa anak bapak. Tapi sek

Latest chapter

  • Bukan Mauku Menjomlo   Last ekstra part

    "Aduh! Terus kumaha iye? Mana si Bapak udah pergi? Saya telepon Bapak lagi aja, gimana? Pasti belum jauh, kan?" Asisten yang bernama Mbok Minah itu pun seketika panik. "Jangan, Mbok. Jangan ganggu Bapak," larang Hasmi yang kini berusaha mengatur napasnya, demi meredakan sakit yang semakin mendera perut bawahnya. "Ya, terus. Ini gimana, Bu? Saya harus apa?" Meski agak heran dengan permintaan sang nyonya. Mbok Minah pun kembali bertanya. "Suruh Pak Komang siapin mobil. Terus, tolong ambilin tas bayi di kamar yang sudah saya siapin. Mbok nanti temenin saya ke Rumah sakit, mau, ya?" pinta Hasmi setelah memberi titah pad sang asisten. "Iya, iya, Bu. Nanti saya temani. Kalau gitu, ibu tunggu bentar, ya? Saya nyari si Komang dulu." Mbok Minah pun pamit, mencari sopir yang sengaja Alan pekerjakan untuk mengantar-antar Hasmi jika ingin bepergian sendiri. Sementara Mbok Minah melaksanakan titah Sang nyonya. Hasmi sendiri kini tengah sibuk mera

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ektra part 5

    Ektra part 5*Happy Reading*Hasmi mendesah berat, saat terbangun dari tidur malamnya tapi tidak menemukan Alan di sisi tempat tidur. Melirik jam di atas nakas sejenak, yang menunjukan pukul dua pagi. Hasmi pun memutuskan turun dari tempat tidur, dan menghampiri suaminya itu. Ruang kerja menjadi tujuan Hasmi. Karena setelah makan malam, Alan memang pamit meneruskan pekerjaan yang belum sempat dia selesaikan di kantor. Sementara Hasmi, memilih langsung tidur setelah sholat isya.Kehamilan yang sudah semakin besar membuatnya mudah lelah. Itulah kenapa, Hasmi jadi sering mengantuk dan mageran. Ditambah lagi, sekarang ada beberapa asisten rumah tangga di rumahnya. Makin-makin saja kemagerannya itu. Hasmi kembali menghela napas panjang, saat menemukan kebenaran atas dugaannya. Di sana, di dalam ruang kerjanya. Alan tengah menatap layar laptopnya dengan tampang serius sekali. Membuatnya terlihat bersahaja dan tampan sekali. Ah, mema

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 4

    Ekstra part 4"Sudahlah, Alan. Biar aku saja yang jadi mengajak istrimu berkeliling. Aku janji tidak akan membuat istrimu lecet. Jadi, kau tidak harus menyusahkan diri sendiri seperti itu."Alan langsung mendengkus kesal, saat lagi-lagi Frans mengejeknya ketika jatuh dari motor.Ya. Demi Hasmi. Alan akhirnya memutuskan belajar motor kembali, agar bisa memenuhi ngidam sang istri. Meminta bantuan pada Frans yang memang lihai dalam hal kendaraan beroda dua itu. Awalnya Alan ingin minta di ajarkan lagi dalam mengendarai motor. Siapa sangka? Ternyata pria itu malah terus mengejeknya sepanjang latihan."Terima kasih, Frans. Aku masih bisa menuruti ngidam istriku seorang diri. Kau diam menyimak saja," balas Alan kemudian. Tidak akan pernah mengijinkan Frans berdekatan dengan istrinya lagi. Apalagi, setelah tahu perasaan pria itu pada sang istri. Alan tidak ingin memberi celah sedikitpun untuk sebuah perselingkuhan. Ah, ya! Satu rahasia ya

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 3

    *Happy Reading*Entah sudah jadi sugesti atau memang kebetulan saja. Sejak mengetahui jika sudah berbadan dua, tubuh Hasmi pun mulai merasakan kodisi yang biasa ibu hamil rasakan. Mual-mual dan lain macamnya. Namun, yang paling membuat Hasmi kewalahan adalah muntah-muntah yang di alaminya. Karena hal itu bukan cuma saat pagi hari saja, tetapi bisa seharian full dan membuatnya tidak bisa berjauhan dari kamar mandi. Selain muntah yang berlebihan, Hasmi juga tidak berselera makan sejak hamil. Semakin dia makan, semakin sering dia muntah. Terutama dengan makanan pokok negara kita, yaitu nasi. Jangankan memakannya, mendengar namanya saja dia sudah mual. Dengan kondisinya yang seperti itu, sudah bisa dipastikan. Hanya dalam hitungan hari saja, Hasmi pun drop. Mengharuskannya bedrest total dan mendapat asupan makanan dari selang infus.Sebagai seorang suami, Alan pun dirundung kesedihan melihat kondisi Hasmi. Seandainya saja dia bisa menggant

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 2

    *Happy Reading*"Nah, udah kelar! Lo? Udah kelar juga, gak?" Hasmi melirik Mira, menanyakan pekerjaan gadis itu. "Bereslah! Miwra gitchu, loh!""Najis! So imut bet lo!" Hasmi misuh-misuh kesal melihat tingkah Mira. "Emang imoet kakak ...." sahut Mira sengaja mengedip-ngedipkan mata seperti orang cacingan. Ingin menggoda Hasmi"Semerdeka lo aja dah, Mir. Males debat gue." Hasmi mengalah. "Dahlah, yuk sholat dulu. Udah masuk waktunya, kan?" Hasmi memilih mengalihkan obrolan pada yang lebih berfaedah. "Udah, sih. Tapi lo duluan aja.""Lah, Ngapa? Lagi males atau ngerasa udah banyak pahala?" sindir Hasmi."Bukan, gela! Gue lagi dateng bulan."Owh ... pantas saja. Soalnya setahu Hasmi, meski si Mira ini bar-bar dan adminnya lambe jemblehnya rumah sakit ini. Tetapi perkara sholat, gak pernah ketinggalan. Bahkan bisa dikatakan jempolan, soalnya gak nunda-nunda waktu. "Oh gitu ...." Hasmi menganggu

  • Bukan Mauku Menjomlo   Ekstra part 1

    *Happy Reading*(Author pov)Hari ini sabtu dan Alan sedang libur. Pria itu sengaja tidur lagi sehabis sholat subuh, karena memang tak punya rencana apapun hari ini. Hanya bersantai ria dengan istri tercinta yang pastinya sedang sibuk membersihkan rumah.Jangan salah kira. Alan bukannya mau menjadikan istrinya itu sebagai pembantu di rumahnya sendiri. Hanya saja, Hasmi memang suka bebenah orangnya, dan tidak ingin memiliki pembantu dulu."Nanti saja punya pembantunya, A. Sekarang Hasmi belum butuh. Lagian, di rumah ini juga hanya kita berdua. Hasmi masih bisa mengurus semuanya sendirian."Itu katanya, saat Alan tawarkan seorang pembantu untuk membantunya mengurus rumah mereka. Meski sudah dibujuk bagaimana pun. Jawaban wanita itu tetap sama. Belum butuh. Begitu saja terus. Sampai Alan menyerah dalam membujuk wanitanya. Karena tak ingin malah jadi ribut nantinya. Kadang, istrinya itu memang sangat keras kepala. Makanya Alan memilih me

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 93

    *Happy Reading*"Jangan iseng, ya? Aku gak mau sampai kehilangan kontrol di sini," ucapnya lembut membuat aku tertegun. "Kecuali ... kamu mau coba bikin anak di dalam mobil, aku sih gak akan keberatan sama sekali."Eh? "Bikin anak dalam mobil?" Aku membeo. "Atuh jangan Aa. Sempit, ih! Di kamar Apartemen yang luas aja saya engap kalau Aa udah naek. Nah ini malah di dalam mobil. Gepen nanti saya," lanjutku dengan tak habis pikir. "Kamu nanti di atas, biar saya yang di bawah," balas Alan, setelah mengulum senyum berapa saat. Apa, sih? Dia pasti mau ngisengin aku lagi."Di atas gimana? Nanti kepala saya benjol, dong. Mentok mulu pas goyangin Aa." Aku memukul dada bidangnya dengan kesal. "Udahlah jan ngadi-ngadi. Bikin anaknya di rumah aja. Jangan di tempat macem-macem.""Ya, makanya kamu juga jangan iseng di sini. Kalau mau di rumah aja. Biar nanti kalau si 'itu' bangun. Gak susah nyari tempatnya, ya?"Kali ini a

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 92

    *Happy Reading*Keesokan harinya, kami semua memutuskan untuk liburan bersama ke tempat wisata di Tokyo. Tidak, lebih tepatnya, Dokter Karina yang mempunyai rencana itu, dan aku memaksa ikut.Kenapa memaksa? Ya, karena aku awalnya gak diijinkan. Nyebelin banget, kan? Masa pengen ikut liburan gak boleh? Pelit bet dah, ah."Gak habis pikir saya sama kamu. Orang abis nikah tuh honeymoon Hasmi. Jalan ke mana gitu, beduaan sama Alan. Atau ngedekem di kamar bikin anak tujuh hari tujuh malam juga gak papa. Pokoknya penting beduaan dulu sama suami. Ini kok malah ikut kami. Aneh, kamu!"Itu komentar Dokter Karina saat aku bersikukuh ikut mereka kemarin. Membuat aku cemberut kesal plus gemes banget.Ck, dikira bikin anak mulu kagak capek, apa? Capek kali, Mak! Apalagi ini disuruh begituan tujuh hari tujuh malam. Bah! Ledes nanti dorayakiku. Ganti bentuk jadi okonomiyaki. Haduh, haduh ... tuh dokter kalau ngomong emang bikin orang pengen nguncir mul

  • Bukan Mauku Menjomlo   Jomlo 91

    *Happy Reading*"Uhuk! Cie pengantin baru, akhirnya keluar kandang juga. Gimana? Dapat berapa ronde semalam? Ugh ... kayaknya gempur abis-abisan, tuh! Jalannya udah beda, cuy!"Aku ingin sekali menyumpel mulut bocor Dokter Karina dengan Burger jumbo di hadapannya, saat mendengar celetukan jahilnya itu ketika waktunya makan malam di restaurant bawah. Ya, ternyata kami semua satu apartemen. Hanya beda lantai saja, soalnya si Nyonya Sultan sudah pasti membutuhkan Apartemen lebih besar, untuk menampung orang-orang yang dia bawa turut serta ke negara ini.Maksudku, ketiga anaknya dan baby sitter mereka masing-masing. Tahu sendiri, kan, dia dan suaminya sangat sibuk. Jadi pastinya butuh bantuan Baby sitter untuk mengurus anak-anaknya. Hanya saja, untuk urusan memandikan dan makanan. Dokter Karina biasanya turun tangan langsung mengurus ketiga anaknya. Dia itu ibu yang hebat. Tapi atasan yang nyebelin kadang. Terutama mulut bocornya. Suka nyeplos gak pandang tempat. Sepert

DMCA.com Protection Status