Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Wailea kini sudah berada di dalam pesawat kelas ekonomi. Wailea memang terlahir bukan dari keluarga kaya raya. Gajihnya pun tidak terbilang besar. Sangat berbeda dengan Rezo yang memang sudah terlahir dari keluarga kaya raya.
Bisnis orang tuanya cukup untuk beberapa generasi. Namun, menikah dengan Rezo bukanlah sesuatu yang dapat merubah kebiasaan hidup Wailea yang sederhana dan mandiri. Bahkan kekayaan Rezo bukan menjadi peluang bagi Wailea untuk hidup enak tanpa bekerja. Berkali-kali Wailea diminta untuk bekerja di perusahaan sang ayah mertua, tetapi Wailea tetap ingin bekerja di tempat ia bekerja saat ini. Sudah terlanjur nyaman dan tidak ingin pindah lagi.
Di dalam keramaian, Wailea tetap merasa sepi. Dia menerka-nerka apa yang akan terjadi setelah ini. Tangan kirinya menopang dagu sambil memandangi pemandangan yang semakin jauh terlihat dari atas pesawat. Tanpa disadari, lamunannya membawa Wailea kepada satu tahun yang lalu.
“Sudah siap?” tanya Rezo sambil tersenyum dan terlihat begitu tulus. Wailea hanya memandangnya sambil mencoba menerima kenyataan. Rezo mengambil kedua tangan Wailea sambil berkata “Kamu tenang ya, aku akan selalu ada di samping kamu”. Itu adalah kalimat yang sangat membantu Wailea dalam menghadapi serangan panik yang ia alami saat ini. Wailea yang gugup perlahan mulai merasa nyaman. Wailea mencoba mengikhlaskan akan semua ini. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa memang Rezo adalah orang yang tepat dikirimkan Tuhan untuk menemaninya seumur hidup. Wailea yang berdiri di lantai dua gedung melihat ke arah bawah dan memandang sekelilingnya. Gedung yang luas dipenuhi dengan dekorasi super indah dan elegan. Kemudian ia juga memandangi kursi para tamu yang tertata rapi dengan hiasan bunga dan pita menambah kesan romantis. Lalu matanya menatap ke arah yang lebih jauh yaitu bagian prasmanan, terlihat sejumlah hidangan yang sangat menggiurkan dan melimpah di atas meja
Momen itu cukup memalukan, menyebalkan dan juga menguntungkan. Semuanya bercampur menjadi satu dan membuat Wailea kebingungan, apakah dia harus bahagia atau malah sedih. Jika memikirkan tentang statusnya sebagai istri, Wailea merasa sedih. Mengapa hal yang tak terduga malah datang di saat yang tidak tepat. Tetapi disisi lain, Wailea merasa lega karena dia tidak harus merasa terpaksa. Apalagi Rezo dalam keadaan tidak sadar, entah memang itu karna dasar Rezo menyukainya atau hanya karena pengaruh alkohol saja. Keesokkan paginya, Wailea sudah sibuk di dapur dari jam setengah enam pagi. Menyiapkan sarapan mulai dari roti hingga nasi goreng. Minumannya pun beragam, ada kopi dan juga jus buah. Wailea memang tidak tahu apa yang biasa di makan oleh Rezo untuk sarapan paginya. Jadi Wailea memutuskan untuk membuat beberapa menu. Ia sengaja tidak membuat sarapan untuk dirinya sendiri, Wailea berfikir untuk memakan makanan yang tidak dipilih oleh Rezo. Dengan begitu tidak ada maka
Mengingat kejadian itu membuat Wailea tersadar dari lamunannya. Dia segera mengambil botol air mineral yang disediakan dari pihak maskapai. Wailea meneguk air tanpa berhati-hati, membuatnya tersedak dan batuk berkali-kali. Apa karena ini Rezo berselingkuh? pikirnya. Hatinya kini semakin terasa kacau, ia mencoba untuk berfikiran positif namun sungguh sulit, mengingat sikap yang selama ini dia rasakan di dalam rumah tangganya. Selalu sendirian karena harus ditinggal tugas ke luar negeri hampir setiap bulan dalam waktu yang lama pula. Setelah turun dari pesawat, Wailea berjalan menuju toilet untuk membasuh wajahnya. Wailea menatap cermin di depannya dengan pandangan yang kosong. Ia pun tak mengerti mengapa kegundahan hatinya tak kunjung usai. Padahal belum tentu semua yang di dalam kepalanya sesuai dengan kenyataan. Mungkin saja aku salah, katanya dalam hati. Setelah menarik ribuan nafas masuk dan keluar dalam paru-parunya, kini Wailea siap menghadapi apapun yan
Suasanya berubah menjadi penuh haru. Wailea dan Ketty saling berpelukkan untuk melepas rasa rindu di hati mereka masing-masing. Ini adalah pertemuan tak terduga setelah sekian lamanya mereka terpisah jarak dan waktu. Wailea merasa sangat lega karena akhirnya memiliki orang yang ia kenal di kota ini. “Kamu apa kabar?” tanya Wailea dengan mata berkaca-kaca. Ketty menjawab pertanyaan Wailea sambil meneteskan air mata. Wailea mengajak Ketty untuk mencari tempat duduk. Pertemuannya dengan Ketty membuatnya lupa akan rasa lapar dan kekhawatiran yang sedari tadi menyelimuti hatinya. Ketty yang terlihat amat rindu akan saudara tirinya itu tak henti-hentinya memeluk Wailea sambil menangis bahagia. “Maafkan aku Lea. Sejak pindah ke Tokyo, aku mengganti nomor dan tidak menggunakan sosial media lagi. Bukan tanpa maksud, tetapi agar mereka tidak bisa menemukanku” Ketty mencoba menjelaskan. Wailea hanya tersenyum dan mengerti situasi yang dialami Ketty memang tidak mudah, i
Melihat Wailea yang terlihat begitu sedih membuat Ketty tidak tega, ia pun mencoba mengalihkan perhatiannya. “Oke, jangan sedih lagi ya. Sekarang lebih baik kita cari hotel tempat suami kamu menginap” kata Ketty dengan semangat. “Dia menginap di hotel tepat di samping restoran ini” kata Wailea sembari mengusap mata. “Loh, aku juga menginap disana. Wah, kebetulan sekali ya” kata Ketty yang terlihat semakin bersemangat. Hati Wailea pun semakin lega. Dia berfikir jika terjadi sesuatu padanya saat bertemu dengan Rezo, ada Ketty di gedung yang sama dan bisa menolongnya. “Kalau begitu, kamu ikut aku ke kamar dulu ya. Untuk taruh belanjaanku ini” kata Ketty sembari mengumpulkan setiap gagang tas belanjaannya yang sangat banyak. “Kamu belanja sendiri? Pacar kamu dimana?” tanya Wailea penasaran. “Dia pergi ngegym. Katanya daripada aku bosan menunggunya, lebih baik dia memberiku credit card untuk shopping. That’s why I love him so much, Lea” kata Ketty
“Sebentar ya bu, saya cek dulu” reception muda itu terlihat membuka data pada komputernya. Tak lama ia pun kembali berdiri dan berkata “maaf bu, untuk atas nama bapak Rezo memang menginap disini. Namun, beliau berada di kamar VIP. Beliau meminta untuk tidak memberitahukan nomor kamarnya kepada siapapun. Jadi kami tidak bisa memberikan informasi lebih” “Tetapi saya istrinya, mbak” jawab Wailea menegang. Wajah sang receptionist terlihat kaget. Sang reception tetap menahan dirinya untuk tidak memberitahukan informasi lebih pada Wailea. “Maaf, bu. Mungkin lebih baik langsung hubungi pak Rezo saja” kata sang receptionist mencoba membantu. “Saya mau kasih dia kejutan, mbak. Mana mungkin saya telepon dia” kata Wailea mengeluh. Sang receptionist hanya terdiam dan tidak bisa membantu apapun lagi. Dia benar-benar memegang teguh aturan perusahaan dan permintaan customer. Ponsel berdering. Wailea menatap layar ponselnya dan ternyata Helix yang menelepon. Re
“Aku bercanda, Lea" Ketty tertawa kecil. "Kalau begitu kita ketuk saja pintu kamarnya. Toh kita hanya perlu mengetuk dua kamar lagi kan?” Ketty tersenyum dengan semangat. Apa yang dikatakan Ketty sama persis dengan apa yang dikatakan Helix tadi. Ini membuat Wailea semakin yakin untuk melakukannya. Mereka pun berjalan menuju wilayah kamar VIP. Kamar pertama, terlihat dua orang pria memakai baju kaos dengan warna yang sama dan celana katun pendek. Mereka saling bergandengan tangan dengan mesranya keluar dari kamar. Ketty menatap Wailea seolah bertanya apakah salah satu pria itu suaminya. Namun, Wailea mengerti akan tatapan Ketty itu, ia pun segera menggelengkan kepalanya. Menandakan jika suaminya bukan dari salah satu pria itu. Mereka pun tertawa setelah melewati kamar pria berpasangan tersebut. Lalu mereka berjalan menuju kama kedua. Wailea terlihat ragu untuk mengetuk. Ketty pun tak sabar lalu mengetuk pintu dengan penuh semangat. Setelah mengetuk beberapa ka
“Aku punya alasan untuk ini semua” kata Rezo mencoba menjelaskan. Wailea hanya terdiam dan terus menangis. “Aku terpaksa menikahimu, Lea” lanjut Rezo. Wailea menoleh pada Rezo seolah bertanya apa yang membuatnya melakukan hal itu. “Beberapa hari setelah pemakanan mama. Papa memintaku untuk menikahimu. Jika tidak mau, aku tidak akan dianggapnya anak lagi. Semua hasil kerja kerasku selama ini juga akan ditarik dan aku tidak dapat apa-apa” Rezo mencoba menjelaskan dengan nada suara lemas. “Kenapa tidak jujur kalau kamu sudah punya pacar?” tanya Wailea kesal. “Sudah kucoba. Tapi papa tidak setuju jika aku menikahi Ketty” Rezo menghela nafas. “Namun, setelah aku berhasil meyakinkan papa, malah Ketty yang belum siap untuk menikah. Dia masih dalam study dan di tambah lagi impiannya menjadi model terlalu tinggi saat itu” jelas Rezo. Wailea frustasi mendengar pernyataan Rezo. Dia berfikir selama ini mereka akan saling mencoba mencintai satu sama lain, tapi ter
"Saya rasa istri bapak takut saat mendengar suara anda, makanya dia pergi dari sini tanpa membawa barang" ujar Luna saat Helix hendak menduduki kursi plastik merah di teras rumah Luna. Helix terheran, mengapa bisa wanita di hadapannya itu berfikir jika dia adalah suami dari Wailea. Helix pun bertanya-tanya siapakah wanita ini, karena baru pertama kalinya dia melihat Luna. "Saya ini resepsionis hotel di Bali yang berhasil anda buat kehilangan pekerjaan. Pantas saja anda tega kepada orang lain, kepada istri anda sendiri saja anda teganya bukan main" sahut Luna kesal. Helix semakin bingung dibuatnya. "Dari tadi saya perhatikan ucapan anda melantur tidak ada arahnya. Kenapa anda pikir saya ini suami Wailea?" tanya Helix penasaran. "Kalau anda bukan suaminya, lalu kenapa foto anda ada di dompetnya?" tegas Luna. Helix terdiam dan berfikir. "Saya tidak sengaja melihat foto anda di dompet mbak Wailea. Foto 3x4 sih, tapi sangat jelas kalau itu foto anda" lanjut Luna. Ingin rasanya Helix
Setelah selesai diobati, Wailea berjalan menuju toko disebelah klinik. Dia membeli sebuah topi dan masker. Tujuannya agar perban dikepala tidak terlihat dan wajahnya pun tidak terlihat karena ditutupi masker. Setelah itu kembali Wailea mencari taksi dan melanjutkan perjalanannya menuju bandara. Seolah sudah di lancarkan jalannya, disaat Wailea sampai dia pun langsung mendapatkan penerbangan tepat pada waktunya. Dia segera mengurus tiket dan lain sebagainya. Beberapa jam kemudian Wailea telah tiba di Sumatra. Tak sabar rasa hati ingin bertemu sang ibu dan memeluknya erat. Dia sudah membayangkan untuk menceritakan semua yang telah dialaminya selama ini. Setelah menggunakan kendaraan umum, Wailea pun sampai di halaman rumah sang ibu. Tangisan tak mampu lagi ditahan olehnya, dia segera berlari menuju pintu utama. Tooookkk... Tokk... Tokkk.. Suara ketukan pintu yang sangat lembut. Seseorang dari dalam rumah membukakan pintu. Wailea terkejut saat melihat seseorang yang tidak dia kenal be
Cuaca pagi yang mulai terasa hangat oleh mentari. Wailea terbangun dan tersadar jika dirinya tidak di rumah itu lagi. Wailea mengambil ponselnya dan kemudian menyambungkan pada kabel pengisian daya. Pasti sudah banyak pesan dari orang-orang yang mencariku, katanya dalam hati. "Selamat pagi mbak. Ayo sarapan dulu" ajak Luna. Luna kembali dikejutkan dengan darah yang mulai memenuhi perban dan juga bahkan meninggalkan noda pada sarung bantalnya. "Maaf Luna, saya jadi mengotori barang kamu" kata Wailea sungkan. "Itu bukan masalah mbak, bisa dicuci dan kembali bersih. Yang jadi masalah sekarang adalah, perban dan obat saya kebetulan habis. Jadi saya harus beli dulu ke apotek" kata Luna. Wailea mengambil dompetnya dan memberikan sejumlah uang. "Terima uang ini ya. Kamu sudah memberiku tempat dan makanan bahkan obat. Aku tidak tenang jika kamu tidak menerimanya". "Mbak Wailea sama sekali tidak merepotkan saya. Saya malah senang bisa membantu. Tapi apa tidak lebih baik mbak Lea ke ruma
Wailea terus mengendarai motornya ke arah yang dia sendiri pun tak tahu. Untuk sementara darahnya sudah terhenti karena perban dan obat yang dia pakai sebelum pergi. Mengapa Wailea memilih pergi? Mengapa dia tidak tetap tinggal disana dan meminta pertolongan? Karena merasa Ruben sangat marah padanya dan juga Rezo, dia pun memilih untuk bertahan sendiri. Dia juga tahu jika Helix masih dalam keadaan kesal padanya, jadi lebih baik dia tidak menghubungi siapapun. Dengan sebuah ransel kecil, Wailea membawa sedikit pakaiannya. Dia yakin untuk kembali ke rumah Weni. Hatinya kini terasa sangat lelah dengan semuanya. Karena kepalanya yang terasa masih sangat berat, Wailea pun tak imbang kemudian hampir menabrak seorang wanita. Dia membanting stang motornya dan kemudian terjatuh. "Mbak baik-baik saja?" tanya seorang wanita yang terlihat panik. "Maafkan saya, saya tidak hati-hati" kata Wailea sembari melepaskan helm di kepalanya. "Mbak Wailea" kata wanita itu. Wailea mencoba mengingat siapa
Ttookkk... Tookkk... Ttoookkkk. Suara ketukan itu terdengar sangat kasar. Helix segera keluar dari kamarnya menuju pintu utama dan membukakan pintu. Bbbuuukkkkk... Sebulan pukulan yang sangat kuat mendarat di pelipis Helix. "Apa-apaan ini?" tanya Helix sembari menyentuh pelipisnya yang langsung membiru dan bengkak. "Apa anda puas sekarang menghancurkan rumah tangga anak dan juga menantu saya?" tanya Ruben dengan sangat geram. "Maksud bapak apa?" tanya Helix kebingungan. "Saya tahu jika anda memiliki hubungan dengan menantu saya" jawab Ruben dengan penuh emosi. "Saya memang punya hubungan dengan menantu anda, tetapi hanya sebatas hubungan rekan kerja dan juga teman dekat. Apanya yang salah?" tanya Helix lagi. "Terlalu banyak kebohongan yang kalian semua ciptakan" ujar Ruben. "Saya memang punya perasaan dengan Wailea, tetapi dia tidak pernah menyambut perasaan saya ini sekalipun. Mungkin saya akan sangat bahagia jika anda memukul saya karena tuduhan anda benar. Asal anda tahu,
Wailea terdiam membeku, air matanya yang sedari tadi menetes kini berhenti seketika. Keadaan hatinya sangat buruk dan sama sekali tidak beraturan. Kini matanya tertuju kepada secarik kertas bermaterai di atas meja. Bercerai? Apakah ini ujung dari perjuanganku selama ini? Wailea berjalan mendekati meja dan mulai meraih dokumen tersebut. Dipandangilah isi surat itu dari atas hingga bawah. Ini kali pertama di dalam hidupnya merasakan begitu berat ketika memegang secarik kertas. Bayang-bayang yang menakutkan kini meliputi pikirannya. Bagaimana dengan mama? Bagaimana dengan papa Ruben? Bagaimana nasibku nanti? Apa pandangan orang-orang terhadapku yang menjadi janda hanya dalam waktu sekejap mata? Aku harus bagaimana? Terlalu banyak suara yang kini bersarang di kepalanya. "Boleh aku bertanya? Jika kalian menjawabnya dengan jujur, maka aku akan segera menandatangani surat ini dan pergi" tantang Wailea. Ketty dan Rezo saling pandang dan kemudian mempersilahkan Wailea untuk mengajukan perta
Hati Papinka terasa membara mendengar sindiran Ruben yang begitu menyakitkan namun benar adanya. Wajah Papinka dan Ketty memerah karena menahan malu dan emosi. Seolah mereka terkena telak dari Ruben, Ketty pun memutar otak agar bagaimana caranya mereka bisa kembali berada di posisi yang aman. "Asal om tahu, kami tidak pernah menyembunyikan hubungan kami ini di depan Wailea. Bahkan dia tahu jika saya dan Rezo berlibur di Bali" kata Ketty membuat suasana semakin kacau. Ruben tercengang dan seketika itu juga menatap Wailea. "Apa benar yang dia katakan?" tanya Ruben. Bibir Wailea terasa berat hendak menjawab pertanyaan itu. Entah dia harus bagaimana sekarang menghadapi situasi yang mulai menyudutkannya itu. "Maafkan Lea, pa" sahut Wailea tanpa pembelaan apapun. Jantung Ruben kini terasa nyeri dan sakit. Dia pun memegang dadanya dan mencoba untuk tetap bertahan. Sungguh sulit dipercaya namun pernyataan itu tak dibantah oleh Wailea. "Om tahu kenapa Wailea tidak bertindak apa-apa? Karen
Helix tersungkur lemas tak berdaya, matanya tak sanggup menahan air mata. Tersadar jika ternyata perasaannya tak bertepuk sebelah tangan. Betapa hancurnya dia, menyaksikan orang yang mencintainya harus mengorbankan kehidupannya demi orang lain. Cinta memang tidak harus memiliki, tetapi cinta yang mereka alami adalah sesuatu yang sangat rumit dan pelik. Helix mengambil ponsel dan mencoba menghubungi Wailea. Namun sayang, ponsel Wailea dalam keadaan kehabisan baterai dan mati. Helix terus menatap surat itu diiringi dengan air mata yang tak henti-hentinya membasahi pipi. Mencintai orang selama bertahun tahun dan akhirnya bertemu dengan dia tetapi dalam keadaan telah dimiliki orang lain, bukanlah hal terberat bagi Helix. Namun saat mengetahui jika orang yang dia cintai juga mencintainya namun berjuang demi kebahagiaan orang lain membuatnya rapuh dan terasa sangat menyakitkan. Disaat Helix tengah merasakan kepedihannya seorang diri di sudut ruangan, Wailea dan Ruben pun sampai di halam
"Helix, ini hari terakhir Wailea bekerja. Jadi tolong kamu bahas berdua dengannya untuk setiap projek yang masih dalam tahap pengerjaan" kata Robin."Hari teakhir? Maksudnya bagaimana?" tanya Helix terkejut. "Kalian bicara ya, saya tinggal" sahut Robin lalu meninggalkan ruangan mereka."Ada apa Wailea?" tanya Helix panik."Aku akan pindah besok, Hel" jawab Wailea lemas."Kenapa mendadak sekali?" tanya Helix lagi."Memang mendadak, karena ini keputusan Rezo" jawab Wailea. "Kamu bahkan tahu kalau selingkuhan suamimu sedang mengandung, tetapi kamu tetap bertahan?" tanya Helix jengkel. Dia menggaruk kepalanya dengan sangat keras. Perasaan kesal yang tidak mampu ditutupi. -----Waktu berjalan dengan sangat cepat. Kini jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Sepanjang hari Helix dan Wailea hanya diam dan fokus akan pekerjaan. Komunikasi mereka pun dilakukan melalui chat. Keheningan dan kebekuan yang belum pernah terjadi sebelumnya diantara mereka.Hingga tiba saatnya jam pulang kerja, He