Jangan lupa vote dan komen!
Oma berdecak melihat Andro yang tidak kunjung berhenti menggoda Raya dengan mengingatkan kesalahannya, membuat Raya menangis lalu memeluk Andro erat.Oma jengah melihatnya, dia segera mendekati Raya begitu ada kesempatan."Ria, Ria," panggil Oma sambil berbisik saat Raya memasukan piring ke dalam mesin pencuci piring."Iya, Oma?""Oma ingin bicara, ayo ke balkon," ucap Oma menarik tangan Raya pelan.Saat itu Andro sedang bermain game di ruang tamu sambil memakai kudapan setelah makan malam."Duduk di sini," ucap Oma pada kursi di balkon luas."Ada apa, Oma?""Dengar, Ria. Oma suka dirimu yang apa adanya.""Maksudnya, Oma?""Tidak perlu merasa bersalah dengan Andro, dia sudah memaafkanmu. Jangan terbawa perasaan, injak semua yang mereka katakan. Oma lebih suka kau yang bersikap bodo amat, sifat itulah yang menjadi bentengmu."Raya diam memikirkan apa yang dikatakan Oma. "Tapi Raya sudah membuat Andro kesal, Raya membuat Andro marah dan Raya mengusir Andro. Raya membuat Andro kecewa, itu
"Diam di rumah, jangan ke mana mana atau berkeliaran tanpa izinku."Raya mengangguk saat memakaikan dasi pada Andro. Setelah selesai dia turun dari papan kursi kecil yang diinjaknya, itulah yang membuatnya bisa menggapai leher Andro."Iya.""Handphone jelekmu sudah dibuang?""Sudah."Andro terkekeh, dia memberikan ciuman di pipi Raya sebelum membuka salah satu laci di walk in closet dan mengeluarkan ponsel yang dibelinya kemarin. Berwarna merah jambu dengan motif berlian. "Pakai ini.""Nomornya?""Sudah di atur di sana."Raya mengangguk paham, dia menengadah tatkala Andro melingkarkan tangan di pinggangnya. "Ada rapat mendadak, jadi aku mungkin akan pulang malam. Tentang pemeriksaan dan pernikahan kita, bisa kita bicarakan besok. Bagaimana?"Raya mengangguk."Pernikahannya tepat di hari ulang tahunmu, seharusnya ini kejutan, tapi aku lebih suka sekarang."Raya hanya diam saat merasakan tangan Andro mengusap wajahnya. "Diam di rumah, jangan ke mana mana.""Aku mengerti.""Beri aku ciuma
“Saya permisi dulu, Nyonya.” “Baiklah, Terima kasih.” Senam telah usai, pelatih senam Oma meninggalkan Oma dan Jeta di apartemen milik Andro. Mereka akan beristirahat dan makan siang disini. “Astaga, aku lelah. Aku malas sekali pulang.” “Oma, besok biar Raya saja yang kerumah. Tidak perlu Oma yang kemari.” “Sudahlah, kau kan sedang hamil. Biar Oma saja yang kemari,” ucap Oma dengan agak cekikikan. Oma seolah menyembunyikan niat terselubung. “Ria, kau sudah dapat pesan dari Andro?” “Pesan? Belum Raya lihat di ponsel, Oma.” “Kalau begitu lihat sana dulu~” ucap Oma dengan nada menggoda, membuat Raya sedikit bertanya-tanya ada apa dengan Oma, karena sikapnya yang dirasa agak lain. Raya pun meminta ijin untuk naik ke lantai dua, dimana ponselnya sedang di isi daya dikamar dan sekalina berganti baju. “Jeta, bagaimana, apa strategi ku bagus?” Jeta mengacungkan dua jempolnya. “Sip!” “Mantul, Jeta.” Oma ikut mengacungkan jempolnya. Semua ini dilakukan Oma semata untuk mendapatkan
Saat di tempat tidur, ponsel Andro berbunyi, Raya mengangkatnya atas perintah Andro. “Halo, Oma?” “Oh, Ria. Beritahu Andro jika persiapan pesta sudah 90%.” “A… apa? Secepat itu, Oma?” “Kenapa? Kau tidak percaya pada Oma, hah?” “Bukan seperti itu,” ucap Raya kebingungan. “Sudahlah, beritahu saja Andro seperti itu, oke?” “Baik, Oma.” “Oma akan mengirim dokumennya pada email Andro.” “Iya, Oma.” “Selamat malam, Ria.” “Malam, Oma.” Raya menutup telepon dan mendekat ada suaminya. “Oma bilang persiapan pesta sudah 90%, dia mengirim dokumennya di emailmu.” “Apa? Secepat itu?” Andro segera membuka emailnya di laptop dan mendapatkan dokumen berbahasa korea. Andro pun segera menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia dan ketika semua tulisan itu sudah berubah menjadi tulisan bahasa Indonesia… “Ini sama seperti sebelumnya, apa yang beda?” Gumam andro. Sampai di bagian paling bawah, Andro akhirnya melihat perbedaannya, dia melihat tambahan yang sebelumnya tidak ada bertuliskan, Cat
Andro menjatuhkan diri lebih dulu di tempat tidur, lalu menarik selimutnya. Sementara Raya yang mematikan lampu setelahnya juga naik ke atas tempat tidur. Masuk ke dalam selimut. Seharian ini semuanya cukup bisa dikendalikan meski menyisakan lelah dalam badan. “Ayo tidur, aku lelah.” Andro menarik tangan Raya. Tidak mengomentari apapun. “Mendekatlah!” Raya menggeser tubuhnya, sampai menempel. Dia bersandar di dada Andro, sampai laki-laki itu bisa mencium kepalanya. “ Kau bersenang-senang hari ini?” Memebelai kepala Raya yang bersandar di dadanya. “Hemm.” Andro menarik telinga Raya mendengar jawaban istrinya. “Apa?” Raya bertanya sambil menyentuh jemari Andro agar melepaskan telinganya. “Sakit tahu,” begitu katanya lirih. “Jawab dengan benar kalau aku tanya.” “Maaf.” Raya mengerucutkan bibirnya. “Kami pergi ke spa, makan dan jalan-jalan sebentar tadi.” “Spa?” Ekspresi Andro seperti tidak mengerti tempat apa itu. “Iya, tempat pijat seluruh badan itu lho…” Raya menjawab sambil mempe
Tubuh Raya bergetar saat dirinya mendapatkan ciuman dalam dan sentuhan di perut telanjangnya oleh tangan kekar Andro. Perlahan, Andro membaringkan Raya di kasur. Dia menindih istrinya dengan menjadikan siku sebagai penyangga agar tidak mengenai perut istrinya secara langsung. “Sayang…” “Ini tida adil.” “Apa?” Andr menghentikan aktivitas tangannya. “Tidak adil,” gumam Raya pelan. “Bajumu masih lengkap.” Suara Raya terlalu pelan hingg hampir tak terdengar. Untung saja dalam mode memangsa seperti ini, semua indra dalam diri Andro menguat. “Kau ingin melihat tubuhku tanpa pakaian?” “Bu, bukan begitu.” “Aku yakin begitu,” ucap Andro mulai membuka pakaiannya satu persatu. Lalu kembali menciumi Raya yang sudah polos seutuhnya. Andro menyentuh, mengusap dan menciumi tubh Raya dengan penuh kelembutan. Membuat Raya yang sudah melupakan sensasi itu kembali merasakannya Raya memalingkan wajahnya ketika Andro mulai melucuti boxernya sambil menciumi lehernya. Raya bernafas tidak beraturan
“Hans, bagaimana soal persediaan makanan, sepertinya yang datang sangat ramai. Kalian sudah mengantisipasi ini kan?” Andro sendiri tidak bisa memperkirakan berapa jumlah orang yang datang pada hari ini. “Semua sudah siap Tuan Muda. Ada sekitar 40 titik pembagian makanan dan minuman di sepanjang jalan yang kita lewati tadi.Satuan pengamanan dan relawan sudah mengantisipasi semuanya. “Baguslah, pastikan tidak ada yang pulang dengan perut lapar setelah acara peresmian selesai.” Andro memandang keramaian di luar sana. “Baik Tuan Muda.” AHri ini, acara yang lebih dulu dilaksanakan adalah peresmian Taman Biru, baru dilanjutkan ke acara yang lebih privat, Yaitu ulang tahun pernikahan Andro dan Raya yang diadakan dalam gedung serba guna dalam area Taman Biru tersebut. Mobil sebentar lagi tiba di area parkir. “Satu lagi, beri bonus lebih pada seksi kebersihan tempat ini nanti. Aku ingin malam ini juga mereka selesai mengurusi sampah-sampah disini. Karena besok aku akan mengajak Raya ku un
Kedatangan Andro membuat acara dihentikan untuk sementara. “Selamat datang kepada tamu kehormatan kita semua, Tuan Andromeda Prakarsa. Terimakasih sudah meluangkan waktu berharganya untuk datang dalam peresmian. Kami disini dengang bangga mewakili seluruh warga kota sangat berterimakasih, karena mendapatkan hadiah luar biasa berupa Taman Kota yang indah ini ‘Taman Biru’.” Tepuk tangan meriah dari semua pengunjung yang memperhatikan sambutan. “Taman Biru adalah sebuah dedikasi Prakarsa Mega Group kepada masyarakat. Sebagai wujud kesuksesan dan dukungan masyarakat untuk Prakarsa Mega Group dalam setiap lini usahanya. Mari kita beri tepuk tangan dan ucapan terimakasih untuk semua dedikasi Prakarsa Mega Group. Silahkan maju ke podium Tuan Andromeda Prakarsa.” Tepuk tangan meriah. Sorot kamera mengikuti setiap langkah Andro. Dia meninggalkan kursinya, berjalan dengan penuh pesona naik ke atas podium. Sementara di kursinya, Celine gemetar memegang tangannya sendiri. Kenapa namanya sama se