Jangan lupa vote dan komen. Nanti malam update lagi ya...
Tubuh Raya bergetar saat dirinya mendapatkan ciuman dalam dan sentuhan di perut telanjangnya oleh tangan kekar Andro. Perlahan, Andro membaringkan Raya di kasur. Dia menindih istrinya dengan menjadikan siku sebagai penyangga agar tidak mengenai perut istrinya secara langsung. “Sayang…” “Ini tida adil.” “Apa?” Andr menghentikan aktivitas tangannya. “Tidak adil,” gumam Raya pelan. “Bajumu masih lengkap.” Suara Raya terlalu pelan hingg hampir tak terdengar. Untung saja dalam mode memangsa seperti ini, semua indra dalam diri Andro menguat. “Kau ingin melihat tubuhku tanpa pakaian?” “Bu, bukan begitu.” “Aku yakin begitu,” ucap Andro mulai membuka pakaiannya satu persatu. Lalu kembali menciumi Raya yang sudah polos seutuhnya. Andro menyentuh, mengusap dan menciumi tubh Raya dengan penuh kelembutan. Membuat Raya yang sudah melupakan sensasi itu kembali merasakannya Raya memalingkan wajahnya ketika Andro mulai melucuti boxernya sambil menciumi lehernya. Raya bernafas tidak beraturan
“Hans, bagaimana soal persediaan makanan, sepertinya yang datang sangat ramai. Kalian sudah mengantisipasi ini kan?” Andro sendiri tidak bisa memperkirakan berapa jumlah orang yang datang pada hari ini. “Semua sudah siap Tuan Muda. Ada sekitar 40 titik pembagian makanan dan minuman di sepanjang jalan yang kita lewati tadi.Satuan pengamanan dan relawan sudah mengantisipasi semuanya. “Baguslah, pastikan tidak ada yang pulang dengan perut lapar setelah acara peresmian selesai.” Andro memandang keramaian di luar sana. “Baik Tuan Muda.” AHri ini, acara yang lebih dulu dilaksanakan adalah peresmian Taman Biru, baru dilanjutkan ke acara yang lebih privat, Yaitu ulang tahun pernikahan Andro dan Raya yang diadakan dalam gedung serba guna dalam area Taman Biru tersebut. Mobil sebentar lagi tiba di area parkir. “Satu lagi, beri bonus lebih pada seksi kebersihan tempat ini nanti. Aku ingin malam ini juga mereka selesai mengurusi sampah-sampah disini. Karena besok aku akan mengajak Raya ku un
Kedatangan Andro membuat acara dihentikan untuk sementara. “Selamat datang kepada tamu kehormatan kita semua, Tuan Andromeda Prakarsa. Terimakasih sudah meluangkan waktu berharganya untuk datang dalam peresmian. Kami disini dengang bangga mewakili seluruh warga kota sangat berterimakasih, karena mendapatkan hadiah luar biasa berupa Taman Kota yang indah ini ‘Taman Biru’.” Tepuk tangan meriah dari semua pengunjung yang memperhatikan sambutan. “Taman Biru adalah sebuah dedikasi Prakarsa Mega Group kepada masyarakat. Sebagai wujud kesuksesan dan dukungan masyarakat untuk Prakarsa Mega Group dalam setiap lini usahanya. Mari kita beri tepuk tangan dan ucapan terimakasih untuk semua dedikasi Prakarsa Mega Group. Silahkan maju ke podium Tuan Andromeda Prakarsa.” Tepuk tangan meriah. Sorot kamera mengikuti setiap langkah Andro. Dia meninggalkan kursinya, berjalan dengan penuh pesona naik ke atas podium. Sementara di kursinya, Celine gemetar memegang tangannya sendiri. Kenapa namanya sama se
Di kamar president suite room. Andro menendang kaki Hans keras. Laki-laki itu hanya meringis sedikit. Menahan agar dia tetap berdiri di posisinya. “ Kau mau mati ya?! Kenapa membiarkan Celine datang di acara peresmian? Sudah ku bilang, undang dia di pesta nanti saja.” Andro lalu mencengkram jas yang di pakai Hans. Mendorongnya sampai dia terjerembab ke belakang. “Kau tidak mungkin tidak tahu kalau dia akan datang bukan?” Ini sudah sekian lama dari sejak terakhir kalinya dia berteriak pada Hans, baru kali ini dia kecewa drngan pekerjaan Hans. “Maafkan saya Tuan Muda.” Hans bangun dari posisinya yang terduduk, lalu menuju sofa. Menepuk sofa dengan lengannya. “Silahkan duduk dulu, Tuan, biar saya ambilkan minum. Anda mau minum apa?” Andro hanya mendesah. Tapi dia tetap duduk di sofa yang baru saja di tepuk oleh Hans. Sedangkan Hans meninggalkannya, membuka kulkas. Mengambil sebotol air dingin. Dia membuka tutup botolnya kemudian menyerahkannya pada Andro. ‘Silahkan Tuan Muda.” Andro du
Malam sudah semakin larut ketika mobil memasuki gerbang utama. Hanya ada beberapa penjaga yang bertugas malam yang terlihat masih bersiaga di posisi jaga mereka masing-masing. Sisanya sudah masuk ke dalam kamar mereka. Meluruskan kaki dan punggung setelah seharian bekerja keras. Mengumpulkan kembali ceceran tenaga untuk dipakai besok kembali. Perputaran rutinitas harian yang tiada habisnya.Sesampainya kendaraan di dekat pintu utama. Hans ikut masuk mengikuti Andro, dia ingin melihat dan memastikan sendiri. Bagaimana suasana hati Raya saat ini. Setelah acara pesta peringatan hari pernikahan mereka yang berjalan lancar meski denga Raya yang hanya diam seribu bahasa lalu memilih pulang lebih dulu bersama Oma dan Jeta."Apa semua sudah masuk ke kamar?" Andro duduk di sofa menyapu ruangan yang sepi. Bahkan Pak Sam sudah mematikan beberapa lampu di sudut ruangan yang sudah tidak mungkin dilewati orang lagi.Pak Sam bangun setelah meletakan sandal di samping kaki Andro. Mulai memberikan inf
Seharusnya adegan romantis itu selalu melibatkan dua pihak di dalamnya. Tapi sepertinya kali ini tidak. Raya yang diam seperti batu. Namun bagi Andro ini adalah reaksi paling romantis yang ditunjukan istrinya sepanjang perjalanannya menikah. Kali ini, dia mulai bisa meraba sedalam apa hati istrinya. Menemukan ruang kecil yang menyimpan namanya di sana. Setelah merasa senang sendiri dan puas dengan apa yang dia lakukan, Andro menyandarkan dagunya di bahu Raya. Menciumi bahu itu lembut. "Kata Pak Sam kamu tidak menonton sampai selesai acara peresmian tadi. Kenapa? Kau bahkan tidak melihatku naik podium kan?" Tidak! Untuk apa aku melihatmu dan Celine bersama. "Kenapa?" Andro menyusuri leher Raya dengan tangannya, saat istrinya masih menunjukan protes dengan membisu. "Lehermu kecil sekali ya. Kalau aku mencekikmu kau bisa mati tidak ya." Tergelak sendiri. Kurang ajar, dia sedang mengancamku sambil tertawa kan. "Tadi aku kurang enak badan, jadi aku naik ke kamar untuk istirahat." Me
Kejadian sore hari setelah peresmian Maran Biru, hari yang menyedihkan untuk seorang balerina cantik bernama Celine. Sebuah mobil berhenti jauh dari keramaian Maran Biru. Lalu lintas lancar, hanya karena kepulangan para pekerja yang tetap bekerja di akhir pekan atau orang- orang yang ingin menghabiskan waktu membuat jalanan cukup ramai tapi tetap terpantau lancar. Celine gemetar memegang kemudi. Pikirannya sedang sangat kacau. Saat ini hanya satu nama yang terlintas di pikirannya. "Sekretaris sialan! Apa kau sudah mencium semua yang kulakukan. Rencanaku semua gagal pasti karenamu." Setengah mati dia berusaha mendekati EO acara peresmian, tapi semuanya menguap dan tidak berbekas apa pun. "Wartawan itu juga." Celine masih berusaha menghubungi no telepon wartawan yang sudah menipunya. Tidak diangkat. Saat dia mau membanting hpnya bunyi pesan masuk. "Maaf Nona Celine saya tidak berani menulis artikel apapun tentang Anda, lawan yang Anda hadapi bukanlah lawan sepadan yang bisa saya tan
Raya masih mematung di depan tempat tidur. Dia tidak berani bergerakr, dia curiga dokter mengatakan pada ANdro kalau dia hanya pura-pura. Andro melepaskan sandal dengan kasar lalu naik ke atas tempat tidur. Meraih bantal dan memakainya untuk bersandar. Meluruskan kakinya sambil memberi sorot mata membunuh pada Raya. "Nyalimu besar sekali ya!" Raya semakin menciut di tempatnya berdiri. Tidak bergerak sedikitpun, dia bahkan menarik nafas pelan tanpa menimbulkan suara. Apa aku pura-pura mati saja ya, tidak, pura-pura pingsan saja. Tapi kalau dia menyiramku atau menginjak kakiku aku pasti menjerit. Saat ini gadis itu kembali menundukkan kepala, "Katakan, kenapa harus pura-pura sakit?” Tidak, kalau aku menjawab, dia akan semakin menggila. "Hei, kau anggap aku sedang main-main sekarang!" Andro sudah mulai berteriak dari tempatnya duduknya bersandar. Dia menekuk kakinya, merubah posisi. Raya terlonjak mendengar suara keras Andro. Dia mengatupkan tangannya di depan dada yang mulai gemet