Jangan lupa vote dan komen
Di kamar president suite room. Andro menendang kaki Hans keras. Laki-laki itu hanya meringis sedikit. Menahan agar dia tetap berdiri di posisinya. “ Kau mau mati ya?! Kenapa membiarkan Celine datang di acara peresmian? Sudah ku bilang, undang dia di pesta nanti saja.” Andro lalu mencengkram jas yang di pakai Hans. Mendorongnya sampai dia terjerembab ke belakang. “Kau tidak mungkin tidak tahu kalau dia akan datang bukan?” Ini sudah sekian lama dari sejak terakhir kalinya dia berteriak pada Hans, baru kali ini dia kecewa drngan pekerjaan Hans. “Maafkan saya Tuan Muda.” Hans bangun dari posisinya yang terduduk, lalu menuju sofa. Menepuk sofa dengan lengannya. “Silahkan duduk dulu, Tuan, biar saya ambilkan minum. Anda mau minum apa?” Andro hanya mendesah. Tapi dia tetap duduk di sofa yang baru saja di tepuk oleh Hans. Sedangkan Hans meninggalkannya, membuka kulkas. Mengambil sebotol air dingin. Dia membuka tutup botolnya kemudian menyerahkannya pada Andro. ‘Silahkan Tuan Muda.” Andro du
Malam sudah semakin larut ketika mobil memasuki gerbang utama. Hanya ada beberapa penjaga yang bertugas malam yang terlihat masih bersiaga di posisi jaga mereka masing-masing. Sisanya sudah masuk ke dalam kamar mereka. Meluruskan kaki dan punggung setelah seharian bekerja keras. Mengumpulkan kembali ceceran tenaga untuk dipakai besok kembali. Perputaran rutinitas harian yang tiada habisnya.Sesampainya kendaraan di dekat pintu utama. Hans ikut masuk mengikuti Andro, dia ingin melihat dan memastikan sendiri. Bagaimana suasana hati Raya saat ini. Setelah acara pesta peringatan hari pernikahan mereka yang berjalan lancar meski denga Raya yang hanya diam seribu bahasa lalu memilih pulang lebih dulu bersama Oma dan Jeta."Apa semua sudah masuk ke kamar?" Andro duduk di sofa menyapu ruangan yang sepi. Bahkan Pak Sam sudah mematikan beberapa lampu di sudut ruangan yang sudah tidak mungkin dilewati orang lagi.Pak Sam bangun setelah meletakan sandal di samping kaki Andro. Mulai memberikan inf
Seharusnya adegan romantis itu selalu melibatkan dua pihak di dalamnya. Tapi sepertinya kali ini tidak. Raya yang diam seperti batu. Namun bagi Andro ini adalah reaksi paling romantis yang ditunjukan istrinya sepanjang perjalanannya menikah. Kali ini, dia mulai bisa meraba sedalam apa hati istrinya. Menemukan ruang kecil yang menyimpan namanya di sana. Setelah merasa senang sendiri dan puas dengan apa yang dia lakukan, Andro menyandarkan dagunya di bahu Raya. Menciumi bahu itu lembut. "Kata Pak Sam kamu tidak menonton sampai selesai acara peresmian tadi. Kenapa? Kau bahkan tidak melihatku naik podium kan?" Tidak! Untuk apa aku melihatmu dan Celine bersama. "Kenapa?" Andro menyusuri leher Raya dengan tangannya, saat istrinya masih menunjukan protes dengan membisu. "Lehermu kecil sekali ya. Kalau aku mencekikmu kau bisa mati tidak ya." Tergelak sendiri. Kurang ajar, dia sedang mengancamku sambil tertawa kan. "Tadi aku kurang enak badan, jadi aku naik ke kamar untuk istirahat." Me
Kejadian sore hari setelah peresmian Maran Biru, hari yang menyedihkan untuk seorang balerina cantik bernama Celine. Sebuah mobil berhenti jauh dari keramaian Maran Biru. Lalu lintas lancar, hanya karena kepulangan para pekerja yang tetap bekerja di akhir pekan atau orang- orang yang ingin menghabiskan waktu membuat jalanan cukup ramai tapi tetap terpantau lancar. Celine gemetar memegang kemudi. Pikirannya sedang sangat kacau. Saat ini hanya satu nama yang terlintas di pikirannya. "Sekretaris sialan! Apa kau sudah mencium semua yang kulakukan. Rencanaku semua gagal pasti karenamu." Setengah mati dia berusaha mendekati EO acara peresmian, tapi semuanya menguap dan tidak berbekas apa pun. "Wartawan itu juga." Celine masih berusaha menghubungi no telepon wartawan yang sudah menipunya. Tidak diangkat. Saat dia mau membanting hpnya bunyi pesan masuk. "Maaf Nona Celine saya tidak berani menulis artikel apapun tentang Anda, lawan yang Anda hadapi bukanlah lawan sepadan yang bisa saya tan
Raya masih mematung di depan tempat tidur. Dia tidak berani bergerakr, dia curiga dokter mengatakan pada ANdro kalau dia hanya pura-pura. Andro melepaskan sandal dengan kasar lalu naik ke atas tempat tidur. Meraih bantal dan memakainya untuk bersandar. Meluruskan kakinya sambil memberi sorot mata membunuh pada Raya. "Nyalimu besar sekali ya!" Raya semakin menciut di tempatnya berdiri. Tidak bergerak sedikitpun, dia bahkan menarik nafas pelan tanpa menimbulkan suara. Apa aku pura-pura mati saja ya, tidak, pura-pura pingsan saja. Tapi kalau dia menyiramku atau menginjak kakiku aku pasti menjerit. Saat ini gadis itu kembali menundukkan kepala, "Katakan, kenapa harus pura-pura sakit?” Tidak, kalau aku menjawab, dia akan semakin menggila. "Hei, kau anggap aku sedang main-main sekarang!" Andro sudah mulai berteriak dari tempatnya duduknya bersandar. Dia menekuk kakinya, merubah posisi. Raya terlonjak mendengar suara keras Andro. Dia mengatupkan tangannya di depan dada yang mulai gemet
“Sebenarnya, aku tahu, kalau hari ini pasti akan datang, hari di mana kau kembali pada cinta sejatimu. Celine. Semarah apa pun kamu, tapi cinta akan selalu kembali pada tempatnya kan." Raya mencengkeram sprei, merasa sakit hati dengan kalimatnya sendiri. Melihat ke arah Andro, dia tidak bergeming. Carilah pilihan kata yang tidak memprovokasi Raya. Begitu otaknya berputar. "Huh! Kau sedang membual tentang apa?" Amdro menjawab ketus. Apa? Membual? jelas-jelas kau memilih Taman Biru karena Celine kan. Kecemburuan kembali memberi energi pada Raya, walaupun dia muncul tidak tahu tempatnya. Karena suara Raya sudah agak meninggi daripada tadi. Dia bahkan jauh lebih lama menatap Andro. Yang pasti dengan sorot mata tidak bersahabat. "Aku tahu sepenting apa Taman Biru bagi kalian. Kau dan Celine bertemu di sana kan, kalian juga sepakat pacaran di sana. Dan aku tahu kau akan melamar dan mengajaknya menikah di sana juga. Untuk itu kau memilih Taman Biru, memilih untuk membangunnya seperti s
Masih di atas tempat tidur. Babak baru pertengkaran di atas tempat tidur masih akan berlanjut. Tidak tahu akan menjadi singkat atau semakin bertele-tele. Apa mereka akan kembali saling berteriak sampai urat saraf mereka menonjol. Raya membuka matanya ketika tangan Andro malah terasa menyentuh kepalanya. Alih-alih yang dia takuti akan dipukul. Dia menepuk kepala Raya, tapi bukan tepukan lembut seperti biasanya. Menyadarkan Raya bahwa dia sama sekali belum selamat. Dia masih dalam situasi genting. "Maafkan aku, aku pasti sudah gila bicara yang tidak-tidak." Sadar akan kesalahannya Raya kembali memohon. Andro masih terdiam, dia hanya menurunkan tangannya. Meraih dagu Raya menghadapkan wajah gadis itu ke hadapannya. Raya mengalihkan pandangannya ke arah lain. Kali ini dia kehilangan keberanian. "Jadi kau mencintaiku? Sudah jatuh cinta padaku." Apa! kenapa hanya itu yang kamu tangkap dari pembicaraanku. Bukan itu poinnya Tuan Muda. "Sejak kapan? Sejak kapan kau mulai mencintaiku?" Andr
Sudah lewat tengah malam. Mereka baru selesai dengan pergumulannya. Di sampingnya Raya langsung jatuh tertidur dan tidak berdaya. Andro mengacak-acak rambut istrinya yang memang sudah terburai ke mana-mana. Dia tergelak menyusuri bibir mungil dan tipis itu. Diketuk-ketukan jemarinya di pipi istrinya. Lalu menyelipkan kembali rambut Raya ke belakang telinganya. "Terimakasih sudah mencintaiku." Satu kecupan lembut di kepala Raya. Lalu Andro menarik selimut sampai leher. Melindungi istrinya dari udara yang yang akan menciumi tubuh polosnya. Setelah menyelesaikan pekerjaan yang menurutnya luar biasa itu, dia turun dari tempat tidur. Memakai lagi bajunya yang terserak di lantai. Terdengar suara pintu terbuka. Andro menoleh untuk kedua kalinya, melihat istrinya yang sudah terlelap kelelahan di tempat tidur. Dia tersenyum senang. Saat memutar kepalanya mau keluar dan terlonjak kaget saat keluar dari kamar setelah membuka pintu. "Kau di sini?" Hans bangun dari duduk tepat di depan pin
Arin dan juga Samuel bergegas menuju rumah Cantika begitu pulang sekolah. Suasananya jauh berbeda dari sebelumnya, semua orang di sana terlihat sangat berduka."Nek, Cantika mana ya?" tanya Arin sambil memberi salam."Ada di dalam, sana ke kamarnya ya."Arin langsung menarik tangan Samuel untuk mengikuti langkahnya, mereka memasuki kamar Cantika dimana sosok itu terlihat sedang bersiap. mereka akan pergi ke gereja untuk Misa Arwah."Cantika?"Sosok itu langsung menoleh seketika, air matanya langsung turun begitu dia melihat Arin. Sosok yang lebih kecil itu langsung menangis dengan kuat saat Arin memeluknya. Mengungkapkan perasaanya yang sebenarnya. Cantika benar benar merasa tersakiti, kehilangan sosok yang selalu bersamanya, membesarkannya, dia kehilangannya saat itu juga.Dunianya terasa runtuh, bahkan Cantika tidak yakin dirinya bisa bertahan tanpa sosok itu."Hei, udah.... Inget loh, Mama kamu ada di tempat terbaik bersama dengan Tuhan," ucap Arin mencoba untuk menenagkan sahabatn
Gala kembali ke rumah setelah mengantarkan sang Pujaan Hati. Dia terdiam sejenak di ambang pintu, rasanya sangat sepi tanpa kedua orang tua dan juga adik adiknya yang selalu ribut."Hiks... Aku merindukan kalian," ucapnya dengan Satu Tetes air mata yang tidak sempat jatuh; Gala lebih dulu menyukainya. "Tapi... Rasanya tenang sekali, hehehe."BUK!"Astaga naga!" teriak Gala dengan spontan saat sebuah sendal melayang dan mengenai kepalanya, akan membuatnya kini tengah tertunduk di atas lantai.Belum juga memarahi sosok yang membuatnya terjatuh dia terlebih dulu melihat dua orang yang sedang kejar-kejaran. "Kembali ke sini, Alden, kau harus mandi," teriak Mentari sambil membawa ember dan gayung yang berisi air.Di belakang sana ada pelayan yang berusaha mengeringkan lantai supaya tidak ada yang terjatuh. Gala mengerjapkan matanya. "Apa yang terjadi?" tanya Gala pada sang pelayan."Mari saya bantu Anda berdiri, Tuan muda.""Berapa lama mereka seperti itu?""Sejak Tuan Alden pulang ke ruma
Galuh berjalan begitu saja melewati Gala dan gerombolannya, membuat Mentari menghela napas kemudian mengikuti sosok itu."Heh, kau mau kemana?!" teriak Gala pada sang adik."Masuk kelas.""Kenapa bersama dengannya?!""Kami sekelas!""Iya juga," gumam Gala baru mengingat.Yang mana membuat Cantika speechless dengan. Gala, tapi hal itu tidak mengurangi kekaguman Cantika terhadap sosok di depannya itu."Kapten, bisa kami Kembali ke kelas sekarang?""Ya, kembalilah ke kelas kalian, dan belajarlah dengan giat. Sudah sana.”Mereka yang ikut menghadang Galuh adalah pasukan basket, dimana Samuel yang memanggil mereka semua lewat Group Chat atas perintah Gala. Saat semuanya mulai bubar, di sana mulai tertinggal Gala yang masih menggenggam tangan Cantika, bersama dengan Samuel yang masih menatap heran pada pasangan baru itu."Lu ngapain masih di sana?" tanya Gala menyadari keberadaan Samuel."Lu jangan lupa, Gal, ada PR yang belum kelar. Cantika, bilang sama Gala buat berhenti nyontek sama gue
"Mommy dan Daddy akan ke Amerika sebentar, untuk menemani Oma sambil mengurus beberapa hal. Jaga baik baik adikmu ya. Dan jika butuh sesuatu, minta saja pada Samuel.""What the....," ucapan Gala terhenti tatkala dia mendapatkan tatapan tajam dari sang Mommy. "Kenapa Samuel?""Dia temanmu 'kan? Daddy tau dia bisa diandalkan, jadi Daddy memberinya upah untuk menjagamu." Andro bicara sambil memakai jasnya."Eoohh, dia itu lelet, Dad. Lagipula aku bisa sendiri.""Jangan seperti itu," ucap Raya dengan lembut, yang sontak membuat Gala bungkam. Mana bisa dia melawan bidadari kesayangannya. Jadi dia merentangkan tangannya dan memeluk sang Mommy. "Apa ini? nanti parfume Mommy menempel.""Hati hati dijalan ya, Mom. Jangan khawatirkan yang lain, adik adik akan aman bersama denganku."PLETAK! Andro melayangkan jitakan di kepala anaknya, membuat Gala mengaduh sambil melepaskan pelukannya. "Daddy ini kenapa?!""Pamitannya nanti, jangan lebay. Kau ini habis nonton apa semalam?""Film India," gumam G
Kenyataannya, mereka berdua hanya makan saat pulang sekolah saja. Selebihnya Gala kembali mengantarkan Cantika karena dirinya tiba-tiba ditelpon oleh sang pelatih untuk ke sekolah dan melakukan persiapan untuk pertandingan."Maaf ya, aku akan mengajakmu main lagi lain kali.""Jangan khawatir, aku baik baik saja," ucap Cantika yang masih berada di bangku belakang kuda besi tersebut.Sementara Gala tidak bisa menahan kekecewaannya terhadap diri sendiri. "Nanti malam aku akan menghubungimu, mengirimimu pesan. Oke?""Oke," ucap Cantika yang masih sedikit kikuk karena status diantara mereka kini tengah berubah.Yang mana pria yang sedang dia peluk saat ini adalah pacarnya. Astaga, rasanya Cantika ingin mati saja ketika mengingat Gala adalah pacaranya."Dan masalah Laura, jangan biarkan dia menggertakmu oke? Aku akan meminta pengacaraku untuk membereskannya.""Apa yang akan kau lakukan, Gala?" tanya Cantika khawatir."Tidak banyak, hanya membuatnya jera.""Jangan keterlaluan ya, dia bersika
Sesuai perkataannya, Cantika tidak bisa berangkat bersama dengan Gala, dia berangkat bersama sang Kakek dimana dia diajak terlebih dahulu untuk makan bubur di tempat kesukaan kakeknya sebelum mereka pergi ke sekolah."Apa kau menyukai Gala?" tanya sang Kakek tiba tiba."Hmm? Ya, aku menyukainya, Kakek.""Jangan setengah-setengah jika suka, gas terus jika memang benar benar suka padanya," ucap sang Kakek saat Cantika sedang memakan bubur.Membuatnya tersedak dan batuk beberapa kali. Cantika menatap ponselnya, dimana Gala terakhir menghubunginya tadi malam, dimana dia mengatakan akan menagih jawaban sepulang sekolah. Dia juga berkata akan terlambat datang ke sekolah karena ada urusan dengan Daddy nya."Sudah makannya?""Sudah, Kek.""Ayo berangkat, anak cantik harus rajin," ucap sang Kakek membayar makanannya sebelum kembali menaiki motor bebek. "Kakek pulangnya nanti agak malam, sampaikan sama Nenek ya. Kakek harus memilah barang barang untuk di museum.""Iya, Kek.""Lumayan, Pak Praka
Cantika tidak bisa melupakan kejadian tadi pagi, dimana Gala menjadi diam mematung. Apakah sahabatnya itu sakit? Apakah dia masih marah padanya?Entahlah, Cantika bingung. Dia tidak ingin Gala sakit."Hei," panggil Laura pada Cantika.Membuat perempuan dengan rambut sebahu itu menoleh. "lya?""Nomor lima, bisakah aku melihat jawabanmu?""Um... bukankah ini pendapat masing-masing?""Anggap saja sebagai imbalan karena pacarku Gala telah mengantar jemputmu."Kalimat itu membuat Cantika tidak berdaya, akhirnya dia memberikan bukunya pada Laura saat guru sedang keluar dari kelas.Dia kembali melamun, memikirkan Gala.Sampai seseorang datang ke mejanya."Cantika, maaf aku lupa. Tadi Gala menitipkan ini untukmu," ucap salah satu anak perempuan memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia memberikan bungkusan roti dan juga susu. "Dia bilang kau harus tumbuh dengan baik."Sontak, seluruh kelas yang mendengar mengatakan, "Ciiiiieeeeeee.... Cantika Cieeeee..."Kemudian disusul dengan kalimat kal
Dalam perjalanan, Laura berusaha menggoda Gala. Dia sesekali bergerak hingga bagian bawah gaunnya sedikit terangkat. Yang mana hal itu membuat Gala mengerutkan keningnya, dia heran Laura yang tidak bisa diam sejak tadi."Apa kau baik baik saja?" Tanya Gala dengan polosnya."Ah iya... aku hanya merasa tidak nyaman dengan pakaian yang aku pakai."Gala mengangguk. "Nah, aku juga akan memberitahumu tadi. Itu terlihat seperti alat memasak nasi milik Oma ku. Wahh..., apalagi suaranya kresek kresek," ungkap Gala mengatakan apa yang ada di dalam pikirannya. "Kau berubah pikiran? Ingin kembali?""Tidak, aku tidak mau kembali. Teman temanku sudah menungguku di sana," ucap Laura yang memilih untuk diam. Dia heran bagaimana bisa Gala berhenti tertarik padanya hanya sampai di titik ini. Pria itu tidak menanyakan sesuatu yang menjadi tanda kalau pria itu ingin memilikinya.Bagaimana Laura tau? Tentu saja dia memiliki banyak pengalaman dengan pria pria di luar sana. Dan pria lebih muda tidak sulit d
Cantika berusaha menahan tawanya ketika melihat Galayang menengadah dengan dokter yang mencoba mengambil mangga mungil itu dari lubang hidungnya. Untuk menahan tawanya, Cantika memalingkan wajahnya, sementara tangannya terus digenggam oleh Galayang sesekali merengek karena rasa pegal dan malu."Tutup tirainya!" teriak Galasaat melihat beberapa pasang mata yang melihat ke arahnya sambil menahan tawa. Yang mana membuat dokter itu memberikan isyarat pada perawat untuk segera menutup tirai.Mereka berada di ruang terbuka yang berada di dekat lobi, kepanikan Galamembuatnya lupa kalau dirinya adalah pemilik rumah sakit ini dan tidak datang ke lantai VVIP. Dia berlari dan langsung duduk di hospital bed yang ada di sana, sementara Cantika sibuk mencari bantuan.Dokter yang mengenali siapa Galalangsung menanganinya di sana, melihat Galayang panic juga membuat dokter itu lupa untuk membawanya ke lantai VVIP di paling atas."Apakah keluar?" tanya Galamasih menengadahkan kepala mengadahkan lubang