Seorang wanita bernama Nina itu menatap sang pengasuh meminta anaknya diawasi saat sedang bermain, dia melangkah ke arah dapur dan melihat istri dari Prabu itu sedang sibuk mempersiapkan makan malam. Baru juga dia akan mengeluarkan kalimat, seseorang lebih dulu membuka pintu dengan keras dan berkata, “Oma datang! Yuhu para wanita cantik, kalian dimana?”BRAK! Rara langsung melempar spatula yang dipegangnya kemudian berlari ke arah Oma sambil merentangkan tangannya. “Omaaaaaa! Aku rinduuuu!”“Astaga, itukah bocah yang ingatannya terjebak dalam usia belasan tahun, Raya?”“Oma jangan mengatakan hal itu,” ucap Raya yang berada di samping Oma.“Astaga, Oma. Oma terlihat lebih muda daripada di ponsel.”“Oh astaga, Oma malu. Bagaimana kabarmu? Oma mau istirahat dulu. Nanti bicaranya ya,” ucap Oma sambil memeluk Rara. Kemudian matanya menatap cicit perempuannya. “Mentari, beri salam pada Aunty Rara.”“Hallo Aunty Lala.”“Haha,” ucap Rara dengan kaku. “Hallo, Tari. Istirahatlah di kamar. Yang
“Kenapa Dala belum juga kembali, Oma?” Tanya Mentari yang kini sedang bermain dengan Joy, tangannya terangkat untuk menusuk-nusuk pipi bocah berusia tiga tahun yang sangat menggemaskan itu.Sedangkan Oma sedang memangku Lucas yang tidak bisa berhenti membaca, membuat Oma kesulitan dan sesekali harus menyuapinya agar dia tidak kelaparan.“Entahlah, Oma juga penasaran.”“Ini sudah malam, Dala tidak datang saat makan malam.”“Mungkin Daddy nya Joy takit pelut, jadi telambat,” ucap Joy mengingat apa yang selalu dilakukan oleh Prabu jika dia pulang telat. “Daddy nya Kak Tahli dan Lucas mungkin juga tama.”“Daddy nya Lucas selalu pulang,” ucap Lucas yang segera disumpali dengan makanan oleh Oma begitu mulutnya terbuka.Oma menarik napas dalam, dia menrunkan dulu Lucas. “Tunggu di sini sebentar ya, Oma mau menemui Mommy kalian.”“Ote,” ucap Joy mengacungkan jempolnya sebelum kembali bermain dengan yang lain.Oma melangkah menuju ke dapur, dimana cucu menantunya sedang memasak sambil bercengk
"Bang.... Kangen Mommy," ucap Gala menatap Michael dengan matanya yang berlinang, dia benar benar merindukan sosok Mommy dan juga adiknya. Oh, ditambah Oma lagi. "Mau ke sana.""Nanti menunggu Daddy mu dan kakakku ya, makannya ayo keluar dari area permainan.""Mau ke sana ah, Gala kangen Mommy," ucap Gala turun dari permainan kuda dan berjalan begitu saja, yang mana membuat Michael kewalahan mengasuh bocah yang tidak pernah mendengarkannya itu.Membuat Michael segera turun dari permainan dan mengikuti Gala yang sudah melangkah jauh di depannya itu. "Gala, tunggu. Jangan berlari."Gala berlari keluar gedung hotel, Michael melihat Gala mendatangi seorang perempuan dewasa yang sedang berjalan di taman hotel.Gala dengan segala kecerdikannya, dia mendatangi wanita itu dengan puppy eyes kemudian bertanya, "Hallo, Nona. Bolehkah aku meminjam ponsel? Aku harus menghubungi Oma ku.""Hai, kau sendirian di sini?""Dengan abangku, tapi dia agak idiot. Ayahku entah dimana, bisa aku meminjam ponse
“Hanya bertanya saja, Abang kan sudah dewasa.”“Baru juga 12 tahun.”“Oh....,” ucap Gala kembali fokus pada makanannya.Membuat Michael gregetan. “Sudah jangan makan terlalu banyak, Gala. Nanti perutmu sakit.”“Tapi ini sangat enak.”“Kau makan terlalu banyak.”“Kasihan nanti mereka menangis jika kita tidak memakannya da―uk! Uk!”Gala cegukan, yang mana membuat Michael mengambilkan air dimeja dan menggantikan snack yang ada di tangan Gala dengan gelas itu. “Lihat kau cegukan, minum cepat.”“Cegukan mana bisa dilihat,” gumam anak itu.Sayangnya, setelah Gala habis satu gelaspun, dia masih saja cegukan. Yang mana membuat Gala menatap Michael dengan penuh kesedihan. “Abang masih cegukan, bagaimana ini?”“Coba tahan napasmu.”"Sampai kapan?""Nanti jika abang bilang keluarkan udara, maka lakukan," ucap Michael.Gala yang kini sedang duduk berhadapan dengan anak lebih tua darinya itu hanya mengangguk. Dia mulai menahan napas saat Michael memberi isyarat.Satu detik. Sepuluh detik. Dua pulu
"Gala! Bantu Daddy menyusun perhiasan itu di kamar untuk Mommy dan Oma!" Ucap Andro si narsis"Aheng! Bagaimana cara memasak jamur enoki?" Ucap Calon Koki Akhir zaman."Kemana para pelayan itu? Aku tidak bisa memasak seorang diri." Prabu; pria paling normal.Gala melihat kekacauan yang sedang dilakukan oleh para pria dewasa itu, dia hanya menggeleng sambil berkata, "Seharusnya mereka tau diri jika tidak bisa.""Ayo bantu mereka.""Dengan cara apa? Menghanguskan diri?" tanya Gala yang memilih untuk menarik tangan Michael menjauh dari sana, mengajaknya ke taman belakang untuk bermain main, meninggalkan para pria yang sedang memasak.Untuk yang kesekian kalinya, Prabu melihat resep itu. "Oke, masukan kecap," ucapnya mengambil kecap dan memasukannya ke dalam panci berisi selai yang sedang dia buat. Sampai dia tersadar akan sesuatu. "Tunggu, kenapa dimasukan kecap?" gumamnya bingung.Dan ketika Prabu melihat ke buku resep, di sana Andro sedang membuka lembarannya. "Gula bubuk," ucap sedang
Akhirnya, mereka makan malam bersama. Diselingi canda tawa dan juga dentingan keramik yang berantakan, khususnya anak anak yang membuat para orangtua emosi. Dimana mereka harus menggantikan dengan peralatan makan plastik. Namun, bukan anak anak namanya kalau tidak berisik. Suara mereka mengalun indah, dimana mereka duduk acak dan menempati kursi mana saja."Gala, jangan ganggu adikmu." Ucap Raya, Ibu Peri di dunia."Berhenti menggigit kukumu, Joy. Uncle Michael sepertinya Joy menganggap tangannya adalah kue. Bantu dia." Ucap Nyonya Sarkas."Lucas, simpan bukunya. Jangan sampai Mommy harus menyuapimu, nanti Mommy kotor dan Daddymu tidak suka lagi bagaimana?" Ucap Bucinnya Tuan Prabu.Begitulah para istri mereka mencoba mengatur anak anak, yang mana membuat Prabu terkekeh. "Gala punya tampang yang luar biasa, dia pasti akan menjadi primadona di sekolahnya nanti."Andro mengangguk setuju. "Ya, dia pintar memilih gen ayahnya.""Hei, Lucas juga tampan.""Dia memakai kacamata, Prabu. Sepert
Sebelum kepulangan ke negara masing masing, mereka kembali sarapan bersama di meja makan besar. Ini adalah suasana yang sangat disukai oleh Oma, dimana dia bisa melihat cucu cucunya tumbuh dengan penuh kebahagiaan. Mereka tersenyum, tertawa dan saling melemparkan candaan. Hanya ini yang Oma inginkan sejak dulu.Prabu tengah mengusap sudut bibir bayi gembrotnya dan juga memotongkan daging untuk sang Paman tiri yang pernah dibencinya. Senyuman dan tawa Nina membuat mata Prabu berbinar. Ya, dia berada dalam pelukan perempuan yang tepat. Tegas, berwibawa dan juga sedikit dipenuhi emosi. Itu menyeimbangi Prabu yang sering berulah.Meskipun Prabu adalah pria monoton yang selalu membuat Oma khawatir. Dia tidak menulis jalan hidupnya sendiri, dia selalu dikendalikan oleh sang kakek dimana dirinya harus dipaksa dijodohkan hingga berujung beristri dua. Namun Oma senang, kini sosok Rara yang seharusnya menjadi pembantu dari calon istrinya dulu rukun bersama Nina mendampingi Prabu. Rara adalah or
Mentari turun dari motor setelah menepuk punggung Gala dengan malas, dia benar benar kesal karena saudaranya itu menaikan kecepatan kemudian tiba tiba mengerem begitu saja.PLAK!"Apa yang kau lakukan, itu sakit," ucap Gala dengan matanya yang melotot."Kau membuat seragamku kusut dan rambutku berantakan.""Bersyukurlah kau sudah aku ajak, Tari.""Kau yang membuatku terlambat."Saat mereka sedang asyik berdebat, terdengar suara panggilan, "Mentari!" teriak salah satu teman Mentari yang juga baru turun dari mobil."Rin, tunggu aku!""Jangan berlari seperti itu!" teriak Gala memberi peringatan. "Dasar bocah," gumamnya melihat Mentari yang saling berpelukan dengan sahabatnya itu."Aku juga merindukanmu, saudaramu membawa motor?""Iya, dia membuat SIM saat liburan kemarin.""Gilaaaaa, dia semakin tampan saja. bagaimana kau bisa bertahan hidup melihatnya setiap hari," ucap Arin yang memberikan kekaguman pada Gala yang berjalan menuju kelasnya. “Aku heran, dari sekian banyak perempuan di se