“Tuan! Pelu aku temani?” tanya seorang wanita cantik dengan pakaian seksi. Wanita itu mendekati Andra yang mana saat ini tengah duduk di kursi bar.
Ya. Malam ini. Andra memutuskan untuk menghabiskan waktunya di Club. Dengan hanya ditemani oleh minuman yang Andra harap akan membuatnya sedikit melupakan resah di hatinya.Andra hanya sendirian ke Club ini. Tapi beberapa kali wanita-wanita berpakaian minim itu bergantian datang untuk menggodanya.“Pergilah! Aku tidak butuh ditemani!” Andra mengibaskan tangannya di udara. Mengusir wanita seksi itu agar tidak menempel di tubuhnya.Wajah wanita itu merengut sebentar. Tapi kemudian ia kembali menggoda Andra dengan menyentuh rahang lelaki itu yang ditumbuhi bulu-bulu halus.“Ayolah, Tuan. Aku pastikan kalau Tuan akan puas dengan pelayananku. Aku bisa membuat Tuan tak bisa melupakan tubuhku.” wanita itu mencoba menggerayangi bagian depan tubuh Andra. Dan bahkan nyaris memprete“Mama? Kenapa dia menelpon? Hhh.. pasti dia mau memintaku untuk kembali ke rumah. Tidak! Aku tidak akan kembali lagi ke rumah itu. Cukup sudah mereka memanfaatkanku dan membuat hidupku hancur!”TUT!Andra mematikan panggilan itu dengan kesal. Lalu dilemparnya ponsel itu ke atas kasur. Namun ponselnya kembali berdering. Membuat Andra mendengkus masam.Diraihnya ponsel itu kembali dan diangkatnya panggilan dari Nita.“Hallo, Ma! Kalau Mama menelponku untuk memintaku kembali ke rumah itu lagi. Sebaiknya lupakan saja. Karena aku sudah tidak mau kembali ke sana.” Andra langsung bicara dengan tegas. Tanpe bertanya atau memberi sapaan lebih dulu pada ibunya.‘Andra. Mama tahu kamu masih kecewa dan marah. Mama juga tidak akan melarang kamu jika kamu mau kembali bersama Alana. Tapi Mama mohon, pulanglah Andra. Papa berpesan agar kamu segera pulang ke rumah. Mama dan Papa minta maaf. Dan perusahaan juga membutuhkan kamu.
Andra meneguk ludahnya. Hatinya mengiris mendengar dari Nita, jika Darma ingin meminta maaf padanya. Dan semalam Andra malah merespon panggilan Nita dengan ucapan yang ketus.Sumpah demi apa, Andra benar-benar tidak tahu jika saat itu adalah saat terakhir Darma ingin mendengar suaranya. Entah Darma tidak berani berbicara langsung pada Andra. Hingga menyuruh Nita untuk menyampaikan maafnya.“Maafkan Papa kamu, Ndra. Sekarang dia sudah pergi meninggalkan kita untuk selamanya. Papa bilang kalau dia sangat menyesal karena sudah menjadi orang tua yang bodoh.Mama juga. Mama sangat menyesali perbuatan Mama dulu yang memisahkan kamu dengan Alana. Hingga membuat hidup kamu hancur. Kamu kehilangan istri dan anak kamu karena Mama dan Papa. Maafkan kami, Andra,” isak Nita. Tangannya bergerak menyentuh pundak Andra dan menatap wajah tegas lelaki itu dengan pandangan memelas.Andra menghembuskan napasnya dengan kasar. Kepalanya lalu menoleh pada Nita. Wajah tuanya terli
Sekarang, Andra sudah tinggal lagi di rumahnya. Ia tidak lagi menyendiri di apartemen miliknya itu.Bahkan Andra sudah mulai kembali aktif di kantor. Saat ini pun Andra tengah sibuk berkutat dengan pekerjaannya.Meskipun begitu, Andra tidak melepaskan pencariannya terhadap Alana. Ia selalu menyempatkan dirinya untuk berkeliling Jakarta sepulang dari kantor. Berharap akan bertemu dengan mantan istrinya itu. Andra juga menyuruh orang untuk mencari Alana ke luar kota.Takutnya Alana sudah meninggalkan Jakarta.BRAK!“Sherly! Apa kamu tidak tahu caranya mengetuk pintu?!” sentak Andra dengan dahi yang berkerut kesal. Karena tiba-tiba saja pintu ruangannya dibuka dengan kasar dan Sherly masuk tanpa permisi.“Kenapa Mama kamu bilang sama Papa aku, kalau pernikahan kita dibatalkan?!” Sherly balas bertanya dengan nada histeris. Wajahnya merah penuh tuntutan.“Oh. Jadi kamu datang karena itu,” ucap Andra santai
Rehan manggut-manggut. “Iya, Ma. Yang satunya lagi buat adik bayi. Biar nanti kalau adik bayi lahir. ‘Kan bisa main bareng sama Rehan.” Danu mengulum senyum. Sementara Alana menaikan sebelah alisnya.“Sayang. Kita ‘kan belum tahu adik bayinya laki-laki atau perempuan. Nanti kalau kita beli robot tapi ternyata adik bayinya perempuan, gimana?” tanya Alana.“Berarti kita beli boneka barbie juga, Ma. ‘Kan anak perempuan suka boneka barbie.” Rehan berseru.Membuat Danu kembali terkekeh sambil mengacak pelan rambut anak itu. Sementara Alana menggeleng-gelengkan kepala. Tapi kemudian ia juga tersenyum pada Rehan.“Ya sudah. Kita beli boneka barbie juga. Tapi kamu yang pilihkan boneka barbienya ya,” kata Alana.“Siap, Ma!” Rehan mengangguk senang. Lantas segera pergi menuju jajaran boneka barbie yang cantik-cantik.Danu dan Alana hanya memandanginya sambi
Andra tercenung sesaat. Mendengar nama Alana membuat Andra kembali teringat dengan wajah mantan istrinya itu. Alana-nya yang sampai detik ini masih belum bisa Andra temukan.Padahal Andra selalu mencari Alana setelah jam kantornya habis. Ia juga menyuruh orang untuk mencari pujaan hatinya itu. Akan tetapi sampai saat ini semuanya belum membuahkan hasil.Alana-nya masih belum bisa ditemukan.“Ah, tidak. Hanya saja nama mama kamu mirip sekali dengan nama mantan istri Om.” Andra berkata jujur. Sementara Rehan manggut-manggut.“Oh. Jadi mantan istri Om namanya Alana ya? Wah, sama kayak nama mama aku.” Rehan menyengir lebar.Sejenak Andra menautkan alisnya. Kini tatapan Andra berubah. Dipandangnya Rehan dengan wajah menyelidik.“Kalau boleh tahu, Mama kamu seperti apa?” tanya Andra penasaran.Entah mengapa ia ingin sekali menanyakan tentang ini pada Rehan. Sebab Andra merasa, jika anaknya masih hidup
Nita menggeleng. Kini ia mengangkat tangannya untuk menepuk pelan pundak Andra. Memberikan semangat dan keyakinan pada putra semata wayangnya itu.“Kamu harus yakin, Andra. Kalau Alana pasti mau menerima kamu lagi. Karena hati Mama begitu kuat. Mama percaya kalau Alana masih mencintai kamu sampai saat ini. Kamu tidak boleh menyerah untuk mendapatkan cinta Alana kembali. Karena Alana akan tetap jadi milik kamu, Andra.” Andra mengangguk. Kemudian ia mengukir senyum lebar di bibirnya.Ya. Benar apa yang Nita katakan. Kalau Andra harus yakin jika hati Alana masih untuknya. Meskipun Andra tidak tahu, bagaimana kabar hubungan Alana dengan Danu saat ini?Tapi entah mengapa, hati Andra selalu merasa, kalau Alana masih mencintainya.*** Tok! Tok! Tok!“Iya, sebentar.” Winarti beranjak dari dapur menuju ruang tamu. Karena ia mendengar suara ketukan pintu.KLEK!“Nenek!”
Dengan mengenakan seragam pelayan restoran yang berwarna cokelat muda, Alana melangkah percaya diri menuju meja nomor tiga belas.Dan ternyata apa yang dikatakan oleh Anes memang benar. Tadinya meja nomor tiga belas itu masih kosong. Tapi kini dua orang lelaki berperawakan jangkung sudah duduk di sana.Yang satunya langsung tersenyum melampai pada Alana.“Mbak?” sambil berseru memanggil Alana karena ingin segera memesan makanan.Sementara lelaki yang satunya lagi tak bisa Alana lihat wajahnya. Karena posisi lelaki itu yang duduk membelakangi Alana. Dan kaki Alana yang ramping, kini nyaris mencapai meja mereka.“Selamat siang, Pak. Mau pesan apa?” tanya Alana dengan ramah. Bibirnya menyunggingkan senyum sepenuh hati.Akan tetapi senyum itu langsung memudar ketika matanya bersitatap dengan lelaki yang tadi belum sempat Alana lihat wajahnya.Alana terkejut. Begitupun dengan lelaki itu yang sama terkejutnya seperti A
Andra terdiam sebentar. Matanya menyipit menatap pada Alana. Tampak keraguan tergambar dari raut wajah wanita itu. Apalagi bibir Alana sedikit bergetar saat mengucapkannya.Membuat Andra semakin yakin, bahwa bayi itu memang miliknya.“Sayangnya kamu tidak pintar berbohong, Alana! Mulutmu mungkin bisa berkali-kali mengatakan kebohongan. Tapi wajahmu tidak bisa menyembunyikan itu. Gelagatmu justru membuat aku semakin yakin, kalau kamu sedang mengandung anakku!” ucap Andra.Mata Alana melebar saat itu juga. Bagaimana bisa Andra tahu kalau ia sedang berbohong?Tapi Alana tidak akan menyerah. Ia tidak mau kalah dari Andra. “Kenapa kamu terlalu percaya diri, Andra? Kamu mau mengaku-ngaku bayi yang ada dalam kandunganku ini? Eh? Maaf. Tapi bukannya dulu kamu sendiri yang pernah bilang, kalau kamu tidak akan pernah sudi memiliki seorang anak yang lahir dari rahim wanita hina sepertiku? Lalu kenapa sekarang