Share

Maafkan Aku

Author: Syifa Safaah
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Tuan! Pelu aku temani?” tanya seorang wanita cantik dengan pakaian seksi. Wanita itu mendekati Andra yang mana saat ini tengah duduk di kursi bar.

Ya. Malam ini. Andra memutuskan untuk menghabiskan waktunya di Club. Dengan hanya ditemani oleh minuman yang Andra harap akan membuatnya sedikit melupakan resah di hatinya.

Andra hanya sendirian ke Club ini. Tapi beberapa kali wanita-wanita berpakaian minim itu bergantian datang untuk menggodanya.

“Pergilah! Aku tidak butuh ditemani!” Andra mengibaskan tangannya di udara. Mengusir wanita seksi itu agar tidak menempel di tubuhnya.

Wajah wanita itu merengut sebentar.  Tapi kemudian ia kembali menggoda Andra dengan menyentuh rahang lelaki itu yang ditumbuhi bulu-bulu halus.

“Ayolah, Tuan. Aku pastikan kalau Tuan akan puas dengan pelayananku. Aku bisa membuat Tuan tak bisa melupakan tubuhku.” wanita itu mencoba menggerayangi bagian depan tubuh Andra. Dan bahkan nyaris memprete
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Darma Meninggal

    “Mama? Kenapa dia menelpon? Hhh.. pasti dia mau memintaku untuk kembali ke rumah. Tidak! Aku tidak akan kembali lagi ke rumah itu. Cukup sudah mereka memanfaatkanku dan membuat hidupku hancur!”TUT!Andra mematikan panggilan itu dengan kesal. Lalu dilemparnya ponsel itu ke atas kasur. Namun ponselnya kembali berdering. Membuat Andra mendengkus masam.Diraihnya ponsel itu kembali dan diangkatnya panggilan dari Nita.“Hallo, Ma! Kalau Mama menelponku untuk memintaku kembali ke rumah itu lagi. Sebaiknya lupakan saja. Karena aku sudah tidak mau kembali ke sana.” Andra langsung bicara dengan tegas. Tanpe bertanya atau memberi sapaan lebih dulu pada ibunya.‘Andra. Mama tahu kamu masih kecewa dan marah. Mama juga tidak akan melarang kamu jika kamu mau kembali bersama Alana. Tapi Mama mohon, pulanglah Andra. Papa berpesan agar kamu segera pulang ke rumah. Mama dan Papa minta maaf. Dan perusahaan juga membutuhkan kamu.

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Rindu Alana

    Andra meneguk ludahnya. Hatinya mengiris mendengar dari Nita, jika Darma ingin meminta maaf padanya. Dan semalam Andra malah merespon panggilan Nita dengan ucapan yang ketus.Sumpah demi apa, Andra benar-benar tidak tahu jika saat itu adalah saat terakhir Darma ingin mendengar suaranya. Entah Darma tidak berani berbicara langsung pada Andra. Hingga menyuruh Nita untuk menyampaikan maafnya.“Maafkan Papa kamu, Ndra. Sekarang dia sudah pergi meninggalkan kita untuk selamanya. Papa bilang kalau dia sangat menyesal karena sudah menjadi orang tua yang bodoh.Mama juga. Mama sangat menyesali perbuatan Mama dulu yang memisahkan kamu dengan Alana. Hingga membuat hidup kamu hancur. Kamu kehilangan istri dan anak kamu karena Mama dan Papa. Maafkan kami, Andra,” isak Nita. Tangannya bergerak menyentuh pundak Andra dan menatap wajah tegas lelaki itu dengan pandangan memelas.Andra menghembuskan napasnya dengan kasar. Kepalanya lalu menoleh pada Nita. Wajah tuanya terli

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Jalan-jalan ke Mall

    Sekarang, Andra sudah tinggal lagi di rumahnya. Ia tidak lagi menyendiri di apartemen miliknya itu.Bahkan Andra sudah mulai kembali aktif di kantor. Saat ini pun Andra tengah sibuk berkutat dengan pekerjaannya.Meskipun begitu, Andra tidak melepaskan pencariannya terhadap Alana. Ia selalu menyempatkan dirinya untuk berkeliling Jakarta sepulang dari kantor. Berharap akan bertemu dengan mantan istrinya itu. Andra juga menyuruh orang untuk mencari Alana ke luar kota.Takutnya Alana sudah meninggalkan Jakarta.BRAK!“Sherly! Apa kamu tidak tahu caranya mengetuk pintu?!” sentak Andra dengan dahi yang berkerut kesal. Karena tiba-tiba saja pintu ruangannya dibuka dengan kasar dan Sherly masuk tanpa permisi.“Kenapa Mama kamu bilang sama Papa aku, kalau pernikahan kita dibatalkan?!” Sherly balas bertanya dengan nada histeris. Wajahnya merah penuh tuntutan.“Oh. Jadi kamu datang karena itu,” ucap Andra santai

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Alana?

    Rehan manggut-manggut. “Iya, Ma. Yang satunya lagi buat adik bayi. Biar nanti kalau adik bayi lahir. ‘Kan bisa main bareng sama Rehan.” Danu mengulum senyum. Sementara Alana menaikan sebelah alisnya.“Sayang. Kita ‘kan belum tahu adik bayinya laki-laki atau perempuan. Nanti kalau kita beli robot tapi ternyata adik bayinya perempuan, gimana?” tanya Alana.“Berarti kita beli boneka barbie juga, Ma. ‘Kan anak perempuan suka boneka barbie.” Rehan berseru.Membuat Danu kembali terkekeh sambil mengacak pelan rambut anak itu. Sementara Alana menggeleng-gelengkan kepala. Tapi kemudian ia juga tersenyum pada Rehan.“Ya sudah. Kita beli boneka barbie juga. Tapi kamu yang pilihkan boneka barbienya ya,” kata Alana.“Siap, Ma!” Rehan mengangguk senang. Lantas segera pergi menuju jajaran boneka barbie yang cantik-cantik.Danu dan Alana hanya memandanginya sambi

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Ingin Kembali

    Andra tercenung sesaat. Mendengar nama Alana membuat Andra kembali teringat dengan wajah mantan istrinya itu. Alana-nya yang sampai detik ini masih belum bisa Andra temukan.Padahal Andra selalu mencari Alana setelah jam kantornya habis. Ia juga menyuruh orang untuk mencari pujaan hatinya itu. Akan tetapi sampai saat ini semuanya belum membuahkan hasil.Alana-nya masih belum bisa ditemukan.“Ah, tidak. Hanya saja nama mama kamu mirip sekali dengan nama mantan istri Om.” Andra berkata jujur. Sementara Rehan manggut-manggut.“Oh. Jadi mantan istri Om namanya Alana ya? Wah, sama kayak nama mama aku.” Rehan menyengir lebar.Sejenak Andra menautkan alisnya. Kini tatapan Andra berubah. Dipandangnya Rehan dengan wajah menyelidik.“Kalau boleh tahu, Mama kamu seperti apa?” tanya Andra penasaran.Entah mengapa ia ingin sekali menanyakan tentang ini pada Rehan. Sebab Andra merasa, jika anaknya masih hidup

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Meja Nomor 13

    Nita menggeleng. Kini ia mengangkat tangannya untuk menepuk pelan pundak Andra. Memberikan semangat dan keyakinan pada putra semata wayangnya itu.“Kamu harus yakin, Andra. Kalau Alana pasti mau menerima kamu lagi. Karena hati Mama begitu kuat. Mama percaya kalau Alana masih mencintai kamu sampai saat ini. Kamu tidak boleh menyerah untuk mendapatkan cinta Alana kembali. Karena Alana akan tetap jadi milik kamu, Andra.” Andra mengangguk. Kemudian ia mengukir senyum lebar di bibirnya.Ya. Benar apa yang Nita katakan. Kalau Andra harus yakin jika hati Alana masih untuknya. Meskipun Andra tidak tahu, bagaimana kabar hubungan Alana dengan Danu saat ini?Tapi entah mengapa, hati Andra selalu merasa, kalau Alana masih mencintainya.*** Tok! Tok! Tok!“Iya, sebentar.” Winarti beranjak dari dapur menuju ruang tamu. Karena ia mendengar suara ketukan pintu.KLEK!“Nenek!”

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Tak mau Kehilangan

    Dengan mengenakan seragam pelayan restoran yang berwarna cokelat muda, Alana melangkah percaya diri menuju meja nomor tiga belas.Dan ternyata apa yang dikatakan oleh Anes memang benar. Tadinya meja nomor tiga belas itu masih kosong. Tapi kini dua orang lelaki berperawakan jangkung sudah duduk di sana.Yang satunya langsung tersenyum melampai pada Alana.“Mbak?” sambil berseru memanggil Alana karena ingin segera memesan makanan.Sementara lelaki yang satunya lagi tak bisa Alana lihat wajahnya. Karena posisi lelaki itu yang duduk membelakangi Alana. Dan kaki Alana yang ramping, kini nyaris mencapai meja mereka.“Selamat siang, Pak. Mau pesan apa?” tanya Alana dengan ramah. Bibirnya menyunggingkan senyum sepenuh hati.Akan tetapi senyum itu langsung memudar ketika matanya bersitatap dengan lelaki yang tadi belum sempat Alana lihat wajahnya.Alana terkejut. Begitupun dengan lelaki itu yang sama terkejutnya seperti A

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Mendadak ingin Pulang

    Andra terdiam sebentar. Matanya menyipit menatap pada Alana. Tampak keraguan tergambar dari raut wajah wanita itu. Apalagi bibir Alana sedikit bergetar saat mengucapkannya.Membuat Andra semakin yakin, bahwa bayi itu memang miliknya.“Sayangnya kamu tidak pintar berbohong, Alana! Mulutmu mungkin bisa berkali-kali mengatakan kebohongan. Tapi wajahmu tidak bisa menyembunyikan itu. Gelagatmu justru membuat aku semakin yakin, kalau kamu sedang mengandung anakku!” ucap Andra.Mata Alana melebar saat itu juga. Bagaimana bisa Andra tahu kalau ia sedang berbohong?Tapi Alana tidak akan menyerah. Ia tidak mau kalah dari Andra. “Kenapa kamu terlalu percaya diri, Andra? Kamu mau mengaku-ngaku bayi yang ada dalam kandunganku ini? Eh? Maaf. Tapi bukannya dulu kamu sendiri yang pernah bilang, kalau kamu tidak akan pernah sudi memiliki seorang anak yang lahir dari rahim wanita hina sepertiku? Lalu kenapa sekarang

Latest chapter

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   TAMAT- Aku Tetap Milikmu

    Yang seketika membuat Alana menelan ludahnya. Alana lalu menggigit bibir. Tentu saja ia mengerti dengan apa maksud dari perkataan Andra barusan. Andra mempertanyakan apakah ia sudah boleh menyentuh Alana lagi malam ini? Ya. Karena setelah kelahiran Alin, Andra sama sekali belum buka puasa. Ia berusaha menahannya hingga Alana siap.“Belum..” cicit Alana pelan. Membuat Andra menghela napasnya. “Jahitannya belum kering. Jadi kita belum bisa melakukannya malam ini,” dusta Alana pada Andra.Karena sebenarnya jahitanya sudah kering. Alana bahkan sudah siap jika Andra ingin menyentuhnya. Hanya saja, Alana sengaja mengerjai Andra.Alana sengaja membohongi Andra karena ia sudah mempersiapkan sebuah kejutan untuk suaminya itu.“Begitu ya? Ya sudah. Tidak apa-apa,” ucap Andra meskipun terdengar helaan pelan yang keluar dari mulutnya.Alana menangkup kedua tangan Andra yang masih memeluk perutnya.“Kamu ti

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Rindu Alana

    Waktu berlalu begitu cepat. Tanpa terasa kini usia Alin sudah memasuki bulan ketiga. Alin sudah pintar mengoceh dan mengemut tangannya sendiri. Kadang ia akan menjambak pelan rambut Andra dan Rehan saat Papa dan kakaknya itu menciumi wajahnya.“Alin! Sayang! Berapa kali Papa bilang, berhenti mengemuti tanganmu seperti ini. Tadi ‘kan sebelum berangkat ke taman, kamu sudah minum susu yang banyak dari Mama Alana. Perut kamu pasti sudah kenyang ‘kan? Jadi sekarang hentikan mengemut tangannya ya!” Andra menarik tangan Alin yang mengepal dan masuk ke dalam mulutnya.Andra tidak ingin Alin terbiasa melakukan itu. Tapi yang namanya bayi berusia tiga bulan. Tentu saja dia tidak akan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Papanya.Berulang kali Andra menarik tangan Alin dari mulut mungilnya, berulang kali pula Alin tetap memasukan tangannya itu ke dalam mulut lagi.Hingga akhirnya Andra menyerah. Ia menghembuskan napasnya pelan.“B

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Alindra

    Kening Alana berkerut menatap pada suaminya."Alindra?" ulang Alana.Dan Andra langsung mengangguk mantap."Ya. Alindra. Alindra Wijaya. Dia akan menjadi seorang perempuan yang kuat dan berhati lembut. Dia akan pintar dan berwawasan luas. Dia juga akan tumbuh menjadi orang yang penuh kasih sayang. Semua orang akan memanggilnya dengan sebutan Alin!" ujar Andra menuturkan.Membuat Alana yang mendengarnya kini menarik kedua sudut bibirnya ke samping.Hingga membentuk sebuah senyuman."Alindra Wijaya? Aku setuju. Nama yang sangat indah," ucap Alana.Kemudian ia mengelus pipi mungil Alin yang masih sibuk menyusu--di dadanya."Hei, Alin! Ini Mama! Kata Papa, mulai sekarang nama kamu adalah Alin, ya. Nanti kamu akan bertemu dengan kakak Rehan. Juga dengan kedua nenek kamu. Kakak Rehan pasti akan senang saat melihat kamu yang secantik ini!" ujar Alana.Ya. Rehan adalah salah

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Kelahiran Bayi Kedua

    “Emhh.. Maaf Pak Andra! Mr. Steve! Saya mau pamit ke kamar kecil dulu sebentar. Boleh?” tanya Vani dengan wajah sungkan.Yang kemudian langsung diangguki oleh Andra dan Mr. Steve.“Tentu saja boleh. Silakan Vani!”Vani mengangguk. Lalu ia bangkit berdiri sambil meraih ponselnya. Kaki Vani terus bergerak menjauhi meja itu. Lantas ia berhenti ketika berada di dekat kamar kecil.Vani segera saja mengangkat panggilan dari Nita.“Hallo Nyonya Nita! Mohon maaf saya baru mengangkat telpon Anda. Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya Vani setelah menempelkan ponselnya di telinga kanan.‘Kenapa ponsel Andra tidak aktif? Sejak tadi saya menghubungi ponsel Andra sampai berpuluh-puluh kali. Tapi tidak satu pun yang tersambung. Jadi saya menghubungimu. Mana Andra?! Saya mau bicara dengannya?’ tanya Nita dari seberang telpon.Pertanyaan Nita itu seketika membuat Vani menggigit bibirnya. Ia tergugu dan

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Tak Perlu Bahas Masa Lalu

    Sambil memegangi kepalanya dengan sebelah tangan, Andra menatap Alana dengan alis yang bertaut.“Kenapa kepalaku dijitak?” tanya Andra dengan memasang wajah sok polos.Alana berkaca pinggang di hadapannya. “Aku melakukan itu agar isi otak suamiku tetap waras. Ini sudah malam ‘kan? Kalau aku yang mandikan, bisa-bisa kita menghabiskan waktu berjam-jam di dalam kamar mandi itu. Karena aku sudah tahu betul dengan apa yang ada di dalam pikiranmu!” Alana berkata dengan tegas. Dan dagunya terangkat kearah Andra.Andra mengusap wajahnya dengan sebelah tangan, kemudian ia menghembuskan napasnya pelan. Lalu matanya menatap Alana lurus.“Hhh.. padahal aku sudah membelikanmu bunga. Tapi aku tidak mendapatkan balasan apa-apa,” gumam Andra pelan.Namun gumaman itu masih bisa terdengar dengan jelas di telinga Alana. Hingga membuat kedua bola mata Alana melebar dan ia mendelik kearah suaminya.“Oh! Jadi kamu sengaja membe

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Suami Genit

    Membuat Alana dan Rehan sama-sama tersenyum mendengarnya.“Oh iya. Apa PR-nya Rehan sudah selesai?” tanya Andra yang melemparkan tatapanya ke arah buku tulis milik Rehan.“Sudah, Pa. Kalau untuk PR-nya, aku sudah mengerjakannya tadi. Sekarang hanya tinggal belajar membaca saja. Karena besok ada tes membaca oleh Ibu Guru,” sahut Rehan menjawab. Dan Andra mengangguk-anggukan kepalanya.“Oh begitu. Baiklah. Berhubung sekarang Papa sudah pulang ke rumah. Jadi bagaimana kalau Papa saja yang membantu kamu belajar membaca? Kamu mau?” Andra menaruh tas kerjanya di atas tempat tidur Rehan. Kemudian ia bertanya pada bocah kecil itu.“Mau Pa! Rehan mau!” seru Rehan dengan senang. Sampai ia mengangkat kedua tangannya ke atas hingga Andra terkekeh menggeleng-gelengkan kepalanya.Namun Alana menatap Andra dengan mengerutkan keningnya.“Tapi, Andra. Kamu ‘kan baru pulang dari kantor. Pasti k

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Mengajari Berbohong

    “Apa pensil warnanya sudah? Jangan sampai ada yang tertinggal, Rehan!” Alana sedang mengecek perlengkapan sekolah Rehan yang ada di tas anak itu.“Sudah Rehan masukan semuanya, Ma? Isi tasku sudah lengkap, ‘kan?” Rehan balas bertanya pada Alana yang duduk di tepi ranjang sambil meneliti isi tas anak lelakinya itu.Pagi ini Alana memang langsung mendatangi Rehan ke kamarnya. Hal yang selalu menjadi kebiasaan Alana. Ia selalu memeriksa PR Rehan dan isi tas bocah itu. Alana takut jika sampai ada yang tertinggal di rumah.Merasa semuanya sudah lengkap, Alana menganggukan kepalanya lalu ia memberikan tas itu kembali ke tangan Rehan.“Ternyata semuanya sudah lengkap. Kalau begitu kemarikan sisirnya. Biar Mama yang sisirkan rambut kamu!” pinta Alana menengadahkan tangannya pada Rehan.Namun Rehan menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Tidak usah, Ma. Rehan sudah besar sekarang. Mama tidak perlu lagi menyisiri rambut R

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Ingin seperti Papa

    Malam ini, Andra sedang duduk di kursi yang terletak di balkon kamarnya. Tampak kaki kanannya tertumpang di kaki kiri. Dengan kacamata yang bertengger di hidung mancungnya, Andra mengamati lamat-lamat buku-buku tebal yang ia pangku di atas—paha.Yang sedang Andra baca itu tentu saja sebuah buku bisnis.Ketika itu Rehan datang dengan membawa snack di tangannya. Bocah kecil itu melangkah mendekati Papanya yang langsung menoleh dan tersenyum begitu melihat Rehan.“Hei! Papa pikir kamu sudah tidur?” Andra tersenyum pada Rehan sembari melepas kacamatanya dan menaruhnya di atas meja.“Belum, Pa. Rehan tidak bisa tidur.” Rehan kini menghempaskan pantatnya di kursi yang ada di depan Andra.“Kenapa kamu tidak bisa tidur? Apa kamu sudah minum susu hangatnya dari Bik Sumi?” tanya Andra kemudian ia menaruh buku tebalnya juga di atas meja. Untuk bergabung dengan kacamatanya.Rehan mengangguk sebagai j

  • Bukan Istri Pilihan Ibumu   Istri yang Manis

    Kini Andra dan Alana sudah ada di mobil. Alana mengerutkan keningnya menatap kearah jendela di sampingnya, benaknya berpikir kemana Andra akan menjalankan mobilnya ini?Andra bilang, mereka akan pergi jalan-jalan. Tapi Andra belum memberitahunya kemana tujuan mereka sebenarnya.Sementara Andra sendiri tampak fokus menyetir sembari tatapannya tajam ke depan sana.“Andra!”“Hmm?” Andra berdeham, melirik sekilas kearah Alana yang duduk di sampingnya. Sebelum kemudian kembali memusatkan pandangannya ke jalanan.“Sebenarnya kamu mau bawa aku ke mana?” Alana tak bisa menahan diri untuk tidak menanyakan hal itu. Ia sungguh penasaran.Tapi Andra hanya menahan senyumnya. Melihat Alana yang menatapnya dengan pandangan penuh tanya, membuat Andra merasa geli.“’Kan sudah ku bilang, kalau aku mau membawamu ke sebuah tempat yang akan membuatmu senang melihatnya. Karena it

DMCA.com Protection Status