"Aku turut prihatin dengan apa yang menimpa kamu, tapi sekarang kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun karna kamu aman disini." Kata Dara setelah mendengarkan semua cerita dari Alora, tidak dapat di pungkiri ia merasa prihatin dengan apa yang menimpa sahabat masa kecilnya."Terimahkasih Dar udah mau menerima aku disini." Jawab Alora lalu memeluknya."Tapi yang kamu tahu sendiri disini tidak seenak saat kamu tinggal di rumah kamu sendiri, gapapakan?" Kata Dara setelah pelukan di lerai, ia hanya takut jika Alora kurang nyaman dengan keadaan di rumahnya yang serba sederhana."Kamu apaan sih Dar, biasa aja kali lagian aku juga nggak akan menderita meskipun kondisinya berbeda, malahan aku mungkin bisa lebih nyaman di rumah ini daripada di rumah sendiri." Jawab Alora seketika memancing tawa ringan keduanya."Yaudah kalau gitu kita beresin barang-barang kamu yuk, kebetulan ada satu kamar kosong yang bisa kamu tempati." Dara segera mengajak Alora untuk beberes dan segera mendapat persetujua
Tengah malam saat tidur lelapnya, tiba-tiba Zevanya menangis cukup kencang seketika Chakra mau tidak mau harus merelakan tidur lelapnya dan melawan kantuk untuk segera menggendong Zevanya dan mencoba menenangkannya.Cukup lama Chakra berusaha untuk menenangkannya, dan membuatkan susu untuk Zevanya. Tapi sepertinya bayi itu masih enggan untuk diam, bahkan tangisannya semakin terdengar nyaring hingga membuat Chakra putus asa karna memang saat itu hanya ada dia dan Zevanya di rumah itu.Merasa jika ia tidak bisa mengatasi Zevanya sendiri, ia pun akhirnya mencoba meletakkan putrinya di box bayi yang masih tetap menangis. Beberapa saat ia terdiam, pikirannya mulai terbang pada Alora yang selama ini merawat Zevanya dengan begitu baik, bahkan putrinya jarang sekali menangis sampai cukup lama seperti saat ini.Segera membuyarkan pikiran dan tetap berpikir denial jika Alora tidak cukup baik dalam merawat Zevanya dan merasa jika ia masih bisa merawat putrinya tanpa Alora.Chakra segera kembali m
Pagi hari tidur lelap Revan mulai terganggu saat suara Alora yang tengah muntah terdengar sampai kamarnya, hingga akhirnya membuat laki-laki dewasa itu segera membuka matanya sempurna."Apakah dia pikir ini di rumah ini hanya ada dia!" Gerutu Revan kesal saat paginya merasa terganggu.Segera bangkit Revan melangkah keluar dari kamar menuju ke arah dimana Alora berada, dan ia sedikit terkejut saat melihat keadaan Alora yang ternyata sudah terduduk lemas bersandar di bawah wastafel dengan wajah sangat pucat.Niat hati ingin meluapkan kekesalannya, Revan seketika khawatir dan langsung menghampiri Alora yang masih terpejam. "Alora hei!" Revan mencoba memanggil dengan menepuk pelan pipinya, tapi tidak ada respon sama sekali dan saat itu Revan langsung mengerti jika Alora tengah pingsan.Segera mengangkat tubuh Alora dan membawanya ke kamar lalu membaringkannya, tidak menunggu lama ia berlalu menuju ke kamar Dara."Kakak apain Kak!" Tuduh Dara.Reflek Revan menoyor dahi sang Adik. "Jangan a
Hampir seminggu kepergian Alora meninggalkan rumah, dan selama itu Zevanya sering rewel hingga membuat Chakra kewalahan untuk mengatasinya.Kini ia kembali berada di rumah orang tuanya, dan tengah menunggu mereka pulang dengan Zevanya terus menangis dan beberapa pelayan juga tengah mencoba untuk menenangkannya."Ya tuhan Chakra! Kenapa cucuku bisa menangis histeris sampai kayak gini!?" Seru Sarah yang baru masuk ke dalam rumah, langsung menghampirinya dan menggendong Zevanya yang semakin histeris."Chak! Apa kamu masih belum menemukan dimana keberadaan Alora sampai saat ini!?" Tanya Sarah sembari menimang Zevanya yang tangisnya mulai mereda."Belum Ma." Jawab Chakra terdengar nadanya sendu."Kamu itu bagaimana Chak! Nyari istri sendiri kok lama banget nggak ketemunya, apa kamu nggak berpikir dan menyadari Zevanya sering rewel kayak gini itu semenjak kepergian Alora!" Sarah terus memberi teguran berharap itu dapat membuat pikiran Chakra terbuka."Udahlah Ma, jangan mengkait-kaitkan apa
Jam tanpa terasa berjalan begitu cepat, setelah menyelesaikan pekerjaannya Revan bergegas keluar dari perusahaannya untuk segera pulang, entah akhir-akhir ini setelah hatinya luluh pada Alora, ia selalu tidak sabar untuk pulang.Di tengah perjalanan Revan membelokkan mobilnya ke sebuah supermarket, setelah memarkirkan mobilnya ia menyalakan handphone untuk menghubungi Alora.Sembari menunggu panggilannya diterima, Revan berjalan masuk dan bersamaan dengan itu Chakra juga masuk ke supermarket yang sama."Hai Ra." Sapa Revan saat panggilannya di terima oleh Alora, dan reflek Chakra menoleh saat mendengar panggilan seseorang yang sudah lama tidak ia dengar."Sepertinya kita harus melakukan panggilan video Ra, biar aku bisa tahu produk yang kamu maksud." Saran Revan saat ia telah menawarkan Alora ingin menitip, dan Alora mengiyakan namun Revan tidak familiar dengan produk yang Alora mau.Setelah panggilan di alihkan ke video call, tampak senyuman lebar Alora menghiasi hampir seluruh layar
Bersama dengan mobil Chakra hendak berbelok untuk masuk setelah gerbang yang sudah di buka, dari arah berlawanan ia melihat mobil milik Bagas juga hendak berbelok.Chakra yang sudah menebak jika mertuanya datang hendak menjenguk putri dan cucunya, segera masuk dan memarkirkan mobilnya untuk menyambut kedatangan mereka.Segera setelah mobil keduanya terparkir, Chakra langsung menghampiri Bagas dan Mirna untuk menjabat tangannya."Gimana kabarnya Pah Ma?" Langsung saja ia memulai basa-basi."Alhamdulillah nak, Papah sama Mama sehat-sehat. Oh ya, Alora nya ada di rumah?" Jawab Bagas langsung bertanya tentang putrinya.Mendapat pertanyaan itu perasaan Chakra sedikit merasa bersalah ketika tidak siap akan reaksi mertuanya jika nanti mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."Sebelumnya maaf Ma Pa, jika Chakra tidak memberitahu apa yang sebenarnya terjadi." Kata Chakra yang tentu saja memancing kekhawatiran Mirna."Ada apa nak!? Apa kamu sama Alora sedang ada masalah?" Tanyanya langsung, waja
Bagas, Mirna, Adiyatma dan Sarah seketika secara hampir bersamaan menoleh ke arah pintu kamar rawat yang tiba-tiba terbuka tanpa di ketuk, dan ternyata Chakra datang masuk ke dalam dengan wajah dinginnya yang kini mendekat ke arah mereka.Chakra seketika meletakkan kotak yang ia bawa secara kasar ke atas meja, membuat semuanya sedikit terkejut. "Chakra! Jangan membuat keributan disini!" Geram Adiyatma geram melihat sikap putranya."Bukalah kotak itu dan jelaskan padaku." Kata Chakra tanpa peduli teguran dari Adiyatma."Chak! Setidaknya jangan kasar seperti itu." Kini bergantian Sarah yang menegurnya."Mama tidak akan berbicara seperti ini setelah membuka kotak itu." Jawab Chakra tetap dingin.Akhirnya Adiyatma mengambil kotak itu, melihat sikap Chakra yang seperti itu menarik rasa penasarannya tentang apa yang berada di dalam kotak.Adiyatma seketika menoleh ke arah Sarah saat melihat isi dari kotak itu, sedangkan Bagas dan Sarah semakin mendekat untuk melihatnya.Akhirnya secara berg
Rasa bersalah mengiris hatinya perlahan, ketika Chakra dapat melihat bagaimana sikap lembut Revan pada istrinya dan yang lebih membuatnya semakin bersalah ketika ia mengetahui jika kini Alora tengah mengandung."Alara." Panggil Chakra terdengar lembut, berhasil membuat perasaan Alora berdesir karna kembali dapat mendengar panggilan setelah sekian lama ia tidak mendengarnya.Segera tersadar Alora kembali mengingat apa yang telah Chakra lakukan padanya, menekan semua rasa rindu dan bahagia ketika baru saja ia dapat mendengar Chakra memanggilnya dengan nama yang sebenarnya, ia langsung menggenggam tangan Revan lalu menariknya untuk pergi dari tempat itu.Tentu saja Chakra langsung panik ketika Alora pergi, dengan cepat ia segera menyusul langkah yang telah semakin menjauh."Alara!" Panggil Chakra dengan tangannya sangat cepat menggenggam lengan Alora.Alora menghentikan langkahnya dengan geram ia berbalik menatap tajam ke arah Chakra dengan air mata yang sudah mengembun, dan itu adalah a