Bagas, Mirna, Adiyatma dan Sarah seketika secara hampir bersamaan menoleh ke arah pintu kamar rawat yang tiba-tiba terbuka tanpa di ketuk, dan ternyata Chakra datang masuk ke dalam dengan wajah dinginnya yang kini mendekat ke arah mereka.Chakra seketika meletakkan kotak yang ia bawa secara kasar ke atas meja, membuat semuanya sedikit terkejut. "Chakra! Jangan membuat keributan disini!" Geram Adiyatma geram melihat sikap putranya."Bukalah kotak itu dan jelaskan padaku." Kata Chakra tanpa peduli teguran dari Adiyatma."Chak! Setidaknya jangan kasar seperti itu." Kini bergantian Sarah yang menegurnya."Mama tidak akan berbicara seperti ini setelah membuka kotak itu." Jawab Chakra tetap dingin.Akhirnya Adiyatma mengambil kotak itu, melihat sikap Chakra yang seperti itu menarik rasa penasarannya tentang apa yang berada di dalam kotak.Adiyatma seketika menoleh ke arah Sarah saat melihat isi dari kotak itu, sedangkan Bagas dan Sarah semakin mendekat untuk melihatnya.Akhirnya secara berg
Rasa bersalah mengiris hatinya perlahan, ketika Chakra dapat melihat bagaimana sikap lembut Revan pada istrinya dan yang lebih membuatnya semakin bersalah ketika ia mengetahui jika kini Alora tengah mengandung."Alara." Panggil Chakra terdengar lembut, berhasil membuat perasaan Alora berdesir karna kembali dapat mendengar panggilan setelah sekian lama ia tidak mendengarnya.Segera tersadar Alora kembali mengingat apa yang telah Chakra lakukan padanya, menekan semua rasa rindu dan bahagia ketika baru saja ia dapat mendengar Chakra memanggilnya dengan nama yang sebenarnya, ia langsung menggenggam tangan Revan lalu menariknya untuk pergi dari tempat itu.Tentu saja Chakra langsung panik ketika Alora pergi, dengan cepat ia segera menyusul langkah yang telah semakin menjauh."Alara!" Panggil Chakra dengan tangannya sangat cepat menggenggam lengan Alora.Alora menghentikan langkahnya dengan geram ia berbalik menatap tajam ke arah Chakra dengan air mata yang sudah mengembun, dan itu adalah a
Cukup lama obrolan di antara Bagas dan Revan berlangsung, semua kesalahan pahaman yang terjadi di masa lalu seakan ingin Bagas tuntaskan saat itu juga, berharap keadaan akan menjadi lebih baik dan hubungannya dengan keluarga Bagas kembali dapat kembali membaik.Revan menghela napas kasar, penjelasan Bagas sedikit menguras tenaganya meski hanya mendengarkan tapi dalam hatinya terselip rasa lega. " Jadi selama ini kesalahan yang di tuduhkan pada om Bagas itu hanya kesalahan pahaman saja karna ada orang yang berniat ingin menghancurkan hubungan di antara om Bagas dan Papah agar keluargaku hancur." Kata Revan mulai mengetahui apa yang sebenarnya terjadi."Kurang lebihnya seperti itu Van, dan tapi lihat sekarang apa yang dia lakukan itu berhasil membuat keluargamu hancur, dan maafkan om yang baru bisa mengatakannya sekarang." Angguk Bagas kembali menjawab.Pembicaraan itu mau tidak mau harus selesai ketika Mirna tiba-tiba menghampiri keduanya. "Pah sepertinya kita harus melihat Alora karna
Tamparan keras Adiyatma daratkan pada pipi Chakra, membuatnya seketika meringis menahan rasa perihnya dari tamparan keras itu. "APA KAU SUDAH GILA CHAK! MEMBUAT ORANG YANG TELAH MENOLONG ISTRIMU ITU BABAK BELUR!" Suara bariton terdengar penuh kemarahan."Apakah Papah tahu dia menolong Alora karna dia ingin mengambilnya dariku Pah!" Jawab Chakra mencoba membela dirinya."Apa yang salah jika dia ingin mengambil Alora darimu!? Itu tidak salah Chak, mengingat jika kamu sendiri lah yang membuang Alora, lalu salahnya dimana jika dia ingin mengambil seseorang yang telah kamu buang!" Penuh penekanan Adiyatma mengatakannya, berharap agar putranya dapat menyadari semua kesalahan yang telah dia lakukan."Pah! Ketika aku melakukannya semua itu karna kesalah pahaman dimana kalian juga yang menyembunyikan kebenarannya padaku!" Jawab Chakra kembali memberi pembelaan."Alasan mu itu tidak menjadikan apa yang kamu lakukan pada Revan itu benar!" Kembali Adiyatma melemparkan jawabannya, ia pun segera me
Mirna melemparkan senyumannya saat masuk ke dalam Ruang Rawat yang segera mendapat balasan senyuman dari Alora saat melihat kedatangan sang Mama."Gimana keadaanmu sekarang sayang apa sudah lebih baik?" Tanya Mirna menyeret kursi lalu duduk disana."Syukurnya Alora sudah merasa sangat baik Ma, tinggal melihat perkembangan janin Alora apakah dia kuat jika nanti pulang ke rumah." Jelas Alora pada apa yang tengah ia rasakan, dan membuat Mirna sedikit lega saat mendengarnya."Syukurlah, dan pasti janin kamu kuat sayang dan tidak lama kita pasti akan pulang." Mirna memberikan keyakinan pada putrinya agar lebih semangat untuk cepat pulih."Aku lihat sepertinya Papah dan Revan sudah menyelesaikan masalahnya, karna aku mereka sekarang sudah terlihat baik-baik saja Ma?" Kata Alora yang penasaran tentang hubungan dari Bagas dan Revan."Ya sayang hubungan mereka sudah baik-baik saja, semua kesalahan yang terjadi di masa lalu telah mereka selesaikan, kamu tahu itu bukan hanya karena Papah mu yang
Ketika niat awalnya untuk memberikan kue kesukaan Alora, hal lain di dapat Chakra ketika kini ia mendapat kesempatan untuk memperhatikan Alora yang terlelap cukup lama dan itu membuat perasaannya nyaman.Setelah cukup puas Chakra memutuskan untuk meletakkan kue itu di meja nakas, dan memberikan secarik kertas dengan catatan yang ia tulis, setelah merasa sudah cukup ia pun bergegas bangkit dan keluar."Gimana Chak, berhasil?" Tanya Mirna ketika kembali tanpa sengaja berpapasan dengan sang menantu yang baru keluar dari Ruang Rawat."Alora nya masih tidur Ma, dan kayaknya lelap banget jadi Chakra meletakkan kuenya di meja, biar di makan setelah nanti bangun." Jawab Chakra.Mirna mengangguk-anggukkan kepalanya. "Trus ini kamu mau kemana?" Tanya Mirna."Chakra harus ke kantor dulu Ma untuk mengurus beberapa pekerjaan yang beberapa hari lalu tertinggal." Jawab Chakra mengenai tujuannya setelah ini."Kalau gitu Chakra duluan ya Ma, titip Alora dan kalau ada apa-apa bisa langsung hubungi Chak
"Apa kamu akan kembali dengannya?" Tanya Revan wajahnya tidak dapat di bohongi jika ada kekhawatiran yang tergambar disana."Kenapa tiba-tiba Kak Revan tanya seperti itu?" Tidak menjawab Alora berbalik bertanya pada Revan."Sebelum aku menjawabnya, apa kita bisa keluar ke taman untuk mengobrol?" Mendapat kesempatan untuk dapat mengutarakan perasaannya, Revan mengajak Alora untuk mengobrol di luar."Boleh, tapi aku gatau apa aku di perbolehkan keluar dari sini?" Tentu saja Alora menyetujui ajakan Revan, karna ia pun juga merasa bosan jika harus berada di Kamar Rawat."Yaudah, kamu tunggu dulu biar aku tanyakan terlebih dahulu pada suster ya." Kata Revan tampak bersemangat, ia pun bergegas keluar setelah Alora mengangguk sebagai jawaban.Tidak terlalu lama Alora menunggu, akhirnya pintu kembali terbuka dan terlihat Revan datang dengan senyumannya yang mengembang tidak hanya sendiri seorang suster juga masuk dengan membawa kursi roda."Bosan ya di kamar." Kata Suster itu sembari mulai me
"Aku mencintaimu Ra." Sepersekian detik dari setelah Revan mengutarakan isi hatinya yang sebenarnya, Alora mematung mencoba mencerna apa yang baru saja ia dengar."Tapi Ra, kamu jangan terlalu memikirkannya karna yang terpenting saat ini aku sudah mengutarakan isi hatiku yang sebenarnya, soal balasannya aku tidak terlalu memikirkannya Ra. Karna aku juga sadar seseorang yang aku cintai adalah milik orang lain." Kata Revan melanjutkan, ia paham jika Alora pasti shock saat mendengar pengakuannya dan Revan tidak mau jika itu menjadikan beban untuk Alora."Kak, aku tidak tahu harus berkata apa. Tapi untuk pengakuanmu baru saja aku sangat berterimakasih untuk cinta tulus kamu yang kamu sendiri tahu aku tidak bisa membalasnya." Jawab Alora berusaha menjawab dengan halus, karna ia mengerti akan perasaan Revan.Obrolan serius itu membuyar ketika Dara datang dengan membawa sekantong kresek berisi beberapa macam cemilan."Ngobrolin apa sih kok keliatannya serius banget?" Tanya Dara sembari memb