Home / Romansa / Bukan Istri Pemuas Nafsu / Bab 39. Aldo Mengusir Halus Sang Bunda

Share

Bab 39. Aldo Mengusir Halus Sang Bunda

last update Last Updated: 2022-12-25 20:41:44

“Ya, ini aku, Maya. Maaf, Mas Aldo. Aku nekat datang ke sini karena biar bagaimanapun rahasia besar ini sudah terbongkar. Tak ada gunanya ditutupi lagi.” Perempuan yang berambut ikal sebahu melangkah gontai memasuki ruang keluarga. Wajah kusam serta pakaian penuh debu jalanan melekat di tubuhnya.

“Sama siapa kamu ke sini? Kau diantar oleh pasangan mesummu itu?” Aldo mengernyitkan dahi dengan kencang. Matanya liar mencari sosok Agam ke arah depan.

“Aku sendirian, Mas. Aku sudah memutuskan hubungan dengan Mas Agam. Dia bukan siapa-siapaku lagi,” kata Maya tegas. Kini dia sudah berdiir tepat di hadapan Reni dan Aldo.

“Kamu, Maya? Tidak mungkin! Ini bukan Maya! Kamu bukan, Maya, kan? Tidak ush ngaku-ngaku!” Reni bangkit dari duduknya, langsung mencengkram kuat lengan wanita itu. “Pergi dari sini! Jangan ganggu rumah anakku!” katanya seraya menarik paksa lengan Maya keluar dari ruangan itu.

“Aku Maya, Mama! Mama juga tahu, kalau aku ini beneran Maya! Sudahlah, rahasia ini sudah terbon
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Arif Zaif
jahat banget sih reni
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 40. Karena Kau Sudah Tidur Dengannya, Maya

    “Mama tidak akan meninggalkanmu, Aldo! Kau anak laki-laki mama satu-satunya! Biarkan mama tetap tinggal di sini, Nak!” Reni memelas.“Maaf, Ma! Beri aku waktu untuk berpikir. Ini terlalu sulit untuk aku percaya! Tolong, sementara jangan dulu menunjukan wajah Mama di depanku. Bukan maksudku mau durhaka. Tapi, aku sudah terlanjur sangat kecewa.” Aldo memalingkan wajahnya.“Aldo .… Tolong jangan usir Mama! Mama sayang sama kamu, Nak! Semua yang mama lakukan ini untuk kebaikan kamu!” Reni kembali memohon.“Bawa dia pergi!” titah Aldo tegas.“Kita berangkat, Bu!” Anggota Aldo menarik tangan wanita itu dengan paksa.“Semua ini gara-gara kamu, Maya! Kenapa kaum balik ke sini lagi! Aku sudah membayar mahal kepada orang tuamu! Bapakmu sudah aku belikan kebun sawit selebar sepuluh hektar di kampung sana! Kurang apa lagi, hah! Kenapa kalian tidak bisa menjaga rahasia ini! Kau kembali ke sini, untuk apa, Maya! Kau mau kembali menjaid istri Aldo, iya? Dengar, sampai kapanpun, aku tak akan pernah

    Last Updated : 2022-12-25
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 41. Maya Menolak Perpisahan  

    “Mas Aldo …?” lirih Maya menatap Aldo dengan sorot mata yang kian sayu.“Kenapa? Kau mau membantah? Kau membantah kalau kau sudah tidur dengan laki-laki mesum itu?” cetus Aldo dengan ekspresi kecewa. Maya hanya menunduk. Tak ada kalimat yang bisa dia ucap untuk membela diri. Perkataan Aldo benar adanya. Bahkan sang suami telah menangkap basah sendiri. Aldo menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri saat Maya dan Agam tengan melakukan hubungan yang layaknya dilakukan oleh sepasang suami istri.“Aku memang sangat bahagia karena ternyata kau belum mati, Maya. Aku telah menemukanmu kembali. Namun, sayang sekali. Aku menemukanmu dalam keadaan tengah melakukan perbuatan yang paling hina. Bahkan seorang sundal, masih tau tempat di mana dia boleh melakukan perbuatan itu. Sedang kau? Kau melakukannya di rumah ibumu, di depan mataku, di depanku … Maya … seorang laki-laki yang masih berstatus suamimu!”“Mas …!”“Lima bulan aku menjalani ini, Maya. Lima bulan aku tak henti menangisi kematianmu.

    Last Updated : 2022-12-26
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 42. Pakaian dalam Rinay Tercecer

    “Baik, malam ini kau kuijinkan menginap di sini. Ingat, hanya untuk malam ini.”Aldo bangkit dari duduknya lalu bergegas meninggalkan Maya yang masih terduduk di lantai ruang keluarga itu. Pria tegap bertubuh sangat atletis itu berjalan menuju tangga. Dengan cepat dia menapaki anak tangga satu demi satu. Kamar Deo adalah tujuannya. Hatinya yang mengarahkan ke sana. Aldo tak paham dengan jelas, apakah itu karena keinginan melihat kondisi Deo setelah pulang dari perjalanan panjang dan melelahkan tadi, atau ada maksud yang lain. Sementara di lantai satu, Maya juga mulai bangkit dari duduknya. Senyum samar terukir di sudut bibirnya. Satu malam yang disediakan oleh Aldo untuknya, akan dia gunakan kesempatan ini dengan sebaik-baiknya.Dia lalu bangkit, berjalan menuju anak tangga. Dengan langkah hati-hait, dia menapaki satu persatu anak tangga. Kamar utama yang terletak di lantai dua itu, adalah tujuannya. Kamar yang dulu dia tempati bersama Aldo suaminya. Kamar penuh cinta, tempa

    Last Updated : 2022-12-26
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 43. Maya Tak Berbusana di Kamar Aldo

    “Kenapa kamu teledor sekali?!” Bik Yuni bersungut-sungut saat Aldo sudah melangkah menuju pintu kamar. Pria itu terlihat merah padam karena dipergoki Bik Yuni tengah bersetatap dengan Rinay, pengasuh putranya.“Aku enggak sengaja, Bik. Celana dalamku tercecer saat buru-buur mau mindahin Den Deo ke tempat tidurnya tadi.” Rinay membela diri.“Ngapain kamu pegang-pegang celana dalam?” sesal Bik Yuni.“Aku baru aja selesai mandi, gati baju. Pak Aldo ketuk pintu. Cepat-cepat aku gulung saja pakain bekas kupakai tadi. Engga sadar kalau celanaku tidak tergulung utuh. Bagaimana ini, Bk? Pak Aldo marah enggak, ya? Aku takut dipecat karena udah teledor gini, Bik,” kata Rinay ketakutan.“Ya, kita tunggu saja. Biasanya Pak Aldo itu memnag snagat tegas. Tapi, biasanya juga dia spontan kalau mmenag marah. Buktinya tadi dia tidak bilang apa-apa, kan? Cuma wajahnya saja yang merah padam. Mudah-mudahan tidak sampai memecat kamu. Ya, sudah, kamu makan dulu sana, biar bibik yang jagain Den Deo.”“Ba

    Last Updated : 2022-12-26
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 44. Rinay Ngidam

    “Maya?” gumam Aldo tak sadar malah melebarkan daun pintu.Rinay yang baru keluar dari kamar Deo harus melewati kamar Aldo untuk menuju tangga turun. Wanita itu tak sengaja melirik kamar sang majikan sambil berjalan. Repleks langkahnya terhenti sesaat. Pemandangan di dalam sana teramat mengagetkan. Maya, istri sang Bos yang baru saja kembali dalam keadaan tak berbusana, berdiri dengan bebasnya di depan lemari pakain yang tersedia di sana. Sementara Aldo berdiri tegak menatap sang istri dari posisinya.Rinay segera berpaling, menarik napas sejenak menetralkan aliran darahnya yang tiba-tiba berubah cepat. Lalu, dengan berjingkat dia berjalan melnjutkan langkah menuju tangga. Pak Aldo tak boleh tahu, kalau dirinya telah melihat pemandangan vulgar itu. Begitu pikirnya.“Pakaianku semuanya masih tersusun rapi di sini. Persis seperti lima bulan yang lalu saat aku meninggalkannya. Terima kasih, Mas!” ucap Maya menoleh kepada Aldo. Saat itulah baru dia sadar, kalau pintu kamar dalam kead

    Last Updated : 2022-12-27
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 45. Bagas Menjemput Rinay

    “Ibu, maaf!” ucap Rinay terkejut.“Ke dapur kamu! Tidak sopan!” ketus Maya seraya menarik kasar lengan Rinay keluar dari kursi yang didudukinya.“Lepaskan dia, Maya! Aku yang memintanya duduk dan makan di situ!” teriak Aldo menghentikan perbuatan Maya.“Kenapa, Mas? Sejak kapan seorang babu boleh makan semeja dengan majikannya? Begini perubahan yang terjadi di rumah ini setelah aku tinggal baru beberapa bulan saja, iya?” sergah Maya. “Kamu, apa lagi yang kamu tunggu! Pergi ke dapur!” perintahnya lagi melotot tajam kepada Rinay.“Baik, Bu.” Rinay hendak berjalan menuju dapur.“Tidak ada yang makan di dapur! Rinay, duduk!” Aldo kembali menghentikan Rinay. Rinay kebingungan. Perintah siapa yang harus dia dengarkan.“Ke dapur!” Tiba-tiba Maya mendorongnya dengan kasar. Hampir saja Rinay terjungkal kalau saja tidak berpegangan pada sudut meja makan. Repleks Aldo mengejarnya.“Cukup, Maya!” bentaknya kepada Maya. Pria itu tampak emosi.“Kamu tidak apa-apa? Kamu duduk saja, ayo! Duduk di

    Last Updated : 2022-12-27
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 46. Aldo Mengijinkan Bagas Membawa Rinay Pergi

    “Oh, orang tua Rinay datang dari kampung?” tanya Aldo mengulang kalimat Bagas.“Bapak dan Ibu … datang?” sergah Rinay terkejut. Wajahnya berubah tegang, ada gelisah, cemas dan berbagai perasaan lainnya yang mengaduk.“Iya, Nay. Bapak sama Ibu datang dari kampung. Mereka tadi langsung ke rumah Papa. Belum sempat bertemu Mama dan Papa memang. Kebetulan Papa dan Mama sedang ada urusan di luar. Jadi, hanya bertemu denganku. Atas saran Bik Lastri, mereka langsung aku antarkan ke rumah putri Bik Lastri yang di Jalan Ladang Bambu. Mereka menunggumu di sana,” tutur Bagas menerangkan.“Kenapa Bapak dan Ibu menyusul ke kota?” lirih Rinay semakin cemas.“Mereka pasti ingin mencarimulah, makanya jangan minggat! Kita ke sana sekarang, ayo!” ajak Bagas hendak menarik tangan Rinay.“Aku akan jalan sendiri!” Rinay menepis tangan Bagas. “Pak, Aldo, saya ijin, ya, saya mau bertemu orang tua saya, sebentar saja. Saya sangat khawatir, pasti mereka sangat cemas,” pamit Rinay kepada Aldo, seraya bang

    Last Updated : 2022-12-28
  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 47. Seperti Melepas Ikan Segar Kepada Kucing Jantan Lapar

    ****Di ruang makan, Aldo terlihat tak tenang. Melepas Rinay pergi bersama Bagas, serasa seperti melepas seekor ikan segar ke mulut kucing jantan yang tengah lapar. Pikiran buruk melintas, membuat pria itu uring uringan.“Aku tidak akan bisa tenang kalau ini dibiarkan,” resahnya seraya menekan tombol intercom. “Ikuti mobil Bagas! Jaga Rinay, lapor padaku apapun yang terjadi!” ucapnya memberi perintah.Sementara di luar, Bagas dan Rinay sudah sampai di halaman.“Masuklah!” kata Bagas membukakan pintu mobil buat Rinay.“Aku di belakang saja,” tolak Rinay membuka pintu kabin tengah. Namun gagal, pintu itu sengaja dikunci oleh Bagas.“Di sini saja, cepat! Pak Aldo tidak memberi kamu banyak waktu, bukan?” tukas Bagas memaksa.Rinay terpaksa mengalah. Dia masuk ke dalam mobil di jok depan. Bagas menutup pintu dengan sedikit kencang. Pria itu lalu memutar masuk dari pintu kanan mobil di jok depan, tepat di belakang kemudi mobil. Fotuner putih itu lalu melaju dengan kecepatan pelan, ke

    Last Updated : 2022-12-28

Latest chapter

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 66. Tamat (Bagas Menderita Gangguan Mental)

    *****“Rindi … Rin … Rindi ….” Rinay memanggil. Bocah dua tahun itu tak ada di kamarnya. Harusnya dia tidur siang di jam seperti ini. Di kamar anak-anak hanya ada Deo sedang tertidur pulas.“Ning, Rindi mana?” teriak Rinay sambil berjalan menuju dapur.“Enggak ada di kamarnya, ya, Bu? Palingan main di halaman depan, seperti biasa,” jawab Ningrung sambil mencuci piring di samping meja kompor.“Loh, kan ini jam tidur siang anak-anak, Ning? Kenapa dibiarin main?”“Non Rindi selalu terbangun di jam seperti ini, Bu! Dia udah kenyang tidur siang, kok!”“Terus, dia main sendiri di halaman depan, begitu? Enggak ada yang mengawasi?”“Biasanya juga enggak lama, Bu. Bentar lagi juga balik. Dia marah kalau saya ikutin. Katanya dia mau main sendiri. Lagian di depan kan ada penjaga dan satpam.”“Lain kali, tolong jangan biarkan anak anak main sendiri! Meskipun ada penjaga di depan!”“Baik, Bu! Saya akan susul Non Rindi!”“Enggak usah, biar saya susulin sendiri!”***“Ooom …. Oooom …!” Seorang

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 65. Tatiana Melabrak Rinay

    *****“Bapak … saya … saya tidak percaya ini?” lirih Rinay kembali menundukkan wajah basahnya.Aldo kembali meraih dagu wanita itu, membawanya tengadah, lalu mengikis jarak di antara mereka. Embusan napas keduanya saling menerpa wajah masing masing. Betapa Rinay ingin menunduk, namun tak bisa lagi karena Aldo menahannya.Tak ada yang bisa dia lakukan selain memejamkan mata, saat wajah Aldo kian mendekat, hingga tak ada lagi jarak. Sebuah kecupan lembut mendarat di keningnya. Sentuhan paling lembut yang pernah dia terima. Bahkan Bagas tak pernah seperti ini caranya. Sentuhan sang manta suami selama ini teramat brutal, selalu membabi buta mengacak acak setiap senti kulit wajahnya.“Aku mencintaimu, Rinay! Tolong terima aku dan anakku! Kumohon,” pinta Aldo berbisik lembut di dekat telinganya.Tak ada penolakan, tak ada gelengan kepala. Namun, Rinay juga tak sanggup meski sekedar untuk mengangguk. Aldo telah menyatukan mulut dan bibir mereka.Wanita yang tengah hamil tiga belas mingg

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 64. Lamaran Aldo Saat Rinay Ketakutan

    *****Aldo pulang lebih awal sore ini. Keputusan Hendrawan yang akan memecat Bagas dan memaksa pria itu menceraikan Tatiana sangat mengganggu pikirannya. Bagas pasti akan marah dan bis saja melampiaskannya kepada Rinay. Tatiana juga sama. Dengan status jandanya dia pasti akan datang mengacau kehidupan Aldo selanjutnya. Semua itu akan berdampak pada Rinay. Wanita itulah yang akan menjadi sasaran mereka selanjutnya.“Rinay di mana?” tanyanya begitu memasuki rumah, Bik Yuni yang menyambutnya.“Di kamar Den Deo, Pak,” jawab Bik Yuni seraya meraih tas kerja sang majikan.“Ya, saya akan langsung menemuinya!” Aldo menuju tangga. Itu membuat Bik Yuni gelisah.“Maaf, Pak. Saya duluan, ya!” pamit seraya berjalan cepat menapaki anak tangga. Sikapnya yang gelisah dan buru-buru sempat membuat Aldo curiga, namun dia urung menegurnya. Dengan langkah tenang dia mengikuti Bik Yuni. Langkahnya terhenti di ambang pintu kamar putranya.“Nay …! Bangun! Bapak Datang! Nay …! Nanti Bapak marah, kalau nge

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 63. Rahasia Bagas Terbongkar

    “Anda … pasti berbohong!” Hendrawan menatap Aldo dengan tajam.“Saya tidak bohong, sebenarnya saya tak ingin mengatakan hal ini kepada Om. Saya berharap Om akan mengetahui sendiri nanti, tapi tidak dari mulut saya. Nyatanya Om membuat saya emosi. Maaf, Om harus mendengar informai tak enak ini,” tutur Aldo dengan nada rendah. Betapa dia khawatir sekarang, dia takut Hendrawan kenapa-napa.“Jadi, perempuan kampung itu ada di kota ini? Peremupan licik, murahan, tak tau malu! Buat apa dia mengejar Bagas ke sini? Baik, aku akan mengembalikannya ke kampung sana dengan caraku! Tapi, kenapa Bagas dan Tatiana merahasiakan ini dariku?” Hendrawan yang awalnya emosi, berubah sayu. Dengan tatapan menerawang dia lalu mendesah berat.“Om mengenal Rinay?” tanya Aldo kebingungan.“Bagaimana dia bisa hamil, bukankah Bagas sudah menalak dia begitu proyek irigasi itu selesai waktu itu? Lalu, Bagas meninggalkannya di kampung sana. Bagas juga berjanji tak akan pernah tidur dengan perempuan itu. Tapi, ke

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 62. Pertengkaran Ado Dengan Ayah Tatiana

    “Masuk, Om!” sapa Aldo langsung bangkit dan keluar dari mejanya. Pria itu berjalan menyongsong Hendrawan.“Apa kabar, Om?” tanya Aldo lalu mengulurkan tangan hendak menyalam pria yang sebaya dengan papanya itu. Namun, tangannya mengambang di udara. Hendrawan tak mau menerima uluran tangannya.“Nih, Lihat!” Hendrawan melemparkan dua lembar kertas foto di lantai, tepat di kaki Aldo.“Ini hasil perbuatan Anda, bukan? Anda puas?” bentaknya menunjuk wajah Aldo.“I-ini, ini apa, Om?” Aldo terkejut. Pelan dia berjongkok, lalu meraih kedua foto itu. Gambar sebuah mobil yang sudah remuk terlihat di foto itu. Sesaat Aldo berfikir dn mencoba mengingat, dia seperti mengenal mobil itu. Tetapi lupa, di mana dan mobil siapa.“Oh, ini … mobil Pak Bagas. Ya, saya ingat sekarang, ini mobil Pak Bagas,” ucap Aldo kemudian. Kini dia paham, apa maksud kedatangan Hendrawan. Pasti untuk menuntut dirinya, karena anak buah Aldo yang telah menghancurkan mobil itu.“Apa maksud Anda melakukan ini, Pak

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 61. Mertua Bagas Mendatangi Aldo  

    “Lepaskan saya, Pak?” kata Rinay setelah semua penyerang bar-bar itu diusir paksa oleh anggota Aldo.“Oh, iya, maaf! Kamu baik-baik saja?” Aldo spontan melepas pelukannya.“Hem, terima kasih. Untung Bapak datang, dari tadi saya mengetuk pintu kamar, tapi Bapak tidak bukakan,” lirih Rinay mengusap pergelangan tanganya yang memar karena bekas cekalan paman Maya tadi.“Aku tidak mendengar, bukan tidak mau membukakan. Aku terbangun justru karena mendengar tangis Deo. Astaga, itu artinya Deo yang menyelamatkanmu, Rinay!” Aldo bagai tersadar.“Begitukah? Bapak terbangun karena mendnegar tangisnya, itu artinya ikatan batin di antar kalian begitu kuat, Pak.”“Sepertinya dia sengaja membangunkanku, karena pengasuh yang sangat dia sayangi dalam bahaya.”“Oh.”“Hem. Kamu mungkin tidak sadar, ikatan batin justru terjalin antara kau dan Deo. Bukan dengan Maya.” Aldo menatap Rinay dengan lekat.Rinay menunduk. “Maaf, saya pamit ke kamar Den Deo. Permisi, Pak!” pamitnya merasa jengah.“Ya, Bik Yuni

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 60. Talak Tiga Untuk Maya

    “Permisi, Pak, maaf, Bapak udah bangun kah?” ulang Rinay mengetuk pintu dengan lebih keras. Dadanya berdebaran, menanti reaksi dari sang majikan. Dia juga mencoba menajamkan pendengaran, berharap ada gerakan dari dalam yang mendekat ke arah pintu kamar.“Hem, sepertinya Pak Aldo masih lelap banget, Nay! Bagaimana ini, ya, tamu dari kampung itu sudah tak sabar.“ Bik Yuni makin gelisah.“Lalu, aku harus bagaimana, Bik? Kalau aku turun, aku takut mereka mengeroyok aku. Kalau aku enggak hamil, aku enggak takut. Tapi, kalau hamil begini, aku takut mereka menyakiti perutku.” Rinay tak kalah.“Eh, ini orangnya, Paman! Ini yang sudah merusak rumah tanggaku, Seret dia keluar dari rumah ini, Paman!”Rinay dan Bik Yuni terperanjat kaget. Maya tiba-tiba sudah berdiri di ujung tangga. Tiga orang pria dewasa mendampinginya. Mereka menatap Rinay penuh kebencian dan amarah yang berkobar.“Seret PELAKOR itu Paman! Campakkan saja ke bawah tangga itu!” perintah Maya menunjuk Rinay.Ketiga pria i

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 59. Rinay Diamuk  Keluarga Maya

    “Kamu …!” Aldo berdiri kaku melihat Maya di kamar utama. Netranya membulat sempurna. Sedikitpun tak percaya dengan pemandangan di depan matanya. Tangannya meraba di kening, memijit dengan kencang. Sakit karena kantuk belum hilaang dengan sempurna. Sakit karena hasrat sempat melanda, namun tak tuntas pelampiasannya.“Mas, masuklah! Kenapa mematung di situ? Deo sudah tak bersuara, kan? Dia sudah tenang. Kita lanjutkan permainan, ya? Msih tanggung yang tadi,” sambut Maya seraya mengukir senyum di bibirnya. Perempuan yang belum tak berbusana itu, masih menunggunya.“Kau …!” Aldo tercekat. Dia telan saliva dengan susah payah. Sedikitpun dia tak percaya apa yang Maya perbuat.“Sayang, masuk … sini!” kata Maya datang mendekat. Tubuh polosnya melangkah anggun di depan Aldo. Tubuh yang dulu sangat dikagumi oleh pria itu. Yang dia impi dan rindui setiap detik. Ciptakan dahaga namun tak pernah ada puas-puasnya. Bahkan teramat sering dia sengaja pulang dari kantor hanya untuk mengobati daha

  • Bukan Istri Pemuas Nafsu   Bab 58. Aldo Tanpa Sehelai Benang

    “Nay, kenapa kamu turun? Udah selesai makannya?” Bik Yuni terkejut saat Rinay berjlan lemas ke arah dapur. Bik Yuni tengah membersihkan bekas memask bubur untuk Rinay tadi. Sementara Ningrum sudah masuk ke kamarnya.“Anu, Bik! Saya belum selesai makan sebenarnya. Baru juga beberapa sendok. Tapi, Bu Maya mengusir saya lagi.” Rinay menghenyakkan bokong di kursi kecil di dekat meja kompor.“Bu Maya? Dia naik lagi ke lantai atas?” Bik Yuni mengernyitkan dahinya dengan kencang.Bik Yuni tak habis pikir, kenapa sang Nyonya sebegitu bencinya kepada Rinay. Rinay salah apa, coba? Cemburu? Bukankah harusnya dia lebih cemburu kepada Ningrum? Jelas-jelas Ningrum masih gadis. Kenapa dia malah cemburu kepada Rinay?“Iya, Bik. Saya diusir. Saya tidak boleh tidur di kamar Den Deo. Bagaimana ini, ya? Bagaimana kalau tiba-tiba Den deo terbangun dan nyariin saya? Den Deo bisa mengamuk lagi. Pak Aldo bisa marah. Saya khawatir sekali, Bik.” Rinay meremas jari jemarinya sendiri. Mata cantik yang biasa b

DMCA.com Protection Status