Happy Reading*****Ayumi tak pernah menyangka jika Zakaria adalah lelaki yang cukup pengertian. Rela membantunya membereskan semua makanan yang ada di meja makan tanpa rasa canggung sama sekali.Masuki kamar pribadi setelah menidurkan Oza, Ayumi membuka pintu kamar dengan tangan gemetar. Rasa gugupnya makin membesar saat dia mendengar bisikan sang suami sebelum meninggalkan dapur."Malam ini, adalah malam spesial kita berdua. Aku mau kamu mengenangnya seumur hidup," bisik Zakaria tepat di telinga Ayumi.Membulatkan tekad setelah mengambil oksigen sebanyak mungkin. Ayumi, melangkahkan kaki kanannya memasuki kamar."Oza sudah tidur?" tanya Zakaria. Tiba-tiba raut wajahnya berubah aneh. Dingin, seperti memendam benci pada Ayumi."Aneh, kenapa wajahnya berubah dingin dan sinis? Tatapannya persis seperti dulu, ketika aku melakukan kesalahan pada laporan penjualan dan detail bahan baku," kata Ayumi."Yum," sentak Zakaria, "apa kamu mendengar ucapanku?"Ayumi segera tersadar dari lamunannya
Happy Reading *****"Aku bilang jangan menghubungi siapa pun," ucap Zakaria marah. Tangannya mencengkeram erat pipi Ayumi. "Kalau sampai kamu memberitahu orang lain tentang kita, habis kamu."Cuih ....Ayumi meludah di hadapan muka Zakaria. "Manusia bejat. Harusnya, saya sadar. Tidak mungkin orang sekejam Anda menikahi saya dengan mudah. Bukankah sejak awal, Anda sudah mengatakan hal-hal buruk.""Bagus kalau kamu sadar." Zakaria melepas tali yang mengikat kedua tangan istrinya. Setelah membanting benda pipih pintar milik Ayumi, hatinya jauh lebih tenang. Setidaknya, perempuan itu tidak akan bisa menghubungi siapa pun untuk mengabarkan keadaannya. "Tidurlah lebih awal. Besok, kita masih harus melanjutkan sandiwara ini di hadapan Oza dan Om Ashwin."Zakaria membelai lembut kepala Ayumi yang terbalut jilbab. Lalu, mencium keningnya cukup lama.Sejenak, jantung Ayumi seperti berhenti kala mendapat perlakuan manis kembali dari lelaki sama yang baru saja membuatnya ketakutan setengah mati
Happy Reading*****Zakaria menatap sang mantan kekasih dengan aneh. "Kenapa masih ngeyel datang ke rumah ini?""Kenapa? Apa aku tidak boleh mengunjungi sahabatku sendiri." Rika langsung duduk di sebelah Zakaria yang wajahnya masih terlihat menahan amarah. Ayumi sendiri, kini memilih meninggalkan meja makan. Menaruh semua peralatan kotor di wastafel. Sebenarnya, dia ingin membantu sang asisten rumah tangga untuk mencuci piring. Akan tetapi, perempuan paruh baya yang telah bekerja beberapa tahun dengan Zakaria itu melarang. Jadilah, Ayumi memilih pergi ke kamar.Namun, langkahnya terhenti kala sang suami memanggil. "Mau ke mana, Yang?" ucap sang suami. Padahal, jelas-jelas di sebelah Zakaria ada Rika yang masih setia duduk di sampingnya."Bukankah tadi dengan jelas saya berkata," sahut Ayumi. Tatapannya tajam menghunus jantung sang suami."Jangan marah, Sayang." Zakaria berjalan mendekat, memeluk dari belakang sambil membisikkan kata, "Mas, akan mendukung semua kegiatanmu."Walau be
Happy Reading*****"Ma, Papa di mana, sih? Kok, terdengar suaranya, tapi tidak ada orangnya." Oza masih terus mencari keberadaan sang Papa. Menunjuk dengan dagu ke arah ponsel si Bibi, si kecil pun tersenyum. "Kenapa Papa menelpon Bibi?" tanyanya setelah wajah Zakaria terlihat di layar."Papa telpon Mama, tapi nggak diangkat, jadi terpaksa pinjam HP Bibi," jawab lelaki yang kini duduk di singgasana kebesarannya di kantornya sendiri. "Sekarang, jawab pertanyaan Papa tadi?""Oo," balas si kecil, "Aku sama Mama mau jalan-jalan.""Ke mana?""Ke mall terdekat, Pa. Sepatuku udah jelek, jadi mau beli yang baru. Katanya Mama, aku mau ditraktir beli sepatu." Oza bercerita dengan antusias.Berpikir sejenak, Zakaria pun menjawab. "Papa akan kirim uang ke Mama. Sekalian beliin Papa sepatu juga. Bilang sama Mama, beli sepatumu dan Papa pake uang itu. Tidak usah traktir pake uang Mama.""Iya, jadi sekarang Papa harus tutup telponnya. Aku sama Mama mau siap- siap.""Baiklah." Di ambang pintu sese
Happy Reading*****"Karena suamimu sudah di sini, aku pergi dulu." Tangannya menyentuh tangan kanan Ayumi, Lalu, Yovie berdiri, meninggalkan lelaki yang baru saja menyela perbincangannya dengan Ayumi.Sepeninggal Yovie, Zakaria menatap tajam pada perempuan yang baru kemarin menjadi istrinya. "Pulang sekarang," titahnya tak terbantahkan.Ayumi melirik si Ibu yang tampak ketakutan karena kemarahan Zakaria. Melihatnya, perempuan itupun menggelengkan kepala. Menyentuh lengan perempuan paruh baya tersebut, seolah mengatakan bahwa hal itu tidak menjadi masalah."Sayang, ayo pulang. Sudah dijemput Papa," ucap Ayumi setelah mendapat senyuman si ibu walau samar.Oza menatap kedua orang tuanya bergantian. Wajah imutnya terlihat bingung sekaligus takut. Jadi, tanpa berkata apa pun, si kecil langsung membereskan mainan dan barang bawaan lainnya.Sepanjang perjalanan pulan, baik Ayumi maupun Zakaria tidak mengeluarkan sepatah kata pun, begitu juga dengan Oza. Namun, saat sang kepala keluarga tela
Happy Reading*****Zakaria menghentikan semua gerakan brutal yang dilakukan pada Ayumi. Memandang wajah sedih sang istri penuh penyesalan. Beberapa detik kedua pasangan itu saling memandang, menyalami kedalaman hati masing-masing. Sang wanitalah yang akhirnya memutus kontak mata mereka dengan menyentuh pergelangan suaminya."Pernikahan ini, tidak pernah mendatangkan kebahagiaan untuk kita. Mari akhiri supaya kita bisa bahagia. Aku tidak tahu apa tujuan Bapak menikah, tapi apa pun itu jika memang ada sangkut paut dengan kehidupanku. Maka, aku bersedia untuk membantu mewujudkan asal kita berpisah," ucap Ayumi lembut. Dia memberanikan diri menatap Zakaria.Tak menjawab, Zakaria malah pergi meninggalkan sang istri. Ayumi menatap nanar kepergian suaminya. "Apakah dia memiliki penyakit aneh atau memang kepribadiannya selalu berubah-ubah separti itu?" gumamnya sendirian.Mencoba keluar dari bak mandi, Ayumi mengambil handuk kimono dan mengganti semua pakaian basahnya. Sambil mengeringkan ba
Happy Reading*****Ayumi terpaksa harus mengantar Oza, Zakaria belum pulang sampai mereka selesai sarapan. Si kecil terus saja merengek. Kini, keduanya sudah sampai di halaman depan sekolah."Ma, ayo antar aku sampai di gerbang sana. Aku mau temen-temen tahu siapa Mama," pinta Oza. Tangannya menarik pergelangan Ayumi supaya ikut masuk sampai gerbang padahal jelas-jelas, para orang tua yang mengantar anak-anaknya cuma diijinkan sampai halaman depan sebelum gerbang sekolah. "Sayang, kamu tidak lihat larangan itu?" Perempuan berjilbab yang kini memakai bawahan kulot dengan atasan Tunik tersebut menunjuk tulisan yang tertera di papan sebelum gerbang masuk."Tidak sampai masuk, Ma. Kan, cuma di depan pintu gerbang. Biasanya, temen-temen yang lain juga gitu. Aku pengen kayak mereka. Tiap hari, Papa selalu langsung berangkat setelah aku turun." Wajah si kecil cemberut. Ayumi berpikir sebentar. Sebenarnya, dia berniat untuk puang sebentar. Meihat persiapan si Ibu untuk pesanan kue dan nas
Happy Reading*****Ayumi memegang pipinya yang ditampar oleh Rika. Melirik sebentar pada sang suami, lalu meneruskan langkah ke kamarnya. "Sudah puas menyakiti Ayumi?" tanya Zakaria, "pulanglah."Lelaki itu berbalik, berniat meninggalkan sang mantan kekasih. Namun, langkahnya terhenti ketika suara Rika terdengar menginterupsi."Aku tidak akan pernah puas sampai kamu melepaskan Ayumi. Jika kamu tidak takut dengan ancamannya, silakan teruskan pernikahan ini," sinis Rika.Zakaria menatap wanita berbaju ketat di depannya dengan tatapan membunuh. Tangannya terkepal erat di dalam saku. "Terserah, tapi aku tidak akan pernah melepas Ayumi sampai kapan pun. Oza masih sangat membutuhkannya."*****Pergi ke ruang kerja, Zakaria berdiri di depan jendela. Entah ke mana sang istri, sewaktu masuk kamar, Ayumi tak terlihat. "Maaf jika membuatmu terluka," ucap Zakaria lirih.Cukup lama, Zakaria berdiri memandang jalan perumahan yang dihuninya. Embusan napas berat menandakan begitu banyak beban berm