Happy Reading*****Zakaria menatap sang mantan kekasih dengan aneh. "Kenapa masih ngeyel datang ke rumah ini?""Kenapa? Apa aku tidak boleh mengunjungi sahabatku sendiri." Rika langsung duduk di sebelah Zakaria yang wajahnya masih terlihat menahan amarah. Ayumi sendiri, kini memilih meninggalkan meja makan. Menaruh semua peralatan kotor di wastafel. Sebenarnya, dia ingin membantu sang asisten rumah tangga untuk mencuci piring. Akan tetapi, perempuan paruh baya yang telah bekerja beberapa tahun dengan Zakaria itu melarang. Jadilah, Ayumi memilih pergi ke kamar.Namun, langkahnya terhenti kala sang suami memanggil. "Mau ke mana, Yang?" ucap sang suami. Padahal, jelas-jelas di sebelah Zakaria ada Rika yang masih setia duduk di sampingnya."Bukankah tadi dengan jelas saya berkata," sahut Ayumi. Tatapannya tajam menghunus jantung sang suami."Jangan marah, Sayang." Zakaria berjalan mendekat, memeluk dari belakang sambil membisikkan kata, "Mas, akan mendukung semua kegiatanmu."Walau be
Happy Reading*****"Ma, Papa di mana, sih? Kok, terdengar suaranya, tapi tidak ada orangnya." Oza masih terus mencari keberadaan sang Papa. Menunjuk dengan dagu ke arah ponsel si Bibi, si kecil pun tersenyum. "Kenapa Papa menelpon Bibi?" tanyanya setelah wajah Zakaria terlihat di layar."Papa telpon Mama, tapi nggak diangkat, jadi terpaksa pinjam HP Bibi," jawab lelaki yang kini duduk di singgasana kebesarannya di kantornya sendiri. "Sekarang, jawab pertanyaan Papa tadi?""Oo," balas si kecil, "Aku sama Mama mau jalan-jalan.""Ke mana?""Ke mall terdekat, Pa. Sepatuku udah jelek, jadi mau beli yang baru. Katanya Mama, aku mau ditraktir beli sepatu." Oza bercerita dengan antusias.Berpikir sejenak, Zakaria pun menjawab. "Papa akan kirim uang ke Mama. Sekalian beliin Papa sepatu juga. Bilang sama Mama, beli sepatumu dan Papa pake uang itu. Tidak usah traktir pake uang Mama.""Iya, jadi sekarang Papa harus tutup telponnya. Aku sama Mama mau siap- siap.""Baiklah." Di ambang pintu sese
Happy Reading*****"Karena suamimu sudah di sini, aku pergi dulu." Tangannya menyentuh tangan kanan Ayumi, Lalu, Yovie berdiri, meninggalkan lelaki yang baru saja menyela perbincangannya dengan Ayumi.Sepeninggal Yovie, Zakaria menatap tajam pada perempuan yang baru kemarin menjadi istrinya. "Pulang sekarang," titahnya tak terbantahkan.Ayumi melirik si Ibu yang tampak ketakutan karena kemarahan Zakaria. Melihatnya, perempuan itupun menggelengkan kepala. Menyentuh lengan perempuan paruh baya tersebut, seolah mengatakan bahwa hal itu tidak menjadi masalah."Sayang, ayo pulang. Sudah dijemput Papa," ucap Ayumi setelah mendapat senyuman si ibu walau samar.Oza menatap kedua orang tuanya bergantian. Wajah imutnya terlihat bingung sekaligus takut. Jadi, tanpa berkata apa pun, si kecil langsung membereskan mainan dan barang bawaan lainnya.Sepanjang perjalanan pulan, baik Ayumi maupun Zakaria tidak mengeluarkan sepatah kata pun, begitu juga dengan Oza. Namun, saat sang kepala keluarga tela
Happy Reading*****Zakaria menghentikan semua gerakan brutal yang dilakukan pada Ayumi. Memandang wajah sedih sang istri penuh penyesalan. Beberapa detik kedua pasangan itu saling memandang, menyalami kedalaman hati masing-masing. Sang wanitalah yang akhirnya memutus kontak mata mereka dengan menyentuh pergelangan suaminya."Pernikahan ini, tidak pernah mendatangkan kebahagiaan untuk kita. Mari akhiri supaya kita bisa bahagia. Aku tidak tahu apa tujuan Bapak menikah, tapi apa pun itu jika memang ada sangkut paut dengan kehidupanku. Maka, aku bersedia untuk membantu mewujudkan asal kita berpisah," ucap Ayumi lembut. Dia memberanikan diri menatap Zakaria.Tak menjawab, Zakaria malah pergi meninggalkan sang istri. Ayumi menatap nanar kepergian suaminya. "Apakah dia memiliki penyakit aneh atau memang kepribadiannya selalu berubah-ubah separti itu?" gumamnya sendirian.Mencoba keluar dari bak mandi, Ayumi mengambil handuk kimono dan mengganti semua pakaian basahnya. Sambil mengeringkan ba
Happy Reading*****Ayumi terpaksa harus mengantar Oza, Zakaria belum pulang sampai mereka selesai sarapan. Si kecil terus saja merengek. Kini, keduanya sudah sampai di halaman depan sekolah."Ma, ayo antar aku sampai di gerbang sana. Aku mau temen-temen tahu siapa Mama," pinta Oza. Tangannya menarik pergelangan Ayumi supaya ikut masuk sampai gerbang padahal jelas-jelas, para orang tua yang mengantar anak-anaknya cuma diijinkan sampai halaman depan sebelum gerbang sekolah. "Sayang, kamu tidak lihat larangan itu?" Perempuan berjilbab yang kini memakai bawahan kulot dengan atasan Tunik tersebut menunjuk tulisan yang tertera di papan sebelum gerbang masuk."Tidak sampai masuk, Ma. Kan, cuma di depan pintu gerbang. Biasanya, temen-temen yang lain juga gitu. Aku pengen kayak mereka. Tiap hari, Papa selalu langsung berangkat setelah aku turun." Wajah si kecil cemberut. Ayumi berpikir sebentar. Sebenarnya, dia berniat untuk puang sebentar. Meihat persiapan si Ibu untuk pesanan kue dan nas
Happy Reading*****Ayumi memegang pipinya yang ditampar oleh Rika. Melirik sebentar pada sang suami, lalu meneruskan langkah ke kamarnya. "Sudah puas menyakiti Ayumi?" tanya Zakaria, "pulanglah."Lelaki itu berbalik, berniat meninggalkan sang mantan kekasih. Namun, langkahnya terhenti ketika suara Rika terdengar menginterupsi."Aku tidak akan pernah puas sampai kamu melepaskan Ayumi. Jika kamu tidak takut dengan ancamannya, silakan teruskan pernikahan ini," sinis Rika.Zakaria menatap wanita berbaju ketat di depannya dengan tatapan membunuh. Tangannya terkepal erat di dalam saku. "Terserah, tapi aku tidak akan pernah melepas Ayumi sampai kapan pun. Oza masih sangat membutuhkannya."*****Pergi ke ruang kerja, Zakaria berdiri di depan jendela. Entah ke mana sang istri, sewaktu masuk kamar, Ayumi tak terlihat. "Maaf jika membuatmu terluka," ucap Zakaria lirih.Cukup lama, Zakaria berdiri memandang jalan perumahan yang dihuninya. Embusan napas berat menandakan begitu banyak beban berm
Happy Reading*****Ashwin berhenti, menoleh pada sang keponakan. "Selesaikan masalahmu!" bentaknya. Tatapan Ashwin mengarah pada perempuan yang tadi duduk tak senonoh di pangkuan Zakaria."Om, jangan salah paham. Aku bisa jelaskan kenapa dia ada di sini," kata Zakaria."Terserah. Om, cuma mau kamu menghormati Ayumi sebagai istrimu. Almarhum ayahnya sudah mewasiatkan untuk menjaga dengan baik. Jangan kecewakan kami," bisik Ashwin. Mengangguk patuh, Zakaria menoleh pada perempuan yang berada di pangkuannya tadi. Ashwin pun pergi dari ruangan sang keponakan.Sejujurnya, ada hal penting yang akan dia bicarakan dengan Zakaria. Namun, melihat kelakuan sang keponakan, lelaki paruh baya itu terpaksa harus menunda semuanya. Dia akan mendiskusikan dengan Ayumi. Bagaimana pernikahan keduanya berlangsung."Kamu dengar? Jadi, sekarang pulanglah. Aku akan menyelesaikan urusan kita nanti." Zakaria melirik jam dinding. Hampir waktunya makan siang. Berpikir jangan sampai Ayumi mengetahui keberadaa
Happy Reading*****Ayumi berusaha menghindar dari bisikan sang suami. Sungguh, ketika Zakaria membisikkan kata tersebut, dia merasa jijik. Teringat apa yang dikatakan si perempuan tadi jika semalam lelaki yang sudah menghalalkannya itu berbagi peluh dengan Selina."Yakinkan hatimu dulu, Pak. Benarkah Anda menginginkan saya?" tanya Ayumi kembali ke mode formal saat berbicara dengan Zakaria."Aku yakin dan sangat menginginkanmu, Sayang," bisik Zakaria."Jika benar begitu. Mari lakukan sesuai dengan tuntunan syariah. Kita lakukan semua sunah sebelum melakukan hubungan intim. Saya juga minta. Jika kita sudah melakukannya, maka jangan pernah ada kata bercerai. Berhenti bermain-main dengan banyak wanita. Saya tidak mau, melakukan hubungan intim dengan bekas banyak wanita."Tawa Zakaria menguar membuat Ayumi mengerutkan kening. "Kenapa malah tertawa?""Kamu menyebutku bekas. Memangnya aku barang?" Semakin mengeraskan suara. Zakaria sampai mengerlingkan mata sebelah kanan demi menggoda sang