Caliana kembali menyalakan ponselnya setelah Adskhan pergi. Tentu saja dia tidak terkejut melihat banyaknya panggilan dan pesan dari ibunya. Adskhan mengingatkannya bahwa sampai hari pertunangan mereka tiba, mereka harus berakting seolah Caliana berhubungan baik dengan mantan calon tunangan pilihan ibunya. Meskipun Caliana sebenarnya tidak memiliki kontak pria itu, tapi Adskhan dan juga Gilang memberitahunya bahwa dia harus bersikap bahwa dia dan pria itu memiliki hubungan baik dan Caliana harus tampak antusias dengan pertunangan mereka kelak. Gilang bahkan menyarankan supaya Caliana mengganti nama Adskhan dengan nama mantan calon tunangannya. Adskhan tentu saja tak rela. Namun mengingat mereka tak boleh tampak mencurigakan, jadi ia menerima saran itu begitu saja.
Setelah membalas pesan dari ibunya, Caliana langsung mematikan kembali ponselnya. dia berjanji pada ibunya bahwa dia akan datang besok siang ke rumahnya untuk mempersiapkan kebaya yang akan mereka guna
H-1 PertunanganSuara hiruk pikuk di kediaman Caliana membuat jantung gadis itu berdebar sendiri tak beraturan. Jika para calon pengantin pada umumnya antusias di hari menjelang pertunangan mereka. Maka Caliana merasakan was-was.Dia bahagia, tentu saja. Siapa yang tidak jika pada akhirnya dia akan dipinang oleh seseorang yang dia inginkan dan menginginkannya. Namun rasa takut akan penolakan yang akan ibunya lakukan besok setelah melihat siapa yang datang menggantikan calon menantu pilihannya membuat Caliana mau tak mau merasa takut.Apa yang akan terjadi besok?Bagaimana jika ibunya menolak Adskhan dan keluarganya?Ia dan kakak kembarnya kini lebih memilih untuk bersembunyi.Bukan Gilang sebenarnya yang bersembunyi. Tapi Caliana. Mengingat ibunya memaksa kembarannya itu untuk pulang dan membantu, akhirnya kembarannya itu menunjukkan wajahnya
Sabtu PagiHiruk pikuk di kediaman Rafka kembali dimulai. Semua orang tampak mulai menyiapkan semua hal sesuai dengan pekerjaan mereka. Kursi yang semalam masih berupa tumpukan kini sudah dijajarkan dengan rapid an dibungkus dengan kain pembungkus yang indah yang disesuaikan dengan warna dekorasi.Meja makanan sudah ditata, meskipun bagian catering masih akan datang beberapa jam kemudian. Dan diantara semua keramaian itu—lagi—Caliana memilih untuk tinggal diam di kamar Gilang sementara kakak kembarnya itu baru saja datang.“Mestinya gue bisa tidur sampe siang. Malem ini gue dapet jadwal malem lagi. Loe gak kasihan kalo kegantengan paripurna gue mesti ilang karena kantung mata akibat begadang?” gerutu Gilang pada Caliana karena kembarannya itu terus menerus menghubunginya memerintahkannya untuk segera datang padahal waktu pertunangan mas
Nyonya Nurma jelas memandang anak-anaknya dengan tatapan tajam. Semua orang berkonspirasi melawannya. Sekarang dia bisa apa? Bahkan si sulung yang biasanya menurut saja kini sudah mengikuti tingkah adik-adiknya.Matanya juga memandang para tamu undangan yang tampak memandang ke arah mereka. Meskipun tidak saling berbisik, jelas sekali tatapan mereka mengandung tanya. Dan Nyonya Nurma merasa dirinya sudah kalah. Telak!Sebuah senyum penuh kepura-puraan yang ditemani dengan antusiasme yang juga sama hanya sekedar sandiwara terpaksa ia tunjukan. Wanita itu mengulurkan tangannya pada pasangan tertua Levent dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke bagian dalam rumah dimana kursi-kursi yang tadinya disiapkan untuk calon menantu pilihannya dan calon besannya kini akan dikuasai oleh keluarga Levent.Sementara keluarga Adskhan yang dibimbing Rafka dan istrinya menuju kursi mereka. Nyonya Nurma menarik lengan Caliana dengan
Acara selesai dengan cepat. Setelah penukaran cincin, sisanya dilakukan dengan berbasa-basi sampai semua tamu undangan bubar dan kembali ke kediaman masing-masing. Hanya tersisa keluarga inti di kediaman Caliana dan keluarga Adskhan juga semuanya sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Kini, Adskhan dan kedua kakak laki-laki Caliana sedang berbincang serius mengenai masalah bisnis. Sementara Gilang sudah kembali ke kediamannya karena nanti malam dia harus bekerja, dan ibunya? Wanita itu kini sedang merajuk dengan bersembunyi di kamarnya.Caliana bukannya ingin menjadi anak durhaka dan membiarkan ibunya marah terus menerus. Tapi dia hanya ingin memberikan dirinya dan juga ibunya waktu. Waktu bagi dirinya untuk merangkai kata demi meminta pengampunan ibunya. dan waktu bagi ibunya untuk tahu bahwa sudah waktunya dia membiarkan Caliana memilih pilihannya sendiri.Saat waktu hendak beranjak magrib, Adskhan memilih untuk mengundurkan diri. Tak ingin berdiam diri di ruma
Waktu berlalu begitu saja. Disela waktunya mengurus café, Caliana disibukkan dengan persiapan pernikahannya yang bisa dikatakan teramat singkat. Jika normalnya semua urusan pernikahan menjadi urusan keluarga wanita. Berbeda dengan Caliana. Dia lebih banyak membicarakan urusan pernikahan dengan ibu dan tante Adskhan. Karena sampai saat ini, ibunya masih saja menjaga jarak dan bersikap dingin padanya.Sejak saat pertunangan mereka, Caliana juga tidak pernah kembali ke kediaman Rafka. Dia lebih memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri dan menghabiskan waktunya lebih banyak dengan Gilang, Carina dan juga Syaquilla yang belakangan lebih sering menginap di kediamannya. Sementara untuk penjembatan urusan pernikahan dilakukan oleh Gilang.Seperti saat ini. Saat Caliana, Adskhan, Carina dan Syaquilla baru saja selesai makan malam. Kakak kembarnya itu datang dengan sebuah buku catatan yang ia gulung dan ia masukkan kedalam saku celananya. Pria itu memberikan buku i
Acara demi acara berlangsung sesuai dengan instruksi dari pembawa acara.Bahagia? Tentu saja Caliana bahagia. Terlebih melihat bagaimana tingkah konyol Gita yang bahkan tak segan untuk meramaikan acara bersama Gilang dan beberapa teman kantornya yang diundang dalam acara pernikahan yang sebetulnya membuat mereka sendiri heran. Pasalnya, keabsenan Caliana di kantor pun sudah cukup mengejutkna, sekarang mereka tiba-tiba dihadiahkan dengan kabar pernikahan yang tak pernah mereka lihat tanda-tanda hubungannya.“Gue udah curiga waktu si boss datang ke nikahan gue. Taunya emang ada keju dibalik bakso ya Na.” itulah bisikan Chandra saat temannya itu datang bersama istrinya. Caliana hanya bisa tersenyum menjawab kalimat bernada tuduhan itu.Tak sampai disana. Sahabat baiknya yang juga kini sudah sah menjadi iparnya, Gisna. Kini sedang berdiri di atas panggung bersama seorang penyanyi pria yang ternyata juga diundang
Kemeriahan yang berakhir dengan perasaan kacau balau itu akhirnya selesai. Caliana kembali ke ruang ganti dengan langkah cepat yang ia bisa. Gita yang mengikutinya hanya bisa melihat sahabatnya itu dengan tatapan tanya. Apa yang terjadi pada jam-jam terakhir pesta? Itulah pertanyaan yang ada di kepalanya namun tak berani gadis itu utarakan pada sahabatnya. Padahal sebelumnya Gita melihat Caliana begitu gembira dan selalu penuh senyum setiap bertemu tamunya. Apa yang membuat ekspresi itu hilang dalam sekejap?Caliana duduk di atas kursi dengan tatapan terarah pada cermin besar di hadapannya. Para MUA sudah mulai membantu untuk melepas riasan kepalanya sementara yang lain mulai membersihkan make-up yang menempel di wajahnya. Tak lama setelahnya, Adskhan masuk dengan tatapan terarah langsung pada Caliana.“Sayang.” Panggil pria itu dengan lirih.Caliana menoleh sejenak sebelum kemudian berkata dengan pelan. &ldq
Ia tiba di sebuah hotel berbintang lima yang mewah yang masih berada di sekitaran Dago. Segera setelah memarkirkan mobilnya Adskhan langsung menuju ke kamar hotel yang disebutkan oleh Dilara saat ia menghubungi sepupunya itu tadi. Disana, didalam kamar mewah yang disewa mantan istrinya itu, ada ibu Adskhan, Nyonya Helena yang duduk berdampingan dengan suaminya, Sir Ahmed. Sementara Dilara, berdiri dengan pinggul bersandar pada kursi bar dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Jangan tanyakan dimana anak dan suaminya. Adskhan tebak bahwa iparnya itu sedang menunggu mereka di suatu tempat.Ketiga anggota keluarganya itu tampak menunjukkan ekspresi yang berbeda. Tentu dengan isi kepala yang berbeda pula yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sebenarnya ada di dalam kepala Adskhan sendiri.Sementara itu, di sisi lain ruangan. Tepat di atas sofa yang memunggungi jendela, tampak dua wanita duduk bersisian. Satu Anastasia, wanita yan