Caliana terbangun, namun ia merasa enggan untuk membuka matanya. Rasa hangat yang melingkupinya membuatnya ingin kembali terlelap dalam tidurnya. Namun kemudian, hal itu seketika membuatnya membelalakkan mata. Hal yang pertama dia lihat saat membuka mata adalah dada kokoh berwarna kecoklatan dengan bulu-bulu halus yang menggelitik pipinya.
Ya Allah, semalam apa yang sudah ia lakukan dengan Adskhan? Gumamnya pada diri sendiri. Dan bahkan, ia malah lupa kembali mengenakan pakaiannya. Bagaimana jika anak-anak bangun dan melihatnya?
Dengan gerakan cepat Caliana bangkit dan mencari pakaiannya yang semalam dilepaskan Adskhan. Tanpa mengenakan kembali bra nya, Caliana dengan segera memakai camisole dan kaus luarnya. “Sayang, kenapa?” tanya Adskhan dengan mata mengantuk.
“Mas! Cepat pakai pakaianmu, bagaimana kalau anak-anak ban
Sebenarnya Caliana merasakan penasaran layaknya Syaquilla. Kenapa keluarga Erhan tiba-tiba datang ke Indonesia. Apakah ada sebuah acara besar yang akan dilakukan keluarga Adskhan. Namun seperti biasa, ia enggan bertanya. Jika memang Adskhan akan memberitahunya, pria itu akan mengatakannya. Dan jika pria itu memang ingin melibatkannya, maka pria itu akan memintanya. Dan Caliana pasti tidak akan menolak jika memang pria itu membutuhkan kehadirannya.Mereka meletakkan sendok hampir secara bersamaan. Adskhan kembali berbicara kepada putrinya. “Qilla, hari ini kita pulang.” Ucapnya tanpa banyak beralasan.Ada yang aneh disini. Itulah yang Caliana rasakan. Namun ia hanya memendam semuanya dalam hati.Mereka kembali berjalan pulang menuju kediaman Caliana. Mereka cukup terkejut kala melihat mobil Gilang sudah terparkir di bagian luar rumahnya. Tentu saja, karena di teras dalam sudah ada mobil Adskhan yang terparkir
Caliana berjalan memasuki gedung Coskun dengan dagu terangkat. Ia sudah merasa sehat kembali dan sudah seharusnya dia kembali bekerja. Lagipula apa yang harus dilakukannya di rumah seharian selain merasa kesal dan membuatnya memikirkan hal yang tidak-tidak.Ya, semalam dia sudah bertemu dengan keluarga pria pilihan ibunya. Carina memang benar, pria itu tampan dan bahkan dia memiliki perangai yang baik. Dia sopan dan enak diajak bicara. Dan orangtuanya pun tampak begitu sopan. Jadi, ya. Mungkin mencoba dan menuruti perintah ibunya adalah hal yang harus ia lakukan. Meskipun ia melakukannya dengan setengah hati.Caliana menggunakan lift dan turun dilantai seharusnya. Kantor masih sepi saat ia datang, karena memang masih ada lima belas menit sampai jam masuk yang seharusnya. Ia duduk di kubikelnya. Meletakkan tasnya di tempat biasa. Saat melihat mug yang sudah berhari-hari ini tak digunakannya, ia tergiur ingin menyeduh kopi. Tapi kemudian mengu
Adskhan cukup terkejut sore itu saat tiba-tiba salah satu manager keuangannya masuk ke ruangannya dan meminta keringanan biaya pinalti atas keluarnya salah satu karyawannya tanpa pemberitahuan sebelumnya. “Dia sudah sangat berjasa untuk perusahaan kita, Sir. Saya hanya meminta keringanan saja untuk pinalti pelanggaran yang dia lakukan.” Ucap Bu Shelly langsung pada intinya.“Siapa yang mengundurkan diri? Apa alasannya?” tanya Adskhan ingin tahu.“Caliana. Alasannya karena kesehatan.” Ucap Bu Shelly yang lebih seperti suara petir di telinga Adskhan.“Caliana?” tanyanya tak percaya. Bu Shelly seketika menganggukkan kepala. “Dia mengundurkan diri? Hari ini?” tanyanya lagi. Bu Shelly kembali menganggukkan kepala. “Dimana dia?” tanya Adskhan seraya bangkit berdiri dan mencarinya.“Dia sudah pulang beberapa waktu yang lalu, Sir.&
Adskhan kembali melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi tidak ada tanda-tada kepulangan Caliana. Ia kembali merogoh ponselnya. Jika sebelumnya, ia menghubungi nomor Caliana dan mendapati sambungan, kini, teleponnya langsung terhubung pada operator."Sial!" geramnya kesal. Sekarang kemana dia harus mencari Caliana di waktu selarut ini? MUngkinkah Caliana pergi ke rumah Rafka? Adskhan ingin kembali menghubungi kakak wanita itu, namun sadar kalau waktunya tidak tepat, ia memilih untuk menggelengkan kepala.Adskhan mengetukkan dahinya pada setir, berharap kepalanya mendadak terbuka dan memberikannya penyelesaian. Namun jelas, itu adalah hal sia-sia.Dengan perasaan yang tak karuan, ia akhirnya kembali menyalakan mesin mobil dan mengendarainya pulang. Mungkin Caliana memang sedang marah padanya hari ini—bukan mungkin, tapi memang pasti gadis itu sedang marah padanya. Besok
Caliana menikmati sejuknya hawa pegunungan di pagi hari dengan secangkir kopi di tangannya. Dia merasa sedang syuting sebuah iklan pagi ini. Pemandangan alam yang indah, segelas kopi yang mengepulkan asap manis di tangannya dan juga posisinya yang sedang berdiri santai dengan sebelah tangan memegang pagar teras kamar inapnya.Ya, setelah berhasil menjauhi Adskhan, akhirnya Caliana meminta sang supir taksi untuk supir pribadinya sampai ia mendapatkan tempat tujuan. Pertama ia meminta supir itu untuk mampir di sebuah toko pakaian yang menjual pakaian lengkap dengan pakaian dalam. Setelahnya ia meminta supir untuk mengantarkannya membeli makanan di minimarket yang buka 24 jam. Baru setelah itu, ia meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke sebuah penginapan yang berhasil ia cari lewat internet.Dan sekarang, disinilah dia. Menghabiskan malamnya dan mungkin beberapa malam kedepan dengan tinggal di sebuah penginapan bertema perkemahan. `Ya
Adskhan kelimpungan. Acara fitting baju yang seharusnya ia lakukan dengan antusiasme tinggi kini malah merubah mood nya menjadi semakin memburuk. Pasalnya setelah mencoba menghubungi saudara-saudara Caliana, ia sama sekali tidak mendapatkan kabar baik. Ya, keluarganya, termasuk Gilang pun sama sekali tidak tahu kemana Caliana pergi."Tidakkah kau menghawatirkannya?" Tanya Adskhan lewat telepon pada Gilang dalam perjalanannya menuju butik yang dipilihkan kedua orangtuanya. Untungnya ia menyetir sendiri di dalam mobil karena keluarganya pergi bersama keluarga Lucas dan Erhan menyetiri mobil yang ditumpangi keluarganya sendiri."Dia dalam keadaan sehat saat pergi. Jadi aku tidak terlalu khawatir." Jawab Gilang dengan santainya. "Dia sudah dewasa, dia tahu apa yang dia lakukan. Jadi ya..." Lanjut kembaran Caliana itu dengan ambigu."Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya?" Tanya Adskhan panik.Hening.
“Loe gak mau balik?” Tanya Gilang saat mereka tengah makan siang di beranda kamar sewaan Caliana.“Kenapa emang?” Tanya Caliana datar.“Ya kali, loe mau ngabisin duit juta-juta semalem cuma buat tidur? Loe gak sayang?” tanya kembarannya itu dengan mulut penuh. Caliana hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban. “Iya gue tahu loe kaya, tapi jangan mubazirin uang kayak begini dong. Daripada loe kasih duit loe buat penginapan, mening loe sumbangin ke gue.” Bujuknya dengan cengiran di wajahnya.Caliana mengangkat sebelah alisnya dan memandang Gilang dengan tatapan mengejek. Gilang malah tertawa dibuatnya.Lepas makan siang, Caliana akhirnya memutuskan untuk check out. Gilang yang memang datang dengan mengendarai mobilnya sendiri dengan sengaja mengiming-imingi kembarannya itu untuk berwisata sejenak ke kebun petik strawberry. Tentu saja Caliana antusias m
“Kayaknya gue mesti pergi nih.” Seloroh Gilang pada kembarannya. Dia meraih kunci mobil dan juga dompetnya sebelum kemudian melangkahkan kaki meninggalkan apartemennya sendiri. “Kalian berdua akur-akur ya, jangan saling jambak kaya kucing kampung.” Lanjutnya sebelum benar-benar meninggalkan kedua sejoli itu.Adskhan melangkah masuk saat Gilang meninggalkan apartemennya. Sementara Caliana masih berdiri mematung di tempatnya. “Bagaimana bisa?” tanya gadis itu dengan bingung.Adskhan mengedikkan bahu. “Gilang terlihat mencurigakan.” Ucap Adskhan dengan nada datarnya. Pria itu melepas jas yang dikenakannya dan meletakkannya sembarangan di atas meja bar sebelum melangkah mendekati Caliana. “Sebagai seorang kembaran yang diberitahu kalau saudarinya hilang, dia jelas terlihat datar dan santai. Tidak seperti Rafka yang bersikap sebaliknya, meskipun kemudian juga dia mengatakan kalau Gilang tidak