Edisi Hot, under 18 harap melipir
___________________________________
Caliana membuka mata dan merasakan tubuhnya kaku. Bagaimana tidak, sisi kiri dan kanan tubuhnya dijadikan sandaran kepala si kembar beda orang tua. Siapa lagi kalau bukan Carina dan Syaquilla. Sementara kedua kaki mereka menindih kaki Caliana dan menyulitkannya untuk bergerak. Tampaknya, setelah Caliana tertidur karena pengaruh obat, keduanya enggan meninggalkan kamar Caliana dan memilih tidur disana.
Perlahan Caliana menggeser kepala dua remaja itu sebelum melepas belitan kaki mereka dan bangkit dengan sama pelannya supaya keduanya tidak terganggu. Ia merasa benar-benar haus saat ini, sementara air minum yang ada di kamarnya sudah habis.
Caliana menggunakan sandal kamarnya dan berjalan pelan keluar. Entah pukul berapa sekarang, yang pasti ia menduga sudah lewat tengah malam.
Saat Caliana membuka pintu, t
Caliana terbangun, namun ia merasa enggan untuk membuka matanya. Rasa hangat yang melingkupinya membuatnya ingin kembali terlelap dalam tidurnya. Namun kemudian, hal itu seketika membuatnya membelalakkan mata. Hal yang pertama dia lihat saat membuka mata adalah dada kokoh berwarna kecoklatan dengan bulu-bulu halus yang menggelitik pipinya.Ya Allah, semalam apa yang sudah ia lakukan dengan Adskhan? Gumamnya pada diri sendiri. Dan bahkan, ia malah lupa kembali mengenakan pakaiannya. Bagaimana jika anak-anak bangun dan melihatnya?Dengan gerakan cepat Caliana bangkit dan mencari pakaiannya yang semalam dilepaskan Adskhan. Tanpa mengenakan kembali bra nya, Caliana dengan segera memakai camisole dan kaus luarnya. “Sayang, kenapa?” tanya Adskhan dengan mata mengantuk.“Mas! Cepat pakai pakaianmu, bagaimana kalau anak-anak ban
Sebenarnya Caliana merasakan penasaran layaknya Syaquilla. Kenapa keluarga Erhan tiba-tiba datang ke Indonesia. Apakah ada sebuah acara besar yang akan dilakukan keluarga Adskhan. Namun seperti biasa, ia enggan bertanya. Jika memang Adskhan akan memberitahunya, pria itu akan mengatakannya. Dan jika pria itu memang ingin melibatkannya, maka pria itu akan memintanya. Dan Caliana pasti tidak akan menolak jika memang pria itu membutuhkan kehadirannya.Mereka meletakkan sendok hampir secara bersamaan. Adskhan kembali berbicara kepada putrinya. “Qilla, hari ini kita pulang.” Ucapnya tanpa banyak beralasan.Ada yang aneh disini. Itulah yang Caliana rasakan. Namun ia hanya memendam semuanya dalam hati.Mereka kembali berjalan pulang menuju kediaman Caliana. Mereka cukup terkejut kala melihat mobil Gilang sudah terparkir di bagian luar rumahnya. Tentu saja, karena di teras dalam sudah ada mobil Adskhan yang terparkir
Caliana berjalan memasuki gedung Coskun dengan dagu terangkat. Ia sudah merasa sehat kembali dan sudah seharusnya dia kembali bekerja. Lagipula apa yang harus dilakukannya di rumah seharian selain merasa kesal dan membuatnya memikirkan hal yang tidak-tidak.Ya, semalam dia sudah bertemu dengan keluarga pria pilihan ibunya. Carina memang benar, pria itu tampan dan bahkan dia memiliki perangai yang baik. Dia sopan dan enak diajak bicara. Dan orangtuanya pun tampak begitu sopan. Jadi, ya. Mungkin mencoba dan menuruti perintah ibunya adalah hal yang harus ia lakukan. Meskipun ia melakukannya dengan setengah hati.Caliana menggunakan lift dan turun dilantai seharusnya. Kantor masih sepi saat ia datang, karena memang masih ada lima belas menit sampai jam masuk yang seharusnya. Ia duduk di kubikelnya. Meletakkan tasnya di tempat biasa. Saat melihat mug yang sudah berhari-hari ini tak digunakannya, ia tergiur ingin menyeduh kopi. Tapi kemudian mengu
Adskhan cukup terkejut sore itu saat tiba-tiba salah satu manager keuangannya masuk ke ruangannya dan meminta keringanan biaya pinalti atas keluarnya salah satu karyawannya tanpa pemberitahuan sebelumnya. “Dia sudah sangat berjasa untuk perusahaan kita, Sir. Saya hanya meminta keringanan saja untuk pinalti pelanggaran yang dia lakukan.” Ucap Bu Shelly langsung pada intinya.“Siapa yang mengundurkan diri? Apa alasannya?” tanya Adskhan ingin tahu.“Caliana. Alasannya karena kesehatan.” Ucap Bu Shelly yang lebih seperti suara petir di telinga Adskhan.“Caliana?” tanyanya tak percaya. Bu Shelly seketika menganggukkan kepala. “Dia mengundurkan diri? Hari ini?” tanyanya lagi. Bu Shelly kembali menganggukkan kepala. “Dimana dia?” tanya Adskhan seraya bangkit berdiri dan mencarinya.“Dia sudah pulang beberapa waktu yang lalu, Sir.&
Adskhan kembali melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi tidak ada tanda-tada kepulangan Caliana. Ia kembali merogoh ponselnya. Jika sebelumnya, ia menghubungi nomor Caliana dan mendapati sambungan, kini, teleponnya langsung terhubung pada operator."Sial!" geramnya kesal. Sekarang kemana dia harus mencari Caliana di waktu selarut ini? MUngkinkah Caliana pergi ke rumah Rafka? Adskhan ingin kembali menghubungi kakak wanita itu, namun sadar kalau waktunya tidak tepat, ia memilih untuk menggelengkan kepala.Adskhan mengetukkan dahinya pada setir, berharap kepalanya mendadak terbuka dan memberikannya penyelesaian. Namun jelas, itu adalah hal sia-sia.Dengan perasaan yang tak karuan, ia akhirnya kembali menyalakan mesin mobil dan mengendarainya pulang. Mungkin Caliana memang sedang marah padanya hari ini—bukan mungkin, tapi memang pasti gadis itu sedang marah padanya. Besok
Caliana menikmati sejuknya hawa pegunungan di pagi hari dengan secangkir kopi di tangannya. Dia merasa sedang syuting sebuah iklan pagi ini. Pemandangan alam yang indah, segelas kopi yang mengepulkan asap manis di tangannya dan juga posisinya yang sedang berdiri santai dengan sebelah tangan memegang pagar teras kamar inapnya.Ya, setelah berhasil menjauhi Adskhan, akhirnya Caliana meminta sang supir taksi untuk supir pribadinya sampai ia mendapatkan tempat tujuan. Pertama ia meminta supir itu untuk mampir di sebuah toko pakaian yang menjual pakaian lengkap dengan pakaian dalam. Setelahnya ia meminta supir untuk mengantarkannya membeli makanan di minimarket yang buka 24 jam. Baru setelah itu, ia meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke sebuah penginapan yang berhasil ia cari lewat internet.Dan sekarang, disinilah dia. Menghabiskan malamnya dan mungkin beberapa malam kedepan dengan tinggal di sebuah penginapan bertema perkemahan. `Ya
Adskhan kelimpungan. Acara fitting baju yang seharusnya ia lakukan dengan antusiasme tinggi kini malah merubah mood nya menjadi semakin memburuk. Pasalnya setelah mencoba menghubungi saudara-saudara Caliana, ia sama sekali tidak mendapatkan kabar baik. Ya, keluarganya, termasuk Gilang pun sama sekali tidak tahu kemana Caliana pergi."Tidakkah kau menghawatirkannya?" Tanya Adskhan lewat telepon pada Gilang dalam perjalanannya menuju butik yang dipilihkan kedua orangtuanya. Untungnya ia menyetir sendiri di dalam mobil karena keluarganya pergi bersama keluarga Lucas dan Erhan menyetiri mobil yang ditumpangi keluarganya sendiri."Dia dalam keadaan sehat saat pergi. Jadi aku tidak terlalu khawatir." Jawab Gilang dengan santainya. "Dia sudah dewasa, dia tahu apa yang dia lakukan. Jadi ya..." Lanjut kembaran Caliana itu dengan ambigu."Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya?" Tanya Adskhan panik.Hening.
“Loe gak mau balik?” Tanya Gilang saat mereka tengah makan siang di beranda kamar sewaan Caliana.“Kenapa emang?” Tanya Caliana datar.“Ya kali, loe mau ngabisin duit juta-juta semalem cuma buat tidur? Loe gak sayang?” tanya kembarannya itu dengan mulut penuh. Caliana hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban. “Iya gue tahu loe kaya, tapi jangan mubazirin uang kayak begini dong. Daripada loe kasih duit loe buat penginapan, mening loe sumbangin ke gue.” Bujuknya dengan cengiran di wajahnya.Caliana mengangkat sebelah alisnya dan memandang Gilang dengan tatapan mengejek. Gilang malah tertawa dibuatnya.Lepas makan siang, Caliana akhirnya memutuskan untuk check out. Gilang yang memang datang dengan mengendarai mobilnya sendiri dengan sengaja mengiming-imingi kembarannya itu untuk berwisata sejenak ke kebun petik strawberry. Tentu saja Caliana antusias m
“Kenyang?” tanya Caliana dengan dahi berkerut.Adskhan dengan sengaja kembali menekankan bagian bawah tubuhnya sehingga Caliana terbelalak. “Kau tahu apa maksudku, kan?” Bisik Adskhan di telinga gadis itu sehingga mau tak mau membuat Caliana bergidik ngeri. Bibir pria itu menggodanya, mulai mengusap bagian sisi wajahnya sehingga tanpa sadar Caliana mendongak dan memberikan pria itu kesempatan untuk menjelajah ceruk lehernya yang ramping. “Bisakah aku meminta hak ku sekarang?” tanyanya dengan nada memohon.Caliana menggelengkan kepala. “Kenapa lagi sekarang?” tanya Adskhan dengan nada merengek.“Tubuhmu bau,” ucap Caliana seraya mengernyitkan hidungnya. “Pergi sana mandi.” Perintahnya seraya membalikkan tubuh Adskhan dan mendorongnya masuk ke dalam kamarnya hingga pria itu mencapai kamar mandinya.Adskhan ingin menolak, namu
Adskhan menghentikan mobilnya di luar rumah Caliana. Membuka gerbangnya dengan kunci cadangan yang sudah ia miliki sejak lama.Mobil Caliana belum beranjak dari tempatnya. Masih disana sejak kali terakhir Adskhan datang ke kediaman calon istrinya itu sebelum akhirnya keluarga Caliana melakukan pingitan pada mereka berdua.Entahlah, mungkin Caliana bisa mendengar kala pintu gerbang rumahnya dibuka atau tidak. Tapi yang jelas, istrinya itu sama sekali tidak menyambutnya karena kediaman Caliana terasa hening. Apa Gilang mengerjainya? Siapa yang tahu bahwa sebenarnya Caliana tidak benar-benar kembali ke rumahnya.Ia membuka pintu depan dan masuk dengan mengucapkan salam. Namun lagi-lagi, tidak ada yang menjawabnya. Saat Adskhan melihat pintu kamar Caliana sedikit terbuka, ia masuk ke dalamnya. Caliana tidak ada disana. Yang ada hanya koper kecil yang tadi Caliana bawa dari ruang ganti kamar hotel.&ldquo
Dengan cepat Anastasia berlari mengejar Adskhan. Wanita itu memanggil nama Adskhan berulang-ulang namun Adskhan memilih mengabaikannya. Hingga akhirnya stiletto Anastasia berhasil membawanya mendekati Adskhan. Wanita itu seketika mengulurkan tangannya dan meraih lengan Adskhan yang kemudian Adskhan tepis dengan kasar.“Adskhan, dengarkan aku. Kumohon. Aku benar-benar menyesal. Aku minta maaf.” Ucapnya dengan nada merengek. Wanita itu kembali mencoba meraih tangan Adskhan yang kemudian kembali Adskhan tepis sehingga membuat wanita itu kali ini terjatuh sampai bersimpuh di atas lantai marmer yang dingin. tak ingin kalah, Anastasia memeluk kaki Adskhan dengan kedua tangannya hingga Adskhan terpaksa menghentikan langkahnya. “Aku sungguh-sungguh minta maaf.” Ucapnya lagi dengan nada memelas. Memohon belas kasihan pria itu setelah akhirnya ia tersadar bahwa semua ucapan yang Adskhan katakan di dalam kamar tadi bukanlah perkataan main-main. “Aku.. aku&h
Ia tiba di sebuah hotel berbintang lima yang mewah yang masih berada di sekitaran Dago. Segera setelah memarkirkan mobilnya Adskhan langsung menuju ke kamar hotel yang disebutkan oleh Dilara saat ia menghubungi sepupunya itu tadi. Disana, didalam kamar mewah yang disewa mantan istrinya itu, ada ibu Adskhan, Nyonya Helena yang duduk berdampingan dengan suaminya, Sir Ahmed. Sementara Dilara, berdiri dengan pinggul bersandar pada kursi bar dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Jangan tanyakan dimana anak dan suaminya. Adskhan tebak bahwa iparnya itu sedang menunggu mereka di suatu tempat.Ketiga anggota keluarganya itu tampak menunjukkan ekspresi yang berbeda. Tentu dengan isi kepala yang berbeda pula yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang mungkin sebenarnya ada di dalam kepala Adskhan sendiri.Sementara itu, di sisi lain ruangan. Tepat di atas sofa yang memunggungi jendela, tampak dua wanita duduk bersisian. Satu Anastasia, wanita yan
Kemeriahan yang berakhir dengan perasaan kacau balau itu akhirnya selesai. Caliana kembali ke ruang ganti dengan langkah cepat yang ia bisa. Gita yang mengikutinya hanya bisa melihat sahabatnya itu dengan tatapan tanya. Apa yang terjadi pada jam-jam terakhir pesta? Itulah pertanyaan yang ada di kepalanya namun tak berani gadis itu utarakan pada sahabatnya. Padahal sebelumnya Gita melihat Caliana begitu gembira dan selalu penuh senyum setiap bertemu tamunya. Apa yang membuat ekspresi itu hilang dalam sekejap?Caliana duduk di atas kursi dengan tatapan terarah pada cermin besar di hadapannya. Para MUA sudah mulai membantu untuk melepas riasan kepalanya sementara yang lain mulai membersihkan make-up yang menempel di wajahnya. Tak lama setelahnya, Adskhan masuk dengan tatapan terarah langsung pada Caliana.“Sayang.” Panggil pria itu dengan lirih.Caliana menoleh sejenak sebelum kemudian berkata dengan pelan. &ldq
Acara demi acara berlangsung sesuai dengan instruksi dari pembawa acara.Bahagia? Tentu saja Caliana bahagia. Terlebih melihat bagaimana tingkah konyol Gita yang bahkan tak segan untuk meramaikan acara bersama Gilang dan beberapa teman kantornya yang diundang dalam acara pernikahan yang sebetulnya membuat mereka sendiri heran. Pasalnya, keabsenan Caliana di kantor pun sudah cukup mengejutkna, sekarang mereka tiba-tiba dihadiahkan dengan kabar pernikahan yang tak pernah mereka lihat tanda-tanda hubungannya.“Gue udah curiga waktu si boss datang ke nikahan gue. Taunya emang ada keju dibalik bakso ya Na.” itulah bisikan Chandra saat temannya itu datang bersama istrinya. Caliana hanya bisa tersenyum menjawab kalimat bernada tuduhan itu.Tak sampai disana. Sahabat baiknya yang juga kini sudah sah menjadi iparnya, Gisna. Kini sedang berdiri di atas panggung bersama seorang penyanyi pria yang ternyata juga diundang
Waktu berlalu begitu saja. Disela waktunya mengurus café, Caliana disibukkan dengan persiapan pernikahannya yang bisa dikatakan teramat singkat. Jika normalnya semua urusan pernikahan menjadi urusan keluarga wanita. Berbeda dengan Caliana. Dia lebih banyak membicarakan urusan pernikahan dengan ibu dan tante Adskhan. Karena sampai saat ini, ibunya masih saja menjaga jarak dan bersikap dingin padanya.Sejak saat pertunangan mereka, Caliana juga tidak pernah kembali ke kediaman Rafka. Dia lebih memilih untuk tinggal di rumahnya sendiri dan menghabiskan waktunya lebih banyak dengan Gilang, Carina dan juga Syaquilla yang belakangan lebih sering menginap di kediamannya. Sementara untuk penjembatan urusan pernikahan dilakukan oleh Gilang.Seperti saat ini. Saat Caliana, Adskhan, Carina dan Syaquilla baru saja selesai makan malam. Kakak kembarnya itu datang dengan sebuah buku catatan yang ia gulung dan ia masukkan kedalam saku celananya. Pria itu memberikan buku i
Acara selesai dengan cepat. Setelah penukaran cincin, sisanya dilakukan dengan berbasa-basi sampai semua tamu undangan bubar dan kembali ke kediaman masing-masing. Hanya tersisa keluarga inti di kediaman Caliana dan keluarga Adskhan juga semuanya sudah kembali ke rumah mereka masing-masing. Kini, Adskhan dan kedua kakak laki-laki Caliana sedang berbincang serius mengenai masalah bisnis. Sementara Gilang sudah kembali ke kediamannya karena nanti malam dia harus bekerja, dan ibunya? Wanita itu kini sedang merajuk dengan bersembunyi di kamarnya.Caliana bukannya ingin menjadi anak durhaka dan membiarkan ibunya marah terus menerus. Tapi dia hanya ingin memberikan dirinya dan juga ibunya waktu. Waktu bagi dirinya untuk merangkai kata demi meminta pengampunan ibunya. dan waktu bagi ibunya untuk tahu bahwa sudah waktunya dia membiarkan Caliana memilih pilihannya sendiri.Saat waktu hendak beranjak magrib, Adskhan memilih untuk mengundurkan diri. Tak ingin berdiam diri di ruma
Nyonya Nurma jelas memandang anak-anaknya dengan tatapan tajam. Semua orang berkonspirasi melawannya. Sekarang dia bisa apa? Bahkan si sulung yang biasanya menurut saja kini sudah mengikuti tingkah adik-adiknya.Matanya juga memandang para tamu undangan yang tampak memandang ke arah mereka. Meskipun tidak saling berbisik, jelas sekali tatapan mereka mengandung tanya. Dan Nyonya Nurma merasa dirinya sudah kalah. Telak!Sebuah senyum penuh kepura-puraan yang ditemani dengan antusiasme yang juga sama hanya sekedar sandiwara terpaksa ia tunjukan. Wanita itu mengulurkan tangannya pada pasangan tertua Levent dan mempersilahkan mereka untuk masuk ke bagian dalam rumah dimana kursi-kursi yang tadinya disiapkan untuk calon menantu pilihannya dan calon besannya kini akan dikuasai oleh keluarga Levent.Sementara keluarga Adskhan yang dibimbing Rafka dan istrinya menuju kursi mereka. Nyonya Nurma menarik lengan Caliana dengan