Adskhan kembali melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam, tapi tidak ada tanda-tada kepulangan Caliana. Ia kembali merogoh ponselnya. Jika sebelumnya, ia menghubungi nomor Caliana dan mendapati sambungan, kini, teleponnya langsung terhubung pada operator.
"Sial!" geramnya kesal. Sekarang kemana dia harus mencari Caliana di waktu selarut ini? MUngkinkah Caliana pergi ke rumah Rafka? Adskhan ingin kembali menghubungi kakak wanita itu, namun sadar kalau waktunya tidak tepat, ia memilih untuk menggelengkan kepala.
Adskhan mengetukkan dahinya pada setir, berharap kepalanya mendadak terbuka dan memberikannya penyelesaian. Namun jelas, itu adalah hal sia-sia.
Dengan perasaan yang tak karuan, ia akhirnya kembali menyalakan mesin mobil dan mengendarainya pulang. Mungkin Caliana memang sedang marah padanya hari ini—bukan mungkin, tapi memang pasti gadis itu sedang marah padanya. Besok
Caliana menikmati sejuknya hawa pegunungan di pagi hari dengan secangkir kopi di tangannya. Dia merasa sedang syuting sebuah iklan pagi ini. Pemandangan alam yang indah, segelas kopi yang mengepulkan asap manis di tangannya dan juga posisinya yang sedang berdiri santai dengan sebelah tangan memegang pagar teras kamar inapnya.Ya, setelah berhasil menjauhi Adskhan, akhirnya Caliana meminta sang supir taksi untuk supir pribadinya sampai ia mendapatkan tempat tujuan. Pertama ia meminta supir itu untuk mampir di sebuah toko pakaian yang menjual pakaian lengkap dengan pakaian dalam. Setelahnya ia meminta supir untuk mengantarkannya membeli makanan di minimarket yang buka 24 jam. Baru setelah itu, ia meminta sang sopir untuk mengantarkannya ke sebuah penginapan yang berhasil ia cari lewat internet.Dan sekarang, disinilah dia. Menghabiskan malamnya dan mungkin beberapa malam kedepan dengan tinggal di sebuah penginapan bertema perkemahan. `Ya
Adskhan kelimpungan. Acara fitting baju yang seharusnya ia lakukan dengan antusiasme tinggi kini malah merubah mood nya menjadi semakin memburuk. Pasalnya setelah mencoba menghubungi saudara-saudara Caliana, ia sama sekali tidak mendapatkan kabar baik. Ya, keluarganya, termasuk Gilang pun sama sekali tidak tahu kemana Caliana pergi."Tidakkah kau menghawatirkannya?" Tanya Adskhan lewat telepon pada Gilang dalam perjalanannya menuju butik yang dipilihkan kedua orangtuanya. Untungnya ia menyetir sendiri di dalam mobil karena keluarganya pergi bersama keluarga Lucas dan Erhan menyetiri mobil yang ditumpangi keluarganya sendiri."Dia dalam keadaan sehat saat pergi. Jadi aku tidak terlalu khawatir." Jawab Gilang dengan santainya. "Dia sudah dewasa, dia tahu apa yang dia lakukan. Jadi ya..." Lanjut kembaran Caliana itu dengan ambigu."Bagaimana kalau terjadi apa-apa dengannya?" Tanya Adskhan panik.Hening.
“Loe gak mau balik?” Tanya Gilang saat mereka tengah makan siang di beranda kamar sewaan Caliana.“Kenapa emang?” Tanya Caliana datar.“Ya kali, loe mau ngabisin duit juta-juta semalem cuma buat tidur? Loe gak sayang?” tanya kembarannya itu dengan mulut penuh. Caliana hanya mengedikkan bahu sebagai jawaban. “Iya gue tahu loe kaya, tapi jangan mubazirin uang kayak begini dong. Daripada loe kasih duit loe buat penginapan, mening loe sumbangin ke gue.” Bujuknya dengan cengiran di wajahnya.Caliana mengangkat sebelah alisnya dan memandang Gilang dengan tatapan mengejek. Gilang malah tertawa dibuatnya.Lepas makan siang, Caliana akhirnya memutuskan untuk check out. Gilang yang memang datang dengan mengendarai mobilnya sendiri dengan sengaja mengiming-imingi kembarannya itu untuk berwisata sejenak ke kebun petik strawberry. Tentu saja Caliana antusias m
“Kayaknya gue mesti pergi nih.” Seloroh Gilang pada kembarannya. Dia meraih kunci mobil dan juga dompetnya sebelum kemudian melangkahkan kaki meninggalkan apartemennya sendiri. “Kalian berdua akur-akur ya, jangan saling jambak kaya kucing kampung.” Lanjutnya sebelum benar-benar meninggalkan kedua sejoli itu.Adskhan melangkah masuk saat Gilang meninggalkan apartemennya. Sementara Caliana masih berdiri mematung di tempatnya. “Bagaimana bisa?” tanya gadis itu dengan bingung.Adskhan mengedikkan bahu. “Gilang terlihat mencurigakan.” Ucap Adskhan dengan nada datarnya. Pria itu melepas jas yang dikenakannya dan meletakkannya sembarangan di atas meja bar sebelum melangkah mendekati Caliana. “Sebagai seorang kembaran yang diberitahu kalau saudarinya hilang, dia jelas terlihat datar dan santai. Tidak seperti Rafka yang bersikap sebaliknya, meskipun kemudian juga dia mengatakan kalau Gilang tidak
“Jadi, Senin ini kamu kembali ke kantor kan?” bujuk Adskhan seraya menatap Caliana lekat. Caliana menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. “Kenapa?” tanyanya bingung.“Aku gak mau diabaikan lagi.” Ucap Caliana dengan nada merajuk.Seketika Adskhan menegang. “Sayang, kamu tahu kalau itu gak benar. Kan tadi aku udah bilang kalau aku gak sengaja mengabaikan kamu. Itu karena aku gak tahu kalau kamu kerja.” Ucapnya lagi. Caliana terkekeh. Kedua tangannya merangkum wajah Adskhan yang masih menunjukkan ekspresi merajuk. Dengan sengaja gadis itu menekan kedua pipi Adskhan hingga mau tak mau bibir Adskhan mengerucut ke depan dan membuat Caliana semakin terkekeh karenanya. “Lagipula, kalau kamu ngundurin diri gitu aja, kamu harus bayar pinalti. Emang kamu gak sayang? Adskhan masih berusaha membujuk. Namun Caliana melepaskan tangannya seraya mengedikkan bahunya dengan ekspresi tak acuh. 
Caliana kembali menyalakan ponselnya setelah Adskhan pergi. Tentu saja dia tidak terkejut melihat banyaknya panggilan dan pesan dari ibunya. Adskhan mengingatkannya bahwa sampai hari pertunangan mereka tiba, mereka harus berakting seolah Caliana berhubungan baik dengan mantan calon tunangan pilihan ibunya. Meskipun Caliana sebenarnya tidak memiliki kontak pria itu, tapi Adskhan dan juga Gilang memberitahunya bahwa dia harus bersikap bahwa dia dan pria itu memiliki hubungan baik dan Caliana harus tampak antusias dengan pertunangan mereka kelak. Gilang bahkan menyarankan supaya Caliana mengganti nama Adskhan dengan nama mantan calon tunangannya. Adskhan tentu saja tak rela. Namun mengingat mereka tak boleh tampak mencurigakan, jadi ia menerima saran itu begitu saja.Setelah membalas pesan dari ibunya, Caliana langsung mematikan kembali ponselnya. dia berjanji pada ibunya bahwa dia akan datang besok siang ke rumahnya untuk mempersiapkan kebaya yang akan mereka guna
H-1 PertunanganSuara hiruk pikuk di kediaman Caliana membuat jantung gadis itu berdebar sendiri tak beraturan. Jika para calon pengantin pada umumnya antusias di hari menjelang pertunangan mereka. Maka Caliana merasakan was-was.Dia bahagia, tentu saja. Siapa yang tidak jika pada akhirnya dia akan dipinang oleh seseorang yang dia inginkan dan menginginkannya. Namun rasa takut akan penolakan yang akan ibunya lakukan besok setelah melihat siapa yang datang menggantikan calon menantu pilihannya membuat Caliana mau tak mau merasa takut.Apa yang akan terjadi besok?Bagaimana jika ibunya menolak Adskhan dan keluarganya?Ia dan kakak kembarnya kini lebih memilih untuk bersembunyi.Bukan Gilang sebenarnya yang bersembunyi. Tapi Caliana. Mengingat ibunya memaksa kembarannya itu untuk pulang dan membantu, akhirnya kembarannya itu menunjukkan wajahnya
Sabtu PagiHiruk pikuk di kediaman Rafka kembali dimulai. Semua orang tampak mulai menyiapkan semua hal sesuai dengan pekerjaan mereka. Kursi yang semalam masih berupa tumpukan kini sudah dijajarkan dengan rapid an dibungkus dengan kain pembungkus yang indah yang disesuaikan dengan warna dekorasi.Meja makanan sudah ditata, meskipun bagian catering masih akan datang beberapa jam kemudian. Dan diantara semua keramaian itu—lagi—Caliana memilih untuk tinggal diam di kamar Gilang sementara kakak kembarnya itu baru saja datang.“Mestinya gue bisa tidur sampe siang. Malem ini gue dapet jadwal malem lagi. Loe gak kasihan kalo kegantengan paripurna gue mesti ilang karena kantung mata akibat begadang?” gerutu Gilang pada Caliana karena kembarannya itu terus menerus menghubunginya memerintahkannya untuk segera datang padahal waktu pertunangan mas