Share

52. Pertengkaran.

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2025-01-13 14:18:03

Nia baru saja melangkahkan kaki ke dalam rumah ketika telinganya menangkap suara keributan dari arah ruang kerja. Instingnya menajam. Itu suara ayahnya dan Bu Isnaini yang tengah berdebat sengit.

"Bapak dan Ibu kenapa, Bik?" tanyanya kepada Bik Titin, yang membukakan pintu untuknya.

"Tidak tahu, Neng. Tapi sepertinya mereka sedang bertengkar," bisik Bik Titin setelah melihat ke kiri dan ke kanan.

"Bertengkar masalah apa sih, Bik?" desak Nia penasaran sambil berkali-kali melirik ruang kerja.

"Bibik tidak tahu, Neng. Tapi yang jelas Bapak sepertinya marah sekali. Biasanya Bapak tidak pernah berbicara dengan suara sekeras ini."

"Kalau Neng Nia penasaran, menguping saja sebentar di sini. Mumpung Neng Kencana dan Neng Dahayu masih berada di kamar masing-masing. Bibik ke dapur dulu ya, Neng, mau lanjut cuci piring."

Setelah Bik Titin berlalu, Nia melangkah pelan menuju ruang kerja. Hatinya bimbang, tapi rasa ingin tahunya memuncak. Ia pun mendekatkan telinganya ke daun pintu.

"Sekali lagi B
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Silvi Anita
akhirnya.....
goodnovel comment avatar
Agustina Suzartiany
semangat terus ya ka............
goodnovel comment avatar
Agustina Suzartiany
terima kasih update nya ka Suzy
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   53. Bertemu Kembali Dengan Orang Aneh!

    Jakarta. Akhirnya, ia kembali ke sini. Langit Jakarta yang berwarna abu-abu menyambutnya, menanggung beban polusi yang bercampur dengan panas terik matahari. Deru mesin kendaraan memenuhi udara, bersahutan dengan bunyi klakson tak sabar-seolah menjadi lagu wajib ibu kota. Namun, di tengah hiruk-pikuk itu, Nia tersenyum samar. Ada kehangatan yang tak pernah ia temukan di tempat lain."Jakarta sudah sesumpek ini. Herannya, orang masih saja berlomba-lomba memenuhi ibu kota," ucap Bayu sambil berdecak, menggelengkan kepala. Padatnya kendaraan membuatnya harus menyetir dengan hati-hati."Sumpek, tapi aku kangen," ucap Dia pelan, lebih kepada dirinya sendiri. Ia teringat rutinitas paginya sebelum mengajar dulu-berlari kecil mengejar angkot ke sekolah, membeli nasi uduk di warung pinggir jalan untuk bekal makan siang, atau sekadar berjalan sore bersama rekan-rekan gurunya. Jakarta memang semrawut, tapi kota ini begitu akrab di hatinya. Di sinilah ia menghabiskan masa remaja hingga dewasa mud

    Last Updated : 2025-01-14
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   54. Nyaris Celaka!

    "Minggir semuanya! Saya akan membawa Pak Jaja ke rumah sakit." Pedagang yang dipanggil Kadir, dengan sigap menggendong Pak Jaja. Pasar yang sudah ramai menjadi kian riuh oleh orang-orang yang penasaran dengan keadaan Pak Jaja."Tunggu dulu! Saya mau bicara dengan Pak Jaja!" Nia menghadang langkah Pak Kadir. Ia yakin kalau Pak Jaja hanya berpura-pura."Kamu siapa? Pak Jaja sedang sakit. Minggir! Beri Pak Kadir jalan!" Salah seorang pedagang mendorong Nia yang menghalangi jalan. Nia nyaris terjengkang, kalau Bayu tidak sigap menahan bahunya."Pak Jaja hanya pura-pu—" Nia tidak sempat menyelesaikan kalimatnya, karena Bayu membekap mulutnya."Jangan macam-macam, Nia," desis Bayu dengan suara tertahan. "Ayo kita pergi. Kamu bisa di massa orang kalau mengatakan hal yang aneh-aneh!" Bayu menarik separuh menyeret lengan Nia. Menjauhkannya dari kemarahan para pedagang. "Tapi saya benar, Yu. Pak Jaja itu hanya berpura-pura. Sebelum ia sakit, kami sempat saling bertatapan mata." Nia menjelaskan

    Last Updated : 2025-01-14
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   55. Yang Tak Pernah Padam.

    "Kamu yakin mau tetap ke butik Gunawan Hartanto?" tanya Bayu dengan nada sangsi sambil menimang-nimang remote mobil di tangannya. Mereka baru saja keluar dari UGD rumah sakit. Karena tidak ada luka serius, dokter mengizinkan mereka pulang. Mobil mereka yang ringsek telah dibawa ke bengkel oleh orang suruhan Bayu, setelah diperiksa terlebih dahulu oleh teman Bayu yang seorang penyidik. Kini akan mengendarai mobil Bayu yang baru saja diantar oleh orang suruhannya."Saya sih yakin, Yu. Orang saya baik-baik saja. Yang saya tidak yakin itu, kamu. Luka-luka di tanganmu lumayan juga," Nia bergidik, memandang kedua tangan Bayu yang penuh luka akibat serpihan kaca."Cuma lecet-lecet kecil saja." Bayu berdecak. "Luka kecil seperti ini tidak ada artinya bagi saya," tandasnya ringan."Ya sudah kalau begitu. Kita ke sana saja. Cuma..." Nia melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul setengah empat. Janji temu mereka jelas sudah lewat."Saya sudah mengubah jadwal ke pukul setengah enam, dan G

    Last Updated : 2025-01-15
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   56. Terpesona.

    "Katanya kamu tidak bisa akting. Tapi tadi saya lihat aktingmu saat menghadapi Alika, nyaris sempurna. Kalau menurut istilah perfilm-an sih, watak sekali kamu memerankannya." Bayu melirik Nia yang sedang mengamati isi studio Gunawan Hartanto. Saat ini mereka tengah menunggu Gunawan yang masih berada di lantai dua. "Saya tadi tidak sedang berakting. Saya mengatakan yang sebenarnya," sahut Nia apa adanya. "Jadi beneran kamu bersedia tidak diakui oleh pasanganmu di publik?" Bayu menegaskan maksud kata-kata Nia. Nia mengangguk mantap."Benar. Saya adalah type orang yang lebih mempercayai perbuatan dari pada pengakuan. Selama kami saling cinta dan saling percaya, saya tidak akan menuntut apa-apa. Saya bukanlah type orang berisik," tandas Nia. "Wah, ternyata calon istrimu ini Nia, Yu?" Gunawan Hartanto muncul dari undakan tangga dengan wajah takjub. "Ayo silakan duduk," Gunawan membawa Bayu dan Nia ke meja kerjanya. "Kalau calonmu ini Nia, saya sudah tahu seleranya. Yang jelas bukan sk

    Last Updated : 2025-01-15
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   57. Penyelidikan.

    "Nama lengkap Pak Jaja adalah Jaja Jaelani. Dahulu, beliau bersama istrinya bekerja di UD Gas Pratama Cemerlang, sebuah pabrik korek api rumahan. Namun, pada tahun 2013, pabrik tersebut mengalami kebakaran hebat. Istri Pak Jaja tewas dalam insiden itu bersama dua belas karyawan lainnya. Pak Jaja selamat, begitu pula beberapa puluh pekerja lainnya. Peristiwa kebakaran itu meninggalkan luka batin yang dalam. Banyak korban yang wajahnya rusak parah hingga sulit dikenali, bahkan oleh keluarga mereka sendiri. Karena kondisi fisiknya yang tak lagi sempurna, Pak Jaja akhirnya menghidupi dirinya dengan berdagang buku bekas di pasar."Fathur menyampaikan temuannya itu kepada Bayu dan Nia di sebuah kafe. Bayu memang memintanya bertemu di kafe saja."Soal anak perempuan yang disebut para pedagang pasar, bagaimana?" tanya Nia penasaran."Pak Jaja memang mempunyai seorang anak perempuan. Imah namanya," jawab Fathur. "Tapi anak itu sulit sekali diatur. Imah terpengaruh lingkungan anak-anak punk. Im

    Last Updated : 2025-01-19
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   58. Selangkah Lebih Maju.

    "Eh, lo pada jangan salah kaprah. Nia bukan pacar gue." Indra buru-buru membantah. Namun Teman-temannya tidak mempedulikan bantahan Indra. Mereka langsung memposting foto-foto itu ke dalam grup reuni sekolah. "Benar. Saya bukan pacar, Pak Indra. Saya adalah rekan beliau sesama guru." Melihat Pak Indra kewalahan, Dia turun tangan. Ia tidak mau kesalahpahaman ini semakin berlarut-larut."Waduh, maaf ya, Mbak. Kami terlalu cepat menyimpulkan sesuatu." Seorang pria muda yang sepertinya ketua gank merangkapkan tangan di dada. Gestur meminta maaf. Nia menanggapi permintaan teman Indra dengan senyuman tipis sebelum berlalu. Ia juga memesan taksi online sambil jalan. Ia sudah sangat rindu pada Bu Wardah. ***"Antarkan saja saya ke mess ya, Yu," pinta Nia pada Bayu. Saat ini mereka telah memasuki jalan Cisarua. Semua persyaratan numpang nikah beserta dokumen-dokumennya telah masing-masing mereka kantongi. "Nanti ayahmu marah, Nia. Dari kemarin-kemarin beliau tidak memperbolehkanmu tinggal d

    Last Updated : 2025-01-19
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   59. Interogasi Tipis-Tipis.

    Setelah tiba di kamar, Nia menutup pintu pelan. Ia meletakkan tas travellingnya di sudut ruangan bersama kunci kamar yang diberikan oleh Bu Ningrum. Ia lalu menatap Bu Ningrum yang berdiri gelisah di dekat pintu."Silakan duduk, Bu," ujar Nia sambil menunjuk kursi di dekat meja kecil. Nada suaranya sopan, tapi dingin.Bu Ningrum menurut. Tangannya menggenggam erat ponsel yang dibawanya, seolah-olah ponsel itu bisa memberinya kekuatan."Bu Ningrum, coba ceritakan apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa nama saya dan Bapak disebut-sebut dalam percakapan tadi?" Nia bertanya langsung tanpa basa-basi."Itu... hanya obrolan biasa, Bu," jawab Bu Ningrum gagap. Matanya berusaha menghindari tatapan Nia."Obrolan biasa?" Nia tersenyum samar. "Tadi saya mendengar dengan jelas. Ibu bilang tidak akan memberi tahu saya atau Bapak soal sesuatu. Apa maksudnya itu, Bu Ningrum?" desak Nia lagi.Bu Ningrum meremas-remas tangannya semakin erat. "Sungguh, Bu, itu bukan apa-apa. Saya hanya...""Jangan berbelit

    Last Updated : 2025-01-20
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   60. Mendadak Jadi Detektif.

    Sepeninggal Bu Ningrum, Nia meraih ponselnya. Ia harus mengumpulkan bukti-bukti kejahatan Bu Isnaini dan Kencana. Bukti pertama yang ia periksa adalah rekaman pengakuan Kencana tentang fitnah yang pernah dilakukannya. Bukti kedua, percakapan antara Kencana dan Bu Isnaini mengenai jebakan pernikahan ayahnya.Setelah memastikan file-file tersebut tersimpan aman, Nia segera menelepon Bayu."Halo, Yu. Besok saya butuh bantuanmu," ucapnya serius."Ada apa, Nia?" Suara Bayu di seberang terdengar waspada."Saya ingin kamu menemani saya mengintai Bu Isnaini dan kerabatnya di rumah Bu Ningrum. Cerita detailnya besok saja," jelas Nia. "Oke. Jam berapa kamu ingin saya jemput?""Pukul dua siang di kantor.""Oke."Setelah Bayu setuju, Nia menutup telepon dengan harapan besar. Semoga saja teka-teki ini akan segera menemukan jawabannya.***Matahari sore menyisakan sinarnya yang lembut, membentuk bayang-bayang panjang di sepanjang jalan kecil menuju rumah Bu Ningrum. Jam digital di dasbor mobil me

    Last Updated : 2025-01-20

Latest chapter

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   80. Salah Sasaran.

    "Saya bisa minta tolong, tidak, Nia?" ucap Wahyu sambil meringis."Minta tolong apa?" tanya Nia datar."Saya sakit kepala. Kamu bisa tolong buatkan saya teh hangat, tidak? Bik Sari sudah tidur kelelahan. Saya tidak sampai hati membangunkan mereka," kata Wahyu sambil terus memijat-mijat dahinya."Kamu duduk saja dulu." Nia meletakkan gelasnya di meja.Wahyu pun kemudian duduk, sementara Nia berjalan ke lemari dapur, mencari-cari kantong teh dan gula. Tanpa Nia sadari, Wahyu mengeluarkan botol kecil dari sakunya. Ia kemudian dengan cepat meneteskan cairan bening ke dalam gelas Nia yang belum ditutup. Setelahnya, ia kembali pura-pura sakit kepala dan mengubur wajah di antara kedua tangannya."Kamu tidak keberatan ditinggal Kang Bayu di malam pertama kalian ini?" tanya Wahyu.Kegiatan Dia mencari kantong teh dan gula terhenti. Ia baru tahu kalau Bayu tidak ada di rumah."Tidak masalah. Kami berkomitmen untuk mendahulukan hal-hal yang lebih penting." Nia memberi jawaban yang mengambang. Ia

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   79. Akal Bulus.

    Nia menguap lebar seraya menutup mulutnya dengan tangan. Acara pernikahannya berlanjut dengan resepsi yang diadakan di halaman belakang rumah Bayu yang luas. Ia mulai kelelahan. Semalam ia kurang tidur karena memikirkan konsekuensi dari pernikahannya ini. Ditambah lagi, ia harus mengikuti serangkaian acara tanpa jeda sejak pagi. Stamina tubuhnya mulai menurun."Jangan terlihat terlalu bosan begitu. Nanti orang-orang menyangka kalau kamu tidak bahagia," bisik Bayu tanpa menoleh.Nia menghela napas pelan. "Saya capek, Yu. Duduk dan berdiri terus sepanjang hari.""Saya juga. Tapi saya tidak mengeluh terus sepertimu. Tahan sebentar lagi," omel Bayu.Nia tidak menanggapi. Ia segera berdiri ketika beberapa orang tamu naik ke pelaminan. Ia kembali harus menyalami tamu yang seakan tiada habisnya. Pinggang dan betisnya pegal luar biasa. Pandangannya tertuju pada meja prasmanan di seberang ruangan-ia haus dan butuh minum."Saya haus, Yu. Bantu saya turun.""Saya ambilkan saja di bawah, ya? Gaun

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   78. Menempuh Hidup Baru.

    Nia menunduk. Matanya terasa panas, tetapi ia menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia sekarang sah menjadi istri Bayu. Saat MC membacakan tertib acara berikutnya, yaitu sungkeman, Nia mengikuti dengan hati nelangsa."Akhirnya kamu resmi menjadi istri Bayu. Ayah lega. Sekarang kamu sudah ada yang membimbing dan melindungi." Pak Suhardi mengelus pipi Nia yang lembap. Mendengar harapan besar ayahnya, air mata Nia meleleh. Ia merasa berdosa karena menikah demi kepentingan semata."Lho, kok kamu menangis? Kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini?" bisik Pak Suhardi lirih."Nia menangis karena bahagia, Yah." Nia mencoba tersenyum di antara deraian air matanya."Alhamdulillah kalau memang begitu. Ayah tidak bisa memberi banyak nasihat pernikahan padamu karena pernikahan Ayah sendiri juga berakhir buruk. Ayah hanya mau bilang, tetaplah ada dan saling membersamai bagaimanapun sulitnya. Jangan gengsi untuk meminta ataupun memberi maaf. Saling menyayangilah kalian berdua selamanya." Pak Suhardi

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   77. Tabur Tuai.

    Pak Suhardi duduk di kursi kayu di ruang tengah, wajahnya serius namun tetap tenang. Di depannya, tiga gadis duduk dengan ekspresi berbeda-beda. Nia tampak tenang seperti biasa. Kencana duduk dengan bahu tegak, air mukanya terlihat waspada. Sementara itu, Dahayu, yang biasanya vokal, kali ini tampak gelisah. Ia terus meremas-remas jari-jarinya di pangkuan.Setelah mengamati tiga gadis muda di hadapannya, Pak Suhardi mulai berbicara. Suaranya rendah tapi tegas."Cana, Dayu, hari ini tepat sudah seminggu orang tua kalian ditahan. Apa rencana kalian berdua ke depannya?" Pak Suhardi langsung berbicara pada pokok permasalahan.Ruangan menjadi sunyi. Kencana bertukar pandang dengan Dahayu; mata mereka berbicara dalam diam. Mereka sadar kalau Pak Suhardi ingin mengusir mereka secara halus."Kalian berdua sudah dewasa, jadi sudah bisa bertanggung jawab pada diri sendiri. Lagi pula, saya tidak bisa menampung kalian di sini lama-lama. Kita sudah tidak punya hubungan kekeluargaan lagi," tegas Pa

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   76. Kamu Jual, Aku Beli.

    "Saya sudah meminta izin dan menceritakan soal endors-an pada Bu Aisyah sebagai pemilik panti. Termasuk soal Rudi yang menjadi fotografernya. Bu Aisyah bilang, ia tidak keberatan," jawab Nia tenang. "Bu Aisyah jelas tidak berani menolak, karena ia takut kalau subsisi dari ibu saya, dicabut. Ia mengira kalau kamu adalah bagian dari kami," ungkap Bayu. "Mengenai Rudi, ia juga jelas bersedia. Anak muda puber itu pasti merasa kejatuhan bulan karena diminta memotret wanita pujaannya. Kamu tidak berpikir panjang, ya? Bagaimana kalau foto-fotomu nanti jadi objek fantasi olehnya?" tandas Bayu lagi."Saya sudah meminta Rudi untuk menghapus foto-foto saya setelah ia mengirimkan hasilnya pada saya," potong Nia cepat. "Dan kamu percaya kalau dia benar-benar menghapusnya?" tanya Bayu dengan nada mengejek. "Saya percaya. Rudi menghapusnya di hadapan saya," sahut Nia yakin. Mendengar kata-kata Nia, Bayu tertawa. Perempuan memang mudah dipedaya. "Oh ya, apa kamu juga meminta izin anak-anak kala

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   75. Prasangka.

    Nia baru saja selesai live di media sosialnya untuk menjual tas-tas preloved titip jualnya. Ia menutup siaran dengan senyum lebar, lalu meletakkan ponselnya di meja. Sambil membereskan ring light dan menyusun kembali tas-tas yang tersisa, ia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya."Hampir semua terjual!" gumamnya penuh semangat. Tangannya bergerak cepat merapikan alat-alat live, sementara pikirannya masih dipenuhi euforia. Notifikasi pembayaran tas yang masuk, berdenting di ponselnya, menambah rasa puas yang meluap-luap. Hari ini ia benar-benar sukses berjualan."Astaga, sudah pukul dua belas siang." Nia teringat pada tugas rutinnya di hari Minggu, yaitu melakukan bakti sosial seperti perjanjiannya dengan Bayu. Minggu ini, ia akan kembali mengunjungi Panti Asuhan Al-Mahramah. Ia menyukai kerja bakti ke panti asuhan ini karena ia menyayangi anak-anak panti yang manis seperti Aliya, Wita, maupun Didit yang pemalu.Nia membuka lemari untuk mengganti pakaian. Saat melihat sebuah blus ca

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   74. Tertangkap.

    Nia baru saja membuka laptop ketika terdengar keributan dari paviliun sayap kanan. Penasaran, ia segera membuka jendela dan melongok ke arah paviliun yang kini dihuni oleh ibu serta adik-adik tirinya. Di sana, ia melihat sebuah mobil polisi terparkir, sementara beberapa aparat berseragam mondar-mandir di depan paviliun.Nia langsung berlari ke sana. Ia tak menyangka penyidik akan bergerak secepat ini. Saat tiba, tampak beberapa tetangga menyalakan lampu teras, berbisik-bisik dengan nada rendah."Bu, ada apa ini? Kenapa Ibu ditangkap polisi?"Di tengah kerumunan, Nia melihat Kencana dan Dahayu menangis histeris, berusaha meraih tangan Bu Isnaini yang kini diborgol."Bu, tolong jelaskan! Kenapa Ibu ditangkap?" Kencana dan Dahayu terus mengikuti ibunya, yang digiring menuju mobil polisi."Ibu kalian telah melakukan perbuatan kriminal. Karena itu, ibu kalian harus bertanggung jawab atas perbuatannya."Nia terperanjat saat melihat ayahnya melangkah keluar dari paviliun, diiringi beberapa p

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   73. Sakit Hati.

    Nia berkendara sambil memandang keindahan alam. Siang ini berencana mengunjungi Bayu di pabrik susunya. Setelah berpikir semalam suntuk, Nia memutuskan untuk bertanya baik-baik pada Bayu mengenai perubahan sikapnya. Dirinya bukanlah type orang suka berprasangka. Demi mendukung niat baiknya, ia juga membawa rantang empat susun, berisi makanan yang ia masak sendiri. Mudah-mudahan Bayu menghargai usahanya. Saat maps menunjukkan bahwa PT Dairy Indofood tidak jauh lagi, Nia melambatkan laju kendaraan. Selama lima bulan di sini, ia memang tidak pernah sekalipun mengunjungi PT Dairy Indofood, pabrik milik keluarga Bayu. Oleh karena itu, ia tidak tahu lokasi pastinya.Memasuki pintu gerbang pabrik, Nia melambatkan laju kendaraan. Ada pos satpam yang dijaga oleh dua orang di sana. Seorang satpam segera menghampiri, sementara satunya lagi tetap berjaga di tempat. "Selamat siang, Bu. Ada keperluan apa Ibu ke sini?" Pak Satpam bertanya sopan namun tegas. "Saya ingin bertemu dengan Pak Bayu. Ap

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   72. Tipu Muslihat.

    "Berhubungan dengan ayah? Ada apa memangnya, Yu?" Sekarang Nia lah yang menjadi tegang. "Saya baru menerima kabar dari Fathur. Ia bilang jati diri Pak Jaja yang sebenarnya sudah terkuak. Laki-laki yang selama ini menyamar sebagai Pak Jaja, adalah Dadang Suparna." Bayu mengeja sebuah nama pelan-pelan. Ia ingin melihat reaksi Nia. Apakah Nia mengenal nama itu. "Dadang Suparna. Sepertinya nama itu familiar," gumam Nia sambil berpikir. Mendadak air mukanya berubah. Ia teringat sesuatu!"Dadang Suparna itu kan nama mantan suami Bu Isnaini." Nia merasa surprise sendiri. Bayu mengangguk. Ternyata Nia bisa menangkap benang merahnya."Benar. Ternyata Pak Dadang tidak meninggal dalam musibah kecelakaan truknya waktu itu. Yang meninggal sebenarnya adalah Pak Entis, kernetnya," terang Bayu lagi."Astaghfirullahaladzim. Pantas laki-laki itu memperingati saya agar menjauhi ayah. Ternyata ia adalah ayah kandung Kencana dan Dahayu." Nia kini mengerti maksud dari ancaman laki-laki tua itu. Pak Dadan

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status