Home / Romansa / (Bukan) Gadis Matre sang Juragan / 17. Kecemburuan Kencana.

Share

17. Kecemburuan Kencana.

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2024-12-23 13:29:35

"Ayah tidak menyangka kalau kamu tidak gentar menghadapi mereka semua tadi, Nia. Ayah sangat bangga padamu." Sembari menyendok ikan balado, Pak Suhardi kembali memuji Nia.

"Ya ampun, Yah. Kita ini sedang makan lho. Cana hitung sudah tujuh kali Ayah menceritakan hal yang sama. Apa tidak ada topik yang lain, Yah?" cetus Kencana kesal. Hatinya panas mendengar ayahnya terus saja memuji-muji sang kakak tiri.

"Cana," Bu Isnaini memperingati sang putri dengan hanya memanggil namanya.

"Maksud Cana, entah Ayah menceritakan soal bagaimana cara Ayah meyakinkan para peternak untuk membubarkan diri, atau kesepakatan apa yang telah kedua belah pihak setujui. Biar Cana nantinya bisa belajar. Begitu lho maksud Cana, Yah." Kencana dengan cepat meralat ucapannya setelah melihat delikan mata sang ibu. Kalau tidak demi menyenangkan hati ayahnya, sudah dari tadi ia meninggalkan meja makan. Telinganya pengeng karena terus menerus dijejali pujian tentang Nia.

"Oh, ya seperti yang Ayah ceritakan dari awal.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   18. Dia Lagi!

    "Selamat pagi, Pak. Kita berangkat sekarang?" Bayu menyapa Pak Suhardi sopan. Sedangkan kepada Nia, Bayu hanya melirik sekilas. "Iya, Yu. Eh, Bapak mau tanya, bukannya seharusnya Wahyu yang akan berangkat ke Jakarta? Ayahmu kemarin bilang, Wahyu akan menyelesaikan beberapa pekerjaan kantor.""Seharusnya sih, Pak. Cuma Wahyu tadi bilang, ia ingin di sini saja menemani Kencana di pabrik. Ya sudah, saya saja yang mengurus pekerjaan kantor di Jakarta." Bayu menjelaskan secara singkat. Mendengar jawaban Bayu, Nia meringis. Perjodohan Bayu dan Kencana sepertinya tidak mudah. Ada aroma cinta segitiga antara Kencana, Bayu dan juga Wahyu. "Oh begitu toh. Ayo kita berangkat sekarang. Biar tidak kesiangan sampai di Jakarta." "Tasnya saja saja yang membawa, Pak," tawar Bayu. "Tidak usah. Tas segini, ringan kok. Bapak belum tua-tua amat." Pak Suhardi menolak. Lima menit kemudian mobil melaju perlahan meninggalkan Citeko. Nia menatap ke depan dengan harapan besar. Ia akan menyelesaikan semua p

    Last Updated : 2024-12-23
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   19. Bertemu Bandot Tua.

    "Oh, itu Bayu, Bu. Anak sahabat Ayah saya." Dengan sedikit enggan, Nia menjelaskan jati diri Bayu kepada Tante Titik."Oh, pantesan," ujar Tante Titik singkat, nada bicaranya penuh pengertian."Mungkin Ayah saya sedang ada keperluan, jadi Bayu yang menjemput," tambah Nia, mencoba terdengar wajar meskipun ada rasa tidak nyaman.Sejurus kemudian, Bayu masuk ke ruang tamu. Ia mengangguk singkat ke arah Tante Titik dan menyapa formal."Selamat sore, Bu. Saya Bayu." Bayu memperkenalkan diri. Suaranya tegas namun sopan."Sore juga, Bayu. Saya Titik. Panggil saja Tante Titik. Mau menjemput Nia, ya?" Tante Titik bertanya ramah, senyumnya mengembang."Iya, Tante. Pak Suhardi sedang ada sedikit urusan, jadi saya menggantikannya," jawab Bayu singkat, nyaris tanpa ekspresi."Karena sudah dijemput, saya pamit pulang ya, Tante," potong Nia cepat. Ia tidak ingin memperpanjang basa-basi."Baiklah. Nak Bayu, tolong bantu Nia membawa box-box ini ke mobil, ya," pinta Tante Titik dengan nada menghimbau.

    Last Updated : 2024-12-24
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   20. Amarah Bayu.

    "Saya... saya..." Nia makin gugup saat Pak Abdi mendekatkan wajahnya. Napas memburu Pak Abdi mengingatkannya akan malam-malam mengerikan di waktu lalu -malam di mana ibunya pulang syuting atau mabuk-mabukan di antar oleh laki-laki yang berbeda-beda. Para lelaki itu selalu mencari cara untuk mendekatinya. Sedari remaja dan dewasa muda, ia kerap diganggu oleh pacar-pacar maupun rekan-rekan kerja ibunya."Saya... saya... apa, Sayang?" Pak Abdi menggoda Nia dengan kedipan mata.Jangan lagi. Ia tidak mau lagi mengalami hal seperti ini. Ia sudah dewasa sekarang. Ia bisa melawan!"Jangan sentuh saya!" Nia berteriak sekuat tenaga. Bayangan tangan-tangan gemuk berbulu yang berebutan ingin menjamahnya membuatnya histeris."Lho... lho... lho... kok ngamuk? Saya belum menyentuhmu, lho, Cantik. Saya cuma—""Argh! Kamu siapa? Lepaskan saya!"Pak Abdi berteriak kesakitan saat seseorang tiba-tiba menarik dan memutar pergelangan tangannya."Jangan memperlakukan perempuan dengan kelakuan kampungan sepe

    Last Updated : 2024-12-24
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   21. Pengagum Rahasia.

    Nia tersenyum saat banyak pengikut yang men-DM-nya. Rata-rata dari mereka ingin tahu harga-harga tas yang ia spill tipis-tipis. Ketika makanan yang dipesan datang, ia menyantapnya dalam diam. Ia tidak mempedulikan obrolan Bayu beserta dua temannya."Menurut pendapat Nia bagaimana?" Tiba-tiba saja Niko bertanya pada Nia."Heh, bagaimana apanya?" Nia, yang memang tidak menyimak obrolan, balik bertanya."Jangan mulai lagi, Nik. Nia tidak tahu-menahu soal dunia usaha. Nia tahunya belanja saja." Bayu mendecakkan lidah. Sebenarnya, ia muak sekali melihat Nia yang terus-menerus menscroll berbagai macam model tas di ponselnya. Gadis ini pasti ingin membeli tas lagi. Nafsu belanjanya memang di luar nalar.Nia meneguk minumannya hingga tandas. Bayu memang tidak pernah menganggapnya berotak."Jangan judgmental begitu dong sama pacar sendiri, Yu. Siapa tahu Nia punya pandangan lain." Sekarang, giliran Leo yang membela. Sikap underestimate Bayu terhadap Nia membuat Leo merasa kasihan."Kami tidak

    Last Updated : 2024-12-25
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   22. Siapa Dia?

    "Ibu Berta ini adalah kreditur terakhir yang harus Ayah bayar, bukan?" bisik Pak Suhardi lirih sebelum mentransfer sejumlah dana kepada Ibu Berta. Saat ini mereka berada di rumah Ibu Berta, rentenir yang meminjamkan ibunya dana sejumlah dua ratus lima puluh juta rupiah dengan jaminan kalung dan cincin berliannya. Kini mereka harus membayar empat ratus lima puluh juta beserta bunganya."Iya, Yah," Nia balas berbisik. Saat ini Ibu Berta tidak ada di rumah. Rita, anak perempuannyalah yang mewakili ibunya."Baik. Ayah akan transfer sekarang." Pak Suhardi menekan beberapa tombol di ponselnya. Dalam sekejap, uang pun berpindah ke rekening Ibu Berta."Oke. Uangnya sudah masuk, kata ibu saya. Ini barang jaminannya." Rita memberikan sebuah kotak beludru berwarna merah. Nia membuka kotak itu dengan hati-hati. Kalung berlian dan cincin berbentuk hati ada di dalamnya, berkilauan indah. Ibunya menggadaikan kalung dan cincin hadiah dari ayahnya. Syukurlah, barang-barang itu kini telah kembali pada

    Last Updated : 2024-12-25
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   23. Duo Racun.

    "Teh Nia benar-benar tidak tahu diri ya, Bu?" Dahayu menarik kursi dapur kasar. Ia tidak tahan melihat pemandangan di depan. Di mana kakak tirinya turun dari mobil dengan membawa box-box besar berisi puluhan tas mewah. "Tidak tahu diri kenapa sih, Nak?" tanya Bu Isnaini lembut. Ia tengah membuat kopi untuk suaminya tercinta. "Ibu ini bagaimana sih? Apa Ibu tidak melihat Teh Nia membawa pulang puluhan tas mewah? Mana ayah dan Kang Bayu mau-mau saja lagi mengangkati tas-tas itu. Teh Nia membuat Ayah dan Kang Bayu seperti kacungnya saja!" Dahayu memukul meja gemas. "Eh... eh... eh... anak perempuan tidak boleh kasar begitu. Tetehmu itu anak kandung ayahmu. Wajar kalau ayahmu menyayanginya. Kamu yang bukan anak kandungnya saja ayahmu sayang kok. Sabar ya, Nak?" bujuk Bu Isnaini sambil mengaduk kopi."Ayah sekarang berubah, Bu," keluh Dahayu seraya menghempaskan pinggulnya ke kursi."Berubah bagaimana? Ibu ke depan dulu ya? Mau menyambut ayahmu sekalian menghidangkan kopi." Bu Isnaini m

    Last Updated : 2024-12-26
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   24. Fitnah Keji!

    "Astaga, ada kekacauan apa di sini?" Pak Suhardi memandang sekeliling. Ketika melihat figura yang hancur berkeping-keping ia memandang penampilan dua anaknya yang acak-acakan. Hanya Dahayu yang tetap rapi."Begini, Yah. Teh Cana me—""Cana yang salah, Yah." Kencana dengan cepat memotong cerita sang adik."Cana tadi tidak sengaja meletakkan box agak kasar. Soalnya kaki Cana tersandung karpet. Teh Nia marah. Katanya box itu isinya tas-tas mahal." Kencana menyeka lelehan air matanya."Lantas, apa yang terjadi? Kenapa figura itu bisa pecah?" Pak Suhardi berjongkok di samping Kencana sambil menunjuk sepihan kaca di lantai yang sebagian mengenai karpet bulu. Bu Isnaini ikut jongkok di sebelahnya. Ia mengelus-elus bahu sang putri dengan usapan menenangkan."Teh Nia tidak percaya kalau Cana tersandung. Katanya, Cana sengaja merusaknya karena Cana iri. Teh Nia mendorong Cana ke tembok. Makanya kening Cana jadi begini." Kencana menyibak poninya. Memperlihatkan keningnya yang memar. Bu Isnaini t

    Last Updated : 2024-12-26
  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   25. Pindah Ke Tempar Baru.

    Nia baru selesai mandi saat mendengar pintu kamarnya diketuk."Siapa?" tanya Nia tegang. Energinya sedang habis. Ia tidak siap saat jikalau harus berseteru entah dengan siapa pun lagi."Saya, Neng, Bik Titin."Syukurlah. Yang datang ternyata bukan musuh-musuhnya.Nia membuka pintu kamar. Bik Titin berdiri di ambang pintu. Tangannya membawa baki yang berisi obat-obatan."Bibik obati lukanya ya, Neng? Ini bibik bawain obat antiseptik dan betadine untuk membersihkan luka di kepala Neng Nia," kata Bik Titin. "Tidak usah, Bik. Saya sudah mengobatinya sendiri. Saya membawa obat-obatan sendiri dari Jakarta kok." Nia menolak sopan. "Oh, sudah diobati toh. Kalau begitu Bibik permisi dulu." Bik Titin pun berlalu. Nia yang tadinya akan menutup pintu menghentikan gerakannya. Samar-samar ia mendengar Bik Titin sedang berbicara dengan seseorang."Kok obatnya dibawa lagi, Tin?""Kata Neng Nia, sudah diobati sendiri, Pak.""Oh. Tapi tetap dipantau keadaannya ya, Bik? Anak itu memang keras hati sepe

    Last Updated : 2024-12-27

Latest chapter

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   102. Akhir Bahagia (End)

    Nia tersenyum haru. Bayu sudah lulus ujian. Selama bulan-bulan terakhir ini, ia memang sengaja memperlakukan Bayu dengan buruk. Ia memberi Bayu begitu banyak tekanan dan juga sikap yang tidak menyenangkan. Ia kira, pada akhirnya kira Bayu akan menyerah dan meninggalkannya. Ternyata Bayu pantang menyerah dan sabar menghadapinya. "Saya juga mencintaimu kok, Yu. Hanya saja saya memilih mencintaimu dalam diam, dalam kesendirian dan dalam mimpi." Nia akhirnya membuka isi hatinya. Bayu terhenyak. Ia bengong sesaat karena mengira pendengarannya bermasalah. "Kamu bilang apa, Nia? Coba u... ulangi." Bayu membersihkan kedua telinganya dengan jari telunjuk. Ia ingin mendengar pengakuan cinta Nia dengan sejelas-jelasnya. Nia pun dengan senang hati mengulangi pernyataan cintanya. "Kenapa harus begitu, Nia?" tanya Bayu dengan suara parau. Keromantisan Nia dan Bayu membuat ruang bersalin hening sejenak. Dokter Widya membuat gerakan menggeleng pelan, saat perawat ingin memindahkan Nia ke ruang pe

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   101. Lahirnya Baskara Ilmani.

    Dua Bulan Kemudian - Rumah SakitBayu berlari menyusuri lorong rumah sakit, jantungnya berdegup kencang. Kedua orang tuanya, Bu Sekar dan Pak Jafar, mengikuti di belakangnya dengan wajah cemas. Pak Suhardi sudah menunggu mereka di depan ruang bersalin, wajahnya diliputi kekhawatiran."Bagaimana Nia, Pak?" Bayu bertanya dengan napas tersengal. Ia mengoper pekerjaan di Jakarta pada Wahyu di Jakarta langsung ke Cisarua. "Masih berjuang, Nak. Sudah hampir lima jam." Suara Pak Suhardi terdengar bergetar. Hatinya juga sangat risau.Sekonyong-konyong terdengar suara jeritan tertahan dari ruang bersalin, berikut instruksi-intruksi dari dokter. Bayu mengenali jeritan kesakitan menyayat hati itu. Suara Nia! Bayu mengepalkan tangan, matanya mulai memanas. "Apa saya boleh masuk ke dalam, Pak ?" tanya Bayu khawatir. "Walau kami sudah bercerai, tapi anak yang akan Nia lahirkan adalah darah daging saya. Tolong, beri saya kesempatan untuk mendampingi Nia, Pak." Bayu meminta izin Pak Suhardi."Perg

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   100. Aku Akan Menujumu.

    Nia duduk di sofa faviliun dengan ekspresi tenang, meskipun jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tahu pertemuan ini tidak akan mudah. Dan benar saja, ketika Bayu dan kedua orang tuanya memasuki ruangan, tatapan Bu Sekar langsung tertuju pada perutnya yang membukit.Bu Sekar menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya langsung berkaca-kaca. Ia pun segera menghampiri Nia di sofa dan duduk di sampingnya."Ya Tuhan…" bisiknya dengan suara bergetar. "Aku benar-benar akan menjadi seorang nenek," bisik Bu Sekar penuh perasaan.Pak Jafar yang berdiri di samping Bu Sekar menghela napas panjang. Ia ikut terharu akan menjadi seorang kakek. Selain itu, ia sangat lega. Karena setelah ditemukannya Nia, Bayu jadi kembali bersemangat. Hidupnya menjadi lebih terarah. Bayu sendiri walau diam, tapi sorot matanya penuh rasa haru. Sejak masuk ke dalam faviliun, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Nia. Sinar cinta tidak bisa disembunyikan dari tatapan matanya.Bu Sekar meraih tangan

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   99. Rekonsiliasi.

    Nia duduk di sofa faviliun dengan ekspresi tenang, meskipun jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Ia tahu pertemuan ini tidak akan mudah. Dan benar saja, ketika Bayu dan kedua orang tuanya memasuki ruangan, tatapan Bu Sekar langsung tertuju pada perutnya yang membukit.Bu Sekar menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya langsung berkaca-kaca. Ia pun segera menghampiri Nia di sofa dan duduk di sampingnya."Ya Tuhan…" bisiknya dengan suara bergetar. "Aku benar-benar akan menjadi seorang nenek," bisik Bu Sekar penuh perasaan.Pak Jafar yang berdiri di samping Bu Sekar menghela napas panjang. Ia ikut terharu akan menjadi seorang kakek. Selain itu, ia sangat lega. Karena setelah ditemukannya Nia, Bayu jadi kembali bersemangat. Hidupnya menjadi lebih terarah. Bayu sendiri walau diam, tapi sorot matanya penuh rasa haru. Sejak masuk ke dalam faviliun, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Nia. Sinar cinta tidak bisa disembunyikan dari tatapan matanya.Bu Sekar meraih tangan

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   98. Belajar Ikhlas.

    Sebenarnya ada banyak hal yang ingin ia tanyakan pada Nia, tetapi suaranya terhenti di tenggorokan.Nia tetap berdiri di sana, tersenyum tipis, tanpa dendam atau amarah. Ia sudah mengikhlaskan semuanya."Sudah ya, saya harus ke kantor guru. Setelah beristirahat sebentar saya harus mengajar kembali," kata Mia, menjauh. Elusan tangan Bayu pun terlepas."Baiklah. Bisakah kita bertemu lagi? Ada banyak hal yang ingin saya bicarakan," pinta Bayu penuh harap."Bisa saja. Tapi harus disesuaikan dengan jadwal saya," jawab Nia setelah menimbang-nimbang sesaat."Kalau begitu, bolehkah saya meminta nomor ponselmu yang baru? Saya membutuhkannya untuk mengatur jadwal denganmu.""Kamu telepon saja Ayah. Nanti Ayah pasti akan menyampaikan pesanmu."Nia menolak memberikan nomor ponselnya."Satu pertanyaan lagi, Nia. Apakah kamu membenci saya?" tanya Bayu harap-harap cemas.Nia mengerutkan kening sesaat sebelum menggeleng mantap. "Tidak."Alhamdulillah."Tepatnya, saya tidak memiliki perasaan apa pun l

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   97. Pertemuan.

    Di sebuah sekolah dasar swasta, Budi Pekerti, anak-anak berseragam merah putih duduk dengan tertib. Mereka tengah menunggu kedatangan guru Bahasa Inggris yang sangat mereka sukai.Beberapa saat kemudian, guru yang mereka tunggu-tunggu akhirnya datang. Dengan senyum manis, guru favorit anak-anak kelas dua itu masuk dengan sebuah buku panduan di tangannya."Good morning, class," Nia menyapa murid-muridnya. Sudah empat bulan ini, ia mengajar Bahasa Inggris di sekolah Budi Pekerti."Good morning, Mrs. Nia," murid-murid menjawab serempak."Oke. Today, we are going to learn new words. Does anyone know what 'apple' means in Indonesian?" tanya Nia kepada murid-muridnya.Fuji—salah satu muridnya—mengangkat tangan."Yes, Mrs! 'Apple' is 'apel' in Indonesian," jawabnya dengan yakin."Very good, Fuji! Now, repeat after me. Apple.""Apple," seluruh kelas mengikuti.Bayu berdiri diam di luar kelas. Matanya tak berkedip menatap Nia—mantan istrinya—yang sedang mengajar. Ia tidak menyangka bahwa tempa

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   96. Takdir dan Cinta.

    "Suhar..." Suara Bu Sekar pecah."Aku mohon... Bayu sudah seperti orang gila enam bulan ini! Ia tidak bekerja, tidak peduli dengan kesehatannya. Tidak ada yang ia pikirkan selain mencari Nia!"Pak Suhardi menarik napas panjang. Hatinya resah. Ia bisa membayangkan bagaimana keadaan Bayu.Bu Sekar menelan ludah, air matanya menggenang."Bayu depresi, Hardi. Aku takut kalau dia sampai menyakiti dirinya sendiri. Bayu hanya ingin menemui Nia sekali saja, Har. Satu kali saja."Hening. Di ujung telepon, Pak Suhardi mengusap wajahnya, serba salah. Ia tahu Nia sangat tersakiti, dan ia sudah berjanji akan melindungi putrinya itu dari segala hal yang membuatnya menderita. Namun, di sisi lain, ia juga melihat bagaimana Bayu benar-benar berubah."Aku akan mengatakan satu rahasia yang selama ini aku pendam semampuku, Har." Suara Bu Sekar bergetar."Apa itu, Sekar?" Suara Pak Suhardi terdengar khawatir."Aku menderita kanker pankreas stadium tiga, Har.""Astaghfirullahaladzim. Berarti pertemuan kit

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   95. Patah Hati.

    Enam bulan kemudian.Hujan deras menyelimuti Cisarua sore itu, menciptakan kabut tipis di sepanjang jalanan desa yang sepi. Bayu turun dari mobilnya dengan langkah gontai, membiarkan hujan membasahi tubuhnya yang sudah kedinginan. Rambutnya lepek, wajahnya pucat, dan tubuhnya lebih kurus dari terakhir kali ia menginjakkan kaki di rumah ini.Di beranda, Bu Sekar berdiri dengan payung di tangan. Wajahnya sendu saat melihat putranya dalam keadaan menyedihkan. Tanpa berkata apa-apa, ia meraih tangan Bayu dan menariknya masuk ke dalam rumah."Ya ampun, Bayu. Enam bulan lamanya kamu tidak pernah ke sini, sekarang kamu datang dalam keadaan seperti ini?" Bu Sekar menyambut sang putra dengan tatapan prihatin.Bayu tidak menjawab. Ia hanya berdiri diam, menatap kosong ke seantero rumah yang dulu terasa hangat karena ada Nia di dalamnya. Namun, kini semua hanya tinggal kenangan."Kau menyiksa diri sendiri, Nak. Lihat dirimu... Kamu bahkan lebih mirip gelandangan sekarang." Bu Sekar memandu putra

  • (Bukan) Gadis Matre sang Juragan   94. Jangan Sakiti Hatiku Lagi.

    "Saya cemburu," ucap Bayu pelan, nyaris seperti bisikan.Nia mengernyit. "Apa maksudmu?"Bayu menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan Nia."Semua kekacauan ini, ketidakmasukakalan sikap saya, diawali oleh rasa cemburu," ulang Bayu, kali ini dengan suara lebih keras."Setiap kali saya melihatmu dekat dengan pria lain, saya tidak bisa berpikir jernih. Makanya, semua jadi kacau."Nia diam, namun ia tetap mendengarkan curahan hati Bayu.Bayu menarik napas panjang, menguatkan hatinya untuk terus mengeluarkan isi hatinya."Kamu ingat tidak saat saya melamarmu dulu? Saya bilang pada ayahmu kalau saya jatuh cinta padamu sejak melihatmu turun dari bus. Itu semua benar, Nia. Saya memang sudah menginginkanmu sejak saat itu. Namun, saya gengsi untuk mengakuinya. Karena...""Karena kamu menganggap saya yang penuh dosa ini tidak pantas untukmu yang suci, murni, tak bernoda, bukan?" potong Nia cepat.Bayu kembali menghela napas panjang. Walau terdengar memalukan, ia harus jujur."Benar. S

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status