Beranda / Rumah Tangga / Bukan Dokter Cinta / Bab 12 Kediaman Tuan Besar

Share

Bab 12 Kediaman Tuan Besar

Penulis: Sisca W.
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-31 17:33:11

“Selamat malam semuanya! Selamat datang untuk para undangan!” Suara Gilang menggelegar di halaman belakang kediaman Johan Pramono karena pengeras suara yang disediakan. Ia hadir sebagai tamu undangan dan juga sebagai pembawa acara. Ia berdiri di podium kecil yang tingginya mungkin sekitar setengah meter.

“Karena seluruh tamu undangan sudah hadir, sebelum kita memulai acara pada malam hari ini, alangkah baiknya kita memanjatkan doa memohon kelancaran acara ini hingga selesai nantinya. Berdoa mulai.” Seluruh tamu undangan bersama-sama memanjatkan doa lalu mengakhiri bersama yang dipandu oleh Gilang, “Berdoa selesai.”

Acara makan malam ini terkesan sangat mewah bagi Wenda karena halaman belakang rumah Pak Johan disulap sedemikian rupa menjadi sangat indah. Lampu-lampu gantung berwarna kuning menghiasi seluruh taman. Kursi dan meja bundar tertata rapi sebanyak sebelas set, sesuai dengan jumlah kepala keluarga yang hadir di sini. Di kejauhan, tampak meja panjang yang diatasny
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 13 Tuan Muda

    Sesi perkenalan keluarga hanya tinggal keluarga Pak Agus saja. Wenda dan Santi yang baru saja kembali dari toilet langsung diminta ayahnya untuk segera menyusul mereka ke depan. Mereka pun naik ke atas podium dan memperkenalkan diri dimulai dari Pak Agus lalu berurutan sampai yang paling kecil. Seluruh pasang mata memandang mereka satu per satu saat memperkenalkan diri.“Perkenalkan nama saya Wenda Marinka Putri. Panggil saja saya Wenda, sa-“ Wenda terbata dan menghentikan bicaranya. Matanya terpaku kepada pria yang sedari tadi menatapnya. Pria itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan bersandar ke kursi. Matanya terus memperhatikan Wenda dari ujung kepala hingga ujung kaki. Seolah sedang menilai Wenda bak model yang sedang memperagakan busana. Pria itu tak lain dan tak bukan adalah David.‘Sialan! Ngapain sih ngliatinnya gitu banget! ‘ batin Wenda yang geram dengan sikap David.“Wen, kok brenti?” Ibu menyadarkan Wenda dari amarahnya. “Ma-maaf. Saya put

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-02
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 14 Nenek

    “Bu, ACnya dingin ya!” ucap Monic kegirangan.“Iya, Bu! Ayah suruh beli mobil ini dong, Bu!” sahut Santi menambahi.“Ssssstt!” Bu Tiwi menutup mulut mereka dengan kedua tangannya. “Maaf ya Mas David!”“Nggak papa, Bu.” balas David tersenyum sambil menginjak pedal gas perlahan. Wenda yang duduk di jok penumpang depan merasa sedikit malu melihat tingkah norak kedua adik perempuannya. Ya, maklum saja, mobil yang mereka miliki memang tidak senyaman dan secanggih kepunyaan keluarga kaya ini.“Om, itu ada musiknya nggak?” tanya Santi dengan polosnya masih memanggil David dengan sebutan itu. Wenda yang mendengarnya langsung memalingkan wajahnya ke arah kaca jendela. Menahan senyum gelinya dengan menggigit kedua bibirnya.“Husssh! Jangan panggil Om! Panggil Mas David!” bisik Bu Tiwi dengan panik kepada Santi. Santi yang kebingungan hanya bisa celingukan bergantian memandang ibunya yang sudah memelototinya dan jok penumpang depan yang diduduki oleh Wenda.“Santi

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-03
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 15 Cerewet

    Sore hari di sebuah café yang unik. Desain interiornya klasik ala Eropa. Menambah kenyamanan bagi para pengunjungnya. Wenda duduk sambil meminum minumannya dan menatap ke arah David yang berdiri di kejauhan membelakanginya. Dia sedang menelepon seseorang di sana. Mungkin salah satu pegawai di kantornya.Wenda enggan melepaskan pandangan matanya dari pria itu. Sambil bertopang dagu, Wenda menyapu tatapan ke pria itu dari ujung kepala hingga ujung sepatu hitamnya sebelum ia berbalik badan dan bisa saja memergoki apa yang tengah Wenda lakukan. David mengenakan setelan jas berwarna abu-abu yang membuatnya terlihat semakin gagah. Punggungnya begitu bidang dan lebar. Wenda masih tak habis pikir jika lelaki itu dulu adalah anak yang tambun. Wenda sudah lama tak merasakan pergi berduaan saja dengan seorang lelaki. Terakhir yang dia ingat sudah sejak lulus SMA. Wenda terpaksa putus dengan pacarnya di awal semester saat kuliah karena pacarnya kuliah di kota yang berbeda dengannya da

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 16 Bangkai yang Tercium

    Wenda bersenandung merdu mengikuti alunan musik yang didengarnya di mobil. Ia menyusuri jalanan menuju rumahnya. Ia tidak jadi mengantarkan Bos Muda itu kembali ke kantornya. David memilih menaiki taksi online daripada harus merepotkan Wenda. Jika hal itu menjadi pilihan pada akhirnya, Wenda tak perlu repot menawarkan diri untuk mengantarnya kembali ke kantornya.Tetapi, tak apalah, nongkrong di café tadi menghasilkan buah tangan untuk keluarganya. Pizza enak sebagai camilan di malam hari. Terngiang kembali obrolan mereka di cafe tadi sewaktu Wenda bertanya apakah David sudah punya pacar atau belum. “Memang kenapa jika aku sudah punya dan kenapa jika aku belum punya?” David bertanya dengan menatap lekat ke arah dua manik mata Wenda.“Ti-tinggal jawab aja, Mas. Tidak usah bertanya balik dan berbelit-belit.” ucap Wenda sangat gugup. Ia menjadi salah tingkah karena David tak melepaskan genggaman terlebih kini menatap dalam tepat di kedua matanya. “Kamu suka ya sam

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-04
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 17 Secret Mission

    “Malam Ma.” David menyapa Bu Tina usai dipersilakan masuk ke kamarnya. David melihat ibunya sedang duduk di depan meja rias. “Belum tidur, Nak?” tanya Bu Tina menatap putranya dari pantulan cermin sambil mengoleskan krim wajah. “Belum. Papa kemana?” David menjawab sambil memegang kedua pundak ibunya.“Biasa, di ruang kerja.”“Ma, sekali lagi makasih ya, udah mau bujuk Papa buat nunda perjodohan itu.” ucap David tersenyum lalu mencium ujung kepala ibunya. “Iya, sama-sama. Tapi bukan berarti kamu bisa ingkar janji sama kita, ya.” Bu Tina membalasnya dengan mengelus tangan putra kesayangannya itu yang masih memegang bahunya dengan hangat. “Iya, Ma.” David berjalan menuju ranjang yang begitu mewah dan besar lalu duduk di sana. “Ma, makasih juga buat acara makan malam minggu yang lalu.”“Justru Mama yang makasih. Berkat ide kamu, pegawai di rumah yang selama ini kerja sama kita bisa seneng-seneng bareng sama kita.” sahut Bu Tina dengan wajah yang s

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 18 Wenda

    David memang sangat berambisi ingin menjadi Pewaris Tunggal menggantikan ayahnya di perusahaan. Namun perjalanan itu tak berjalan mulus begitu saja. Saat ini ia merasa semua berjalan tak seperti yang ia harapkan. Perjodohan dari orang tuanya dan kekecewaan atas hubungannya dengan Sandra telah memenuhi memori dalam otaknya. Bagaimana kini semua hal yang ia inginkan tak bisa dengan mudah ia dapatkan seperti dulu. Putus asa dan frustasi benar-benar membuatnya tak bisa bekerja dengan baik. Ia lelah dan penat.Solusi instan dan sesaat untuk perasaannya yang penat saat ini ialah pergi sejenak entah ke mana kaki melangkah. Melihat café yang jarang ia kunjungi padahal tempat itu terletak di kantornya sendiri menjadi daya tariknya saat ini. Dengan santai ia berjalan sambil melihat ke dalam balik kaca café yang tak terlalu luas itu. Banyak karyawan-karyawannya yang sedang rehat dan berbincang di sana.“Maaf.”Seorang wanita hampir saja menabrak David ketika ia hendak masuk ke c

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-05
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 19 Ide Gila

    Gilang benar-benar tak menyangka bahwa David akan berpikiran segila itu. Ia merasa lebih baik David bermain-main saja dengan wanita yang dia mau seperti dulu, daripada harus melakukan ide gila itu. Gilang memijat kedua keningnya usai mendengarkan semua kisah yang tidak sengaja terjadi dan dialami oleh David di café waktu itu. “Dia butuh uang dan gue bisa ngasih itu. Tapi dengan syarat, dia harus mau jadi istri gue dalam waktu dekat ini. Daripada gue buang-buang uang gue buat cewek yang nggak jelas.” ucap David mengulangi pembicaraan mengenai ide gila itu dengan menambahkan alasan agar Gilang mau membantunya. “Udah sakit lo, Vid. Sakit!” hujat Gilang dengan ketus, “Berani-beraninya lo mau maenin yang namanya pernikahan. Pernikahan itu sakral, Vid. Kenapa lo nggak milih cewek yang mau dijodohin sama lo itu?” “Gue nggak mau.” sahut David sama ketusnya, "Kalau gue milih salah satu diantara mereka, berarti gue akan terjebak dalam status pernikahan yang gue nggak mau dari awal. Lo ngerti

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06
  • Bukan Dokter Cinta   Bab 20 Propose?

    Jam dinding sudah menunjukkan pukul 20.47 WIB. Perasaan Wenda tiba-tiba menjadi gelisah dan jantungnya berdegub lumayan kencang. Sesaat ketika tiga menit yang lalu ada sebuah pesan masuk. Pesan dari pria yang bernama David. Ia mengirim pesan bahwa ia sudah tiba di rumah sakit dan sedang menunggunya di basement. Pria itu sudah menggelitik hatinya karena hatinya sudah terlalu lama kosong.Kebohongan yang dilakukan David kembali terngiang di pikirannya. Mungkinkah ia dengan sengaja ingin mendekati Wenda karena merasa tertarik dengannya? Makanya alasan itu dibuat dengan sengaja. Agar mereka bisa menjadi dekat. Karena memang tidak ada alasan yang tepat, yang bisa membuat mereka tiba-tiba menjadi akrab. Atau mungkinkah David punya maksud terselubung? Ia sadar dirinya siapa, latar belakangnya apa, meskipun profesinya sekarang merupakan profesi yang membanggakan dan terhormat. Namun tetap saja tak mampu menutupi jati diri yang sesungguhnya bahwa ia adalah anak dari seorang supir. Lihat, bagaim

    Terakhir Diperbarui : 2022-06-06

Bab terbaru

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 76 Pencarian

    David baru saja memasuki area parkir di rumah sakit tempat Wenda bekerja. Di saat ia sibuk berkeliling mencari lahan kosong untuk parkir, ia melihat Wenda masuk ke dalam sebuah mobil. Mobil yang tak asing baginya."Nicho?" gumam David. Ia pun segera mengambil ponsel dan menelepon Wenda. Panggilannya ditolak."Sial! Kenapa ditolak?" geram David sambil meletakkan ponselnya dengan kasar. Bukan perselingkuhan yang dikhawatirkan David. Sesuatu hal lain terkait keselamatan istrinya. David merasa, jika Pak Johan saja bisa sampai turun tangan mengawasi Nicho secara diam-diam, berarti ada sesuatu yang Nicho sembunyikan atau rencanakan.Ponsel David berdering. Gilang meneleponnya."Halo, Bos. Sorry baru ngabarin, ini gue ngikutin Nicho tapi kok masuk ke area rumah sakitnya Wenda ya?" ucap Gilang di telepon."Iya, gue tau. Ini gue lagi jemput Wenda. Tapi dia sekarang lagi sama Nicho." jelas David singkat karena ia sibuk mengemudi untuk membuntuti Nicho yang baru saja keluar

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 75 Pertarungan

    Cukup lama Kirana menanti wanita di depannya ini sadar dari pingsannya. Waktu sudah menunjukkan hampir tengah malam. Kirana menatap Wenda lekat-lekat dengan gelisah. Wajahnya cantik meskipun tubuhnya terlampau mungil jika dibanding dengan tubuhnya yang sedikit lebih tinggi dan berisi. Wenda duduk disebuah kursi. Kepalanya tertunduk lemas, tubuhnya terikat pada sandaran kursi, begitu juga kedua tangan terikat di belakang dan kakinya."Heh bangun!" Kirana sudah tak sabar. Ia menepuk-nepuk pipi Wenda dengan kasar. Tak lama, Wenda mengerang lemah. Ia membuka matanya yang masih kabur. Kirana yang tahu bahwa Wenda sudah sadar, mulai memegang dagu Wenda dengan kasar dan mendongakkan kepalanya. Wajah mereka begitu dekat.Kirana menatap tajam ke wajah Wenda. Wenda yang masih lemah hanya bisa meringis kesakitan karena Kirana mencengkram dagunya sangat kencang."Jangan kasar-kasar, Kirana."Wenda yang pandangannya masih kabur, melihat sosok perempuan yang tidak ia kenal berada

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 74 Hilang

    Poli kandungan siang ini tak begitu ramai. Wenda segaja memilih hari ini karena kebetulan ia berdinas pagi. Ia ingin segera mengecek kandungannya karena sudah telalu lama ia terlambat haid."Selamat ya, Wenda, atas kehamilanmu. Perkembangan janinmu bagus." Dokter Pandu menyelamati Wenda selagi alat USG tertempel di perutnya."Terima kasih, Dok." ucap Wenda sedikit tegang. Ia melihat layar monitor yang tergantung di dinding. Sebuah kantong kehamilan beserta janin di dalamnya tergambar jelas di sana. Haruskah ia merasa bahagia atas kehidupan yang tak diduga ini? Memang sudah sewajarnya, kehidupan ini mungkin akan hadir setelah apa yang ia dan David lakukan selayaknya suami istri pada umumnya."Kita kontrol lagi bulan depan ya, Wen."Dokter Pandu melepaskan alat USG dan perawat membersihkan gel yang masih tersisa di perut Wenda."Saya beri vitamin-vitamin, diminum satu kali sehari saja." lanjut Dokter Pandu sambil berjalan ke mejanya dan mengetikkan sesuatu di kompu

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 73 Masih Rahasia

    Widya menghela napas panjangnya, sedangkan Wina terus menggenggam kedua tangan Wenda dengan mimik wajah sendu. Wenda telah menceritakan kisah 'cinta' antara dirinya dengan David."Gue tau, gue salah menaruh harapan ke laki-laki ini. Yang gue kira bakal balas perasaan cinta gue. Gue tau, gue cuma dimanfaatin karena situasi yang keluarga gue alami." Wenda menarik napasnya sejenak, "Tapi perasaan gue nggak bisa bohong, kalau gue suka.. cinta.. sama dia sejak pertama kali gue ketemu lagi setelah dewasa.""Kalau boleh gue saranin. Menurut gue, lo jangan lepasin David gitu aja sih. Lo mau anak lo ini nggak punya bapak? Lo harus perjuangin apa yang jadi hak lo dan si jabang bayi ini, Wen." ucap Wina dengan tatapan mata dari yang muram dan sendu berubah menjadi berkilat-kilat penuh amarah."Kalau menurut gue, gue sih setuju sama sebagian saran Wina, Wen. Lo emang harus perjuangin hak lo dan anak lo ini. David emang harus tanggung jawab sepenuhnya atas anak lo ini. Tapi, lo juga

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 72 A New Life Has Grown

    David menutup pintu mobil dan memasang sabuk pengaman. Dilihatnya Wenda juga sudah siap dengan sabuk pengaman di tubuhnya. Wenda duduk terdiam dan menatap lurus ke depan. Pandangannya kosong."Are you okey, Wen?" tanya David khawatir. Bukan tanpa sebab, itu karena Wenda hanya menyantap sarapannya dengan porsi yang sedikit sekali. Berbeda dari hari biasanya."Aku nggak papa." jawab Wenda datar.Santi dan Monic menyusul masuk ke mobil kemudian. Mereka sangat berisik khas anak-anak yang sedang bersenda gurau. Hari ini David berinisiatif mengantar Wenda, Santi dan Monic karena ia bingung harus mengisi waktunya dengan kegiatan apa."Kalian sudah siap?" tanya David menoleh ke belakang."Siap, Mas." ucap Santi dan Monic bersamaan. Mereka juga telah memasang sabuk pengamannya."Ayo kita berangkat!" seru David dan disambut dengan riang oleh Santi serta Monic.David memutar lagu anak-anak di dalam mobil. Santi dan Monic pun bernyanyi dengan riang hingga sampai di s

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 71 Sekamar Lagi

    Wenda masih duduk di tepi ranjang ayahnya. Ia begitu bingung dan canggung bagaimana harus menghadapi pria yang sedang mengambil koper dari bagasi mobil. Mengapa pria itu tiba-tiba datang ke rumahnya hampir tengah malam? Padahal sudah berulang kali ia menolak untuk bertemu bahkan pernah suatu kali ia mengusir pria itu saat datang ke rumahnya pagi hari. Waktu itu ayahnya tidak ada di rumah dan Wenda hanya sendirian karena usai dinas malam. Jadi, tidak ada yang bisa menghalagi Wenda untuk mengusir pria ini.Jadi, percuma rasanya jika Wenda mengusirnya di kedatangannya malam ini, ayahnya pasti akan curiga karena tak tahu apa-apa mengenai permasalahan mereka yang sebenarnya. Sungguh pintar pria ini memanfaatkan situasi. Dia datang di tengah malam saat orang yang bisa mempersilakan dia masuk ke dalam ada di rumah. Wenda berdecak kesal.Suara berisik terdengar di luar, membuat Wenda penasaran. Ia mengintip dari ambang pintu dan dilihatnya David sedang menarik sebuah koper sangat be

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 70 Pergi Kamu!

    Gilang baru saja memasukkan mobil yang ia kendarai ke dalam garasi di kediaman Pramono. Dilihatnya mobil milik Pak Johan tidak ada di sana."Bokap lo pergi, Vid?""Hm?" David yang sedari tadi membaca proposal dalam perjalanan pulang dari berbagai rekanan perusahaannya di tabletnya, mulai mendongakkan kepalanya. Memandang sekeliling garasi. Hanya tertinggal mobil miliknya, ibunya, dan 2 mobil cadangan lainnya."Nah, tuh bokap lo pulang." tunjuk Gilang ke arah pagar rumah yang tertutup rapat. Garasi itu terbuka otomatis dan mobil Pak Johan mulai memasuki area kediamannya. David pun keluar dari mobil dan membereskan barang-barang miliknya di jok penumpang belakang."Papa sama Mama abis dari mana? Tumben nggak ngabarin David kalau pergi." tanya David setelah kedua orang tuanya keluar dari mobil."Kamu sendiri kenapa baru pulang?" tanya Pak Johan tak menjawab pertanyaan David. Ia heran mengapa anaknya itu pulang larut, padahal tadi siang baru saja mendapatkan sanksi s

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 69 Ibu, Aku Harus Bagaimana?

    Wenda berjalan memasuki sebuah restoran yang mewah. Ia merasa rendah diri memasuki restoran itu dengan pakaian casual yang saat ini ia kenakan. Blouse biru muda dengan aksen rumbai di bagian dada dan celana kain berwarna krem. Ia sama sekali tak tahu jika restoran ini termasuk dalam golongan restoran yang sangat mewah.Sebenarnya, Wenda memiliki gaun indah hasil pemberian dari calon mantan mertuanya. Namun, tak ia bawa saat kepergian di hari keributan itu karena ia merasa itu bukan miliknya."Selamat malam. Sudah pesan tempat, Bu?" tanya seorang pelayan yang menghampirinya."Mmm.. sudah." Wenda berpikir sejenak, "Atas nama Kristina.""Baik, mari silakan di sebelah sini, Bu."Wenda mengikuti pelayan itu ke sebuah ruangan yang lumayan jauh masuk ke dalam restoran itu. Pelayan membuka pintu dan Wenda melihat Bu Tina sudah berada di sana. Ia bangkit dari duduknya dan tersenyum sumringah saat menatap Wenda. Di sebelah Bu Tina, ada Pak Johan yang juga ikut berdiri dan

  • Bukan Dokter Cinta   Bab 68 Skors

    "Nicholas ada di ruangannya?" tanya David kepada Tasya-sekretaris Nicho-begitu sampai di depan ruangan Nicho."Ada, Pak David. Tapi sedang ada-Pak David.. tunggu, Pak.."David langsung melangkah masuk ke ruangan itu tanpa mempedulikan Tasya yang berusaha menghalanginya. David melihat ada dua orang pria tak dikenalnya sedang duduk berhadapan dengan Nicho di meja kerjanya. Penampilan mereka rapi, berstelan jas hitam, namun raut wajahnya nampak seperti preman."Mas David.." gumam Nicho."Maaf, Pak Nicho. Tapi Pak David-" Kalimat Tasya terhenti saat Nicho mengangkat tangan kanannya dan mengangguk. Tasya pun langsung paham dengan isyarat Nicho. Ia keluar ruangan dalam diam."Bisa kita ngobrol sebentar?" tanya David sambil menatap lekat ke arah dua orang pria itu, "Ini penting."Nicho mengalihkan pandangannya ke dua pria di depannya dan tersenyum, "Kita lanjutkan besok lagi. Terima kasih atas bantuannya.""Sama-sama, Mas. Kami undur diri dulu." Mereka pun salin

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status