Beranda / Romansa / Bukan Calon Kakak Ipar / 13. Pertemuan Bukan Lamaran

Share

13. Pertemuan Bukan Lamaran

Penulis: Bai_Nara
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-06 13:53:49

Aku duduk berhadapan dengan Mas Rayyan di kantin rumah sakit. Seina kembali ke Puskesmas karena hari ini dia piket. Sebelum berpisah aku tahu sorot matanya penuh rasa ingin tahu. Ah besok pasti aku bakalan dicecarnya.

"Kamu gimana kabarnya Na?" 

"Alhamdulillah baik Mas. Mas gimana?"

"Alhamdulillah baik. Akhirnya kita bisa ngobrol juga ya." Aku mengernyit, maksudnya apa?

"Kemarin Mas lihat kamu sepintas sama temen kamu. Tapi kenapa gak jadi menghampiri Mas, hem?"

Aku jadi malu. Ah, dia pasti melihat aksi dorong-dorongan antara aku dan Jeni yang sangat memalukan. 

"Hehehe. Kirain gak lihat Mas."

"Terus kenapa Mas gak disamperin?"

"Malu Mas, takut Mas lupa sama aku. Lagian kemarin fans dadakan Mas banyak banget, kita kabur takut di bully netizens," ucapku sambil terkekeh. 

"Astaga Nasha. Kamu ini ya?" dia mencubit kedua pipiku guys.

"Aw... Aw... Aw... Mas... Lepasin sakit tahu." Aku mengusap kedua pipiku yang memerah. Ya
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Bukan Calon Kakak Ipar   14. Chori-Chori Chupke-Chupke

    Hari ini aku sedang melakukan pemeriksaan kesehatan mulut dan gigi di SMPN 1 Sokaraja. Kami berenam terdiri dari dua bidan, dua perawat, satu tenaga kesmas dan dokter gigi. Hal yang kami periksa ada tensi, tinggi badan, berat badan, kesehatan gigi dan mulut, kesehatan mata dan telinga serta mengecek kesehatan umum para siswa. Ini merupakan kegiatan rutin Puskesmas untuk istilahnya penjaringan. Selama dua minggu ini aku sibuk berkeliling sekolah tingkat SMP/MTs di Sokaraja dengan diselingi jadwal praktek di Puskesmas."Akhirnya selesai juga. Ini tempat terakhir kan ya?" ucap Luna si bidan junior."Iya ini yang terakhir. Semuanya tolong dikumpulin dan di rekap ya, Wan!" Perintah Bu Ami bidan senior."Siap Bu Ami," jawab Wawan si perawat."Kirana masih di ruang kelas apa?" tanya Bu Ami lagi."Sepertinya masih Bu. Masih penyuluhan bahaya narkotika dan rokok," jawab Yuli seorang perawat juga."Oke berarti tinggal tunggu dia selesai terus nanti kita pam

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Bukan Calon Kakak Ipar   15. Debar Itu Nyata

    Demi apa coba, kenapa aku harus berada di sini bersama si buaya Kalirawa. Ingin kuteriak... Aaaaaa."Nasha, kamu makin cantik aja dech," dr. Wijaya memulai aksi gombalannya.Aku hanya tersenyum tipis. Malas berkomentar. Saat ini kami sedang kondangan di tempat drg. Dhini yang bertugas di Sokaraja I. Mana rekan kerjaku kayak kompak membuat posisi duduk kami bersebelahan.Di sebelahku Seina seperti menahan senyum. Awas kau Sei, besok-besok aku gak mau jadi sopir dadakanmu lagi."Seina, suamimu katanya pulang?""Sudah dok, sekarang dinasnya di Bataliyon, ini saya aja ikut suami di asrama hehehe," jawab Seina."Hem... Ya ya. Udah isi belum?""Doakan ya dok. Cepet isi.""Jangan lupa nanti periksanya di tempat saya. Klinik Ibu dan Anak Wijaya Kasih. Nanti saya kasih gratis," ucap dr. Wijaya sambil mengedipkan mata genit.Ya Allah, kenapa ini orang tebar pesona banget. Kenapa lagi si Seina pakai malu-malu meong. Hoek. Aku memilih fokus pad

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Bukan Calon Kakak Ipar   16. Cinta Dalam Diam

    Mobil melaju dengan pelan menuju bioskop Rajawali disopiri Mas Rayyan. Kami segera menonton film dua garis biru. Posisiku duduk diantara dua bersaudara.Baru sekitar 15 menit film diputar aku merasakan ada kepala yang menyandar di bahu kananku. Aku menoleh kulihat Mas Rayyan tengah tertidur sambil mangap. Pasti dia kelelahan habis jaga malam. Cowok kalau ganteng, mau tidur sambil mangap ya tetep aja ganteng. Aku membiarkannya tertidur pada bahuku. Merasai kehadirannya melalui indera penciuman dan perasaku. Ternyata rasa itu masih sama seperti 6 tahun yang lalu.Hatiku ternyata tak bisa berbohong. Aku memang jatuh cinta pada mantan calon kakak iparku ini. Iya jatuh cinta sejak pertama berjumpa dengannya. Tapi aku sadar dia milik kakakku jadi aku berusaha memendam cinta dalam diamku. Dan memutuskan berpacaran dengan Feri karena sepintas dia mirip dengan Mas Rayyan.Aku sudah tak fokus menonton film. Aku justru lebih memilih fokus menatap seseorang yang menya

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Bukan Calon Kakak Ipar   17. Saya Tunangannya

    Mobil melaju dengan kecepatan sedang menuju kebun strawberry, Purbalingga. Aku dan Rania sejak tadi bercerita dan bercanda. Mas Rayyan sesekali ikut juga. Namun, dia menjadi pendiam sejak kami membahas masalah cinta dalam diam. Sampai di kebun, aku dan Rania langsung turun dari mobil dengan antusias."Hati-hati Ra, Na. Dasar bocah," teriak Mas Rayyan.Aku dan Rania hanya tertawa. Kami sudah sampai di kebun strawberry. Kami berdua sibuk memetik buah dan berlarian. Emang kayak bocah sih, bocah tua sama bocah remaja hahaha. Mas Rayyan cuma berjalan mengikuti kami dengan memasukkan kedua tangannya ke saku celana Jeansnya.Sesekali kami berfoto dengan berbagai gaya, dari gaya normal sampai gaya urakan kami lakukan. Mas Rayyan kami jadikan sebagai fotografer dadakan. Sesekali dia ikut foto juga sih.Kami melewati sekumpulan lelaki. Sepertinya masih usia anak kuliahan. Beberapa dari mereka ada yang menggoda kami tapi langsung diam melihat tatapan tajam dari si mata elan

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Bukan Calon Kakak Ipar   18. Kok, Beneran sih!

    Satu minggu ini aku harus menulikan kuping dan menyabarkan hati. Ya Allah, ngenes banget hidupku. Dari mulai cinta dalam diam, dikhianati pacar, sering di PHP-in, sekarang punya tunangan ya cuma bohongan. Miris.Saat ini aku cuma rebahan aja di kamar. Padahal kalau Minggu biasanya aku lagi ngedate sama Rania plus kakaknya. Tapi sejak kejadian Minggu kemarin aku males pergi sama mereka lagi. Rania udah WA sampai telepon berkali-kali merengek minta ditemenin ngemall. Aku beralasan lagi sakit."Dekkkkk..." teriak Ibu membahana."Apa sih Bu. Kuping Nasha jadi budeg ini.""Kamu kenapa? Sakit?""Capek aja Bu. Pengen rebahan. Kangen ma kasur.""Tumben hari Minggu di rumah.""Kan Adek emang gadis rumahan Bu? Ya wajarlah Adek di rumah.""Biasanya kan kamu jalan-jalan sama Rania dan Rayyan. Ini kok di rumah aja.""Lah kan jalan-jalan gak setiap Minggu juga.""Yah, padahal Ibu penginnya kamu main keluar. Kalau di rumah kamu itu cuma glund

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Bukan Calon Kakak Ipar   19. Nasehat Ayah

    Aku masih belum percaya dengan semua yang terjadi. Apa iya aku beneran dilamar? Selama dua minggu ini aku sering melamun jika sedang tak ada kegiatan. Bahkan aku kadang sering tersenyum sendiri."Ya ampun, pasti Mas Rayyan cuma bercanda. Buktinya hampir dua minggu ini dia tak ada kabar." Aku mengucap itu berulang kali."Cuma Rania sama Tante Helena yang sibuk menghubungiku tanya ini itu. Ah, bodo amat. Dasar Mas Rayyan nyebelin."Rupanya dua minggu ini, aku terlihat uring-uringan. Seina dan Suster Mira sampai bingung dengan tingkahku."Kamu kenapa Na?" tanya Seina."Gak papa." Aku berusaha tampil baik-baik saja."PMS kamu?" tanyanya penuh selidik."Enggak.""Lah terus?" Rupanya Seina masih kepo."Aku cuma capek kok Sei."Seina nampak ingin bersuara lagi namun aku memberinya kode kalau aku butuh ketenangan. Itu berarti aku butuh sendiri dan tak ingin diganggu.*******Aku membuka pintu, mataku terbelalak. Mas Rayyan? A

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Bukan Calon Kakak Ipar   20. Ujian Sebelum Pernikahan

    "Kamu mau pilih yang mana?" saat ini aku sedang memilih perhiasan, katanya buat seserahan. Aku memilih model yang sederhana tapi elegan dan gak banyak permatanya."Kita kemana lagi Mas?""Beli baju, sandal sama kosmetik.""Okeh." Mas Rayyan menggenggam tanganku, aku sempat syok namun memilih diam dan menikmati hawa hangat dari genggaman tangannya.Setelah berkeliling mencari seserahan dan pemapag untuk Mas Rayyan, akhirnya kami makan di area foodcourt. Sebenarnya agak gak enak juga sih, semua benda pemapag yang niatnya aku beli untuk Mas Rayyan seperti kemeja, celana panjang, kaos sampai dalemannya malah dibayarin sama Mas Rayyan. Tapi gak papa sih lumayan jadi ngirit.Saat kami sedang mengobrol dan menunggu pesanan datang, kulihat dr. Wijaya tengah berjalan bersama Mbak Hilda. Mereka melihat kami sehingga memutuskan ikut duduk bersama kami."Halo Nasha cantik. Gimana kabarnya?" dr. Wijaya menyapaku dengan overdosis lebaynya seperti biasa."B

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06
  • Bukan Calon Kakak Ipar   21. Ujian Sebelum Pernikahan (2)

    Saat aku bersiap-siap akan pulang kulihat Rian menghampiriku."Selamat ya Na, semoga lancar pernikahannya.""Makasih Yan. Semoga kamu juga dapat calon istri yang baik.""Tapi bukan kamu, Na.""Cinta gak bisa dipaksakan. Maaf.""Baiklah." Saat Rian akan pergi dari ruanganku, aku memanggilnya."Yan, lain kali kalau kamu serius sama cewek, jangan hanya beri dia harapan tanpa kepastian, itu saranku."Rian diam, tapi kemudian dia menyahut."Jadi kalau dulu aku ngajakin kamu nikah kamu mau sama aku?" ucapnya dengan mata berbinar."Mungkin jika aku suka kamu iya, tapi sekali lagi maaf cinta gak bisa dipaksakan."Rian kembali cemberut, "Baiklah akan aku pertimbangkan usulmu kalau besok aku suka sama cewek. Sekali lagi semoga bahagia ya.""Makasih."Aku sudah berada di parkiran, saat aku menyadari ada seseorang menungguku disana."Bisa kita bicara berdua, Nasha."*****Aku tengah menyeruput minumanku, menunggu s

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-06

Bab terbaru

  • Bukan Calon Kakak Ipar   133. Sesion 4 : 40. Epilog (Tamat)

    "Dek, maafin Mas ya. Mas khilaf. Janji ini yang terakhir khilafnya." Aku hanya bisa menghembuskan nafas. Dulu sekali Mas Rei juga bilangnya khilaf tapi ini malah khilaf lagi. "Dek, jangan marah ya. Senyum dong." "Buat apa marah Mas? Toh udah kejadian bukan?" sahutku sinis. "Iya juga sih. Tapi Mas seneng kok bisa khilaf terus." "Ck." Aku mencebik dan mencubit perutnya. Dasar. Mas Reihan hanya tertawa, sesekali mencium tanganku dan keningku. Bahkan aku yakin kalau gak ada orang, pasti dia sudah mengajakku adu bibir. Haish. Punya suami kok gini amat, untung aku cinta. Mungkin karena aku diam saja Mas Reihan kembali membujukku dengan kata-kata manis. "Iya, iya nanti Mas lebih hati-hati tapi khilafnya gak bakalan ilang, Sayang." Dia mengucap dengan seringai jahil. Dih, dasar! Aku memilih mengerucutkan bibir. Bodo amat kelihatan jelek. Salah sendiri tuh Kulkas jadiin aku istri. Jadi harus terima dong lahir batin kecantikan sama kejelekanku kalau lagi ngambek. "Udah jangan marah ya B

  • Bukan Calon Kakak Ipar   132. Sesion 4 : 39. Mr. Kulkas Itu Suamiku

    "Kalian gak bawa baby sitter?" tanya Joshua."Gak.""Gak kerepotan?""Enggaklah," jawab Mas Reihan cuek."Kalian kok bisa cuma punya ART sekaligus pengasuh bayi tanpa pakai jasa baby sitter sih?""Ya bisalah," ucap Mas Reihan."Kok Zaza bisa ya ngajar sekaligus bisa kasih ASI. Eksklusif lagi.""Istriku gitu loh.""Iya-iya yang istrinya paling cantik, paling pinter, paling ter-semua pokoknya.""Harus. Kan istri sendiri bukan istri orang lain.""Ck. Dasar Dokter Kulkas." Joshua mengumpati suamiku. Lalu dia bergegas mengikuti gadis cilik yang berlari hendak bermain dengan air.Aku hanya bisa menahan tawa melihat bagaimana interaksi suamiku dengan para sahabat sekaligus rekan kerjanya."Mimik muka suamimu loh Za, gak berubah. Bisa datar gitu. Kok kamu mau sih nikah sama dia.""Eh Bu Mila." Aku menyalami Bu Mila, salah satu istri dari rekan Mas Reihan. Dokter Siswo, spesialis jant

  • Bukan Calon Kakak Ipar   131. Sesion 4 : 38. Memaafkan

    Sepuluh hari aku dan Baby Twins di rumah sakit. Kini kami kembali ke Sokaraja dan disana aku dan Twins disambut oleh seluruh keluarga. Bahkan, Tante Raisa sekeluarga pun datang.Malamnya acara akikah kedua anakku diselenggarakan dengan meriah. Sebetulnya acara akikah standar, hanya saja malam ini semua keluargaku dan Mas Reihan datang jadi sangat ramai.Seperti biasa Royya dan Rael akan bertengkar. Kali ini mereka bertengkar memperebutkan siapa yang jadi saudara ketiga. Astaga.Acara akikah sudah selesai dari tadi tapi kami masih sibuk bercengkrama. Aku yang merasa lelah meminta ijin untuk ke kamar lebih dulu, tentu saja dengan diantar oleh Mas Reihan."Mas temeni yang lain aja. Rana gak papa sama Twins.""Oke. Tidur yang nyenyak ya Dek.""Iya."Mas Reihan mencium pipi Twins dan terakhir mencium keningku mesra."Tidur ya, Mas keluar dulu.""Oke."Aku merebahkan diri di samping si kembar. Kami memutuskan meme

  • Bukan Calon Kakak Ipar   130. Sesion 4 : 37. Reza dan Zahra

    "Mereka luar biasa Mas.""Iya. Sangat luar biasa."Aku dan Mas Reihan tengah menatap baby twins. Keduanya benar-benar luar biasa. Mereka adalah hadiah terindah bagi kami setelah tiga tahun penantian. Aku bersyukur, Allah memberi kami kepercayaan dua buah hati sekaligus. Mana kembar sepasang lagi.Cup.Aku menoleh ke arah Mas Reihan. Lalu mencubit perutnya."Mas!" bentakku sambil memelototinya. Dasar! Suka sekali cari kesempatan."Apa? Hem ...." Dia hanya tersenyum dan menatapku jahil. Bahkan tangannya sudah memainkan kerudungku dari tadi dan diputar-putarnya."Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumsalam."Refleks Mas Reihan menghentikan aksi anehnya dan berdiri menyambut tamu yang datang."Zazaaaaa.""Yayaaaa."Yaya menuju ke ranjangku. Dia langsung memelukku dan aku balik memeluknya, heboh pokoknya. Aku menyambut uluran tangan semua rekan kerjaku yang datang."Wah ganteng dan cantik ya Za

  • Bukan Calon Kakak Ipar   129. Sesion 4 : 36. Kembali

    POV RanaAku terbangun di sebuah hamparan pasir yang indah. Kutatap sekelilingku. Pantai?Aku menoleh ke kiri dan ke kanan. Sepi. Kemana semua orang?Mana Mas Reihan? Dan ... kenapa perutku kempes? Dimana bayiku? Aku panik. Aku mencoba berlari mencari orang-orang tapi tak ada satupun yang kutemui. Hingga kulihat sebuah perahu di sana. Aku berlari menuju perahu yang masih berada di bibir pantai sepertinya mereka akan berlayar."Permisi ... permisi. Bolehkah sa-" Aku tertegun. Mataku berkaca-kaca. Aku segera berlari menyongsong kedua orang yang sangat kurindu."Ayah, Bunda, Rana kangen." Kedua orang tuaku memelukku. Lama kami berpelukan."Kalian mau kemana?""Berlayar," ucap Ayah."Boleh Rana ikut?""Boleh," kini Bunda yang menyahut.Aku menggenggam tangan Ayah dan Bunda di kanan kiriku. Aku bahagia sekali. Kami berjalan bergandengan tangan dan akan naik ke perahu. Ayah yang pertama naik, kemudian Ayah mengulurkan t

  • Bukan Calon Kakak Ipar   128. Sesion 4 : 35. Percobaan Penculikan

    Sudah tiga hari, Rana masih tak sadarkan diri. Menurut ahli obgyn, perut Rana mengalami benturan yang cukup keras. Namun tak membahayakan rahimnya. Aku masih ingat, bagaimana Rana berkutat dengan Karina yang ingin memukul perutnya saat itu. Berulangkali dia menghalangi tinju Karina. Ya Allah. Semoga Engkau membalas perlakuan Karina sesuai dengan tindakannya, amin.Pembersihan rahim juga sudah dilaksakan. Nindy bilang, tak ada masalah. Ketidaksadaran Rana diakibatkan kelelahan dan pasokan oksigen ke otak yang hampir saja berkurang.Selama tiga hari ini kondisi baby twins mulai stabil. Mereka sudah dipindahkan ke ruang anak. Bersyukur Aya dan Fiqa memiliki ASI yang melimpah. Riyyan dan Ela juga sudah berusia satu tahun dan sudah makan. Jadi, ibu mereka bisa mendonorkan ASI-nya untuk kedua anakku."Kondisi mereka sudah stabil." Mamah menghampiriku dan mengelus kedua pipi cucu kembarnya. Mamah habis melaksanakan sholat tahajud di masjid."Iy

  • Bukan Calon Kakak Ipar   127. Sesion 4 : 34. Tolong Bertahanlah

    "Dek ... Dek," panggilku.Rana tersenyum kearahku. Aku menggenggam tangannya dan sesekali menciumnya."Kamu bisa. Kamu bilang kamu ingin mereka selamat kan?"Dia mengangguk, dengan susah payah Rana menahan rasa sakitnya. Aku tahu pembukaan sudah sempurna hanya saja Rana mungkin sudah tak punya tenaga untuk mengejan. Sementara perjalanan kami masih lama."Eghhh ... huft ... egghhh ....""Dorong sayang, ingat Allah, ingat anak kita. Kamu mau mereka selamat kan? Ingat, surga kita ada pada mereka Sayang?"Rana menatapku dengan mata berkaca, entah kenapa aku seperti melihat pancaran semangat dalam matanya.Meski susah payah Rana berusaha mengejan dan aku mencoba membantunya. Rana terus mengejan hingga tangisan pertama keluar."Eaaaaa ...."Aku segera mengeluarkan bayiku, melepas bajuku dan kuselimuti bayi lelakiku."Mbak, pegang!""Oke."Setelah menyerahkan kepada rekan Elang, aku segera menyemangati Rana

  • Bukan Calon Kakak Ipar   126. Sesion 4 : 33. Menyelamatkanmu

    POV ReihanAku membaca chat dari Rana yang meminta ijin menjenguk Diva yang sedang sakit. Aku pun mengijinkannya.Hampir satu jam kemudian HP-ku berdering terus. Aku mengeceknya. Pak Yadi."Kenapa Pak?""Mas Rei, Mbak Zaza gak ada. Tadi saya disuruh beli apel sama Mbak Zaza. Eh pas balik mereka udah gak ada.""Oke. Kamu tetap tunggu disitu. Cari terus."Aku segera mematikan sambungan dan menghubungi Elang."El, tolong lacak Rana. Dia menghilang.""Oke."Aku segera mengambil kunci mobilku dan berpesan pada Suster Dira untuk meminta bantuan Dokter Joko menangani pasien-pasienku. Aku berlari menuju ke mobil. Entah kenapa firasatku tak enak."Iya El, bagaimana?""Mereka ke arah Baturaden. Aku sharelock lokasinya. Aku dan kawan-kawan menuju kesana."Aku segera memacu mobilku dengan kecepatan maksimal yang aku bisa. Kurang lebih tiga puluh menit aku sampai di sebuah vila. Aku parkir di tempat j

  • Bukan Calon Kakak Ipar   125. Sesion 4 : 32. Rahasia Karina

    Karina kembali mengelus perutku dengan penuh pemujaan sedangkan aku benar-benar ketakutan. Karina menatapku dengan seringai jahat.Bugh."Aw ...." Aku meringis karena Karina memukul perutku.Aku merintih menahan rasa sakit."Kak Karin jangan!""Hahahaha."Karina menatapku dengan tatapan penuh kebencian. Aku masih berusaha menahan rasa sakit."Kamu tahu, ibuku benar-benar wanita menjijikkan. Entah berapa pria yang pernah tidur sama dia. Sungguh menyebalkan." Karina menoleh ke arah Dinda. Kemudian dia mengelus pipi Dinda membuat Dinda ketakutan bahkan berusaha memalingkan wajahnya."Aku dan Dinda berasal dari rahim yang sama namun ayah berbeda. Dan yang menyebalkan, kami tak tahu siapa mereka.""Bukannya kakak, anak mendiang Dokter Wijaya?" cicit Dinda."Hahaha. Bukan! Sayangnya bukan! Kalau bukan karena otak cerdikku dan keinginan Ibu kita untuk lepas dari kemiskinan, tak mungkin aku bisa sampai disini."

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status