Cahaya baru sampai ke apartemen begitu penunjuk waktu menunjuk diangkat setengah sembilan. Raga yang lelah karena kerja seharian juga harus lembur sampai jam setengah delapan, bertambah penatnya saat hanya menemukan pesan dari Raja, tanpa ada bukti kalau lelaki itu mencoba menghubunginya. Padahal dia beberapa kali mencoba menelepon Raja, tapi Raja seakan tidak peduli dengannya dengan tak balik menghubungi. Bolehkah kalau dia marah dengan suaminya itu? Setelah mandi, Cahaya merebahkan badannya di ruang TV. Sisa dingin dari mandi, perlahan menguap saat tubuhnya dipeluk hangat selimut. Berbaring miring dengan tangan yang terus menggenggam ponsel, Cahaya menahan diri untuk menghubungi Raja. Menghitung perbedaan waktu yang ada di antara mereka, Cahaya tentunya berharap Raja akan segera menghubunginya di sela-sela kesibukan yang tidak diketahuinya. Hingga suara bel terdengar, disusul suara seseorang yang sudah sangat dikenalnya kemudian. Suara Andri. "Kamu tidur terus seharian ini, Ya?"
"Terima kasih." Raja tersenyum hangat menyambut uluran tangan Choi. Indah dan Rita saling sikut saat melihat wajah manis Choi. Keduanya saling lempar senyum penuh kekaguman, pada lelaki yang kini tengah berbincang dengan Raja juga Jang. Ternyata benar apa yang dilihat mereka di layar TV, kalau lelaki Korea enak dipandang mata. Dan sayangnya, Choi seperti tidak seantusias bertemu dengan Cahaya saat melihat Indah dan Rita. Lelaki itu terlihat biasa saja saat berkenalan dengan kedua gadis itu. "Lewat sini, Mr. Rajendra," ujar choi, melangkah lebih dulu begitu selesai mereka bercakap seperlunya. "Panggil saja Raja, Mr. Choi." Raja meralat panggilan Choi untuknya. "Oh, kalau begitu panggil saya Choi juga biar lebih akrab." Choi tertawa pelan"Oh, tentu," balas Raja dengan senyuman menawan. Sementara Jang terlihat sibuk dengan ponselnya, mengabarkan pada keluarganya kalau dia sudah mendarat dengan selamat. Raja merasakan dejavu. Sikap Choi benar-benar mengingatkan dia pada Kim dulu d
Dua jam kemudian mereka sudah sampai di apartemen, terlihat Indah dan Rita sangat senang melihat bangunan yang berdiri kokoh di depannya, gedung yang salah satu unitnya akan menjadi tempat berlindung selama beberapa bulan ke depan. Begitu juga Raja, dia senang mendapati kalau istrinya tinggal di tempat yang sangat nyaman, berbeda dengan gedung apartemen yang dulu saat mereka pertama bertemu. Hanya sayangnya, dia harus masih menyimpan kerinduan untuk bertemu dengan sang pujaan, hingga sore atau bahkan malam menjelang. Menggunakan lift, mereka naik ke lantai dua tempat unit apartemen Cahaya berada, tadi Choi sudah meminta izin kepada pengelola gedung untuk meminta kunci cadangan unit Cahaya, karena tidak mungkin menunggu Cahaya pulang yang entah akan pulang jam berapa. Dengan dibantu Choi dan Raja, Rita dan Indah memasukkan koper mereka ke dalam apartemen, yang selama tiga bulan ini ditinggal sendirian oleh cahaya. Sengaja mereka tidak membuka kamar Cahaya, menyimpan semua barang bawa
Melihat hal itu Adrian terkekeh, apalagi Raja yang selalu terlihat berwibawa di matanya, kini justru salah tingkah dengan wajah merona. "Ah, bagus juga usulnya, boleh lah nanti aku minta bantuanmu, Choi." Raja terkekeh menanggapi. Choi mengangguk, mereka pun bercakap sebentar, lalu pergi meninggalkan Adrian yang tentunya butuh istirahat setelah semalam kerja. Choi pun lalu mengantar Raja ke hotel terdekat sebelum kembali ke perusahaan, Choi sudah meyakinkan diri, kalau semua rasanya untuk Cahaya tidak akan menemukan muara. Rasa yang hadir tanpa bisa dia biarkan berkembang, dengan status Cahaya yang ternyata adalah istri orang. Apalagi melihat bagaimana rupa Raja yang rupawan, tentunya Cahaya sangat mencintai lelaki itu. Setelah membantu Raja check-in, dan meminta petugas hotel untuk menyiapkan kamar untuk mereka berbulan madu, Choi kembali ke perusahaan dengan menggunakan taksi, karena memang dia tidak membawa mobil dan dijemput oleh supir ke apartemennya tadi subuh. Choi melihat
Raja kembali ke apartemen Adrian begitu waktu sudah menunjukkan jam dua sore, tadi juga dia sempat tertidur di hotel, karena tidak enak kalau harus kembali ke apartemen Adrian, yang pastinya sahabat istrinya baru saja tidur. Raja juga hampir tak bisa menahan diri, saat melihat Cahaya menghubungi waktu jam istirahat, dan lagi dengan sengaja dia mengabaikan panggilan Cahaya, yang pasti akan membuat istrinya itu semakin marah padanya. Namun apalah arti kemarahan itu, saat nanti mereka bertemu langsung, Raja yakin istrinya itu akan menangis bahagia saat melihatnya ada di depan mata. Manis sekali bukan? Sengaja Raja berjalan kaki dari hotel menuju ke apartemen Cahaya, lumayan jauh, tapi Raja menikmati semua itu, juga sebagai pengisi waktu mengenali tempat tinggal Cahaya kini. Sungguh gedung apartemen Cahaya yang sekarang lebih nyaman dari Daewoo apart, banyaknya pertokoan di sekitar gedung tentunya tidak akan membuat Raja khawatir, saat mengingat kalau Cahaya harus terpaksa pulang kerj
Hari mulai gelap, padahal jarum jam baru menunjuk di angka lima sore. Cuaca dingin membuat Cahaya merapatkan lagi jaket yang dipakainya, begitu kakinya melangkah keluar dari bangunan bagian produksi. Seperti yang Choi bilang tadi, dia memang tidak diizinkan lembur, bahkan sampai untuk lima hari kemudian. Saat Cahaya tanya kenapa alasannya, atasannya itu hanya tersenyum penuh arti dan mengatakan, "Kamu akan tahu nanti sendiri jawabannya."Tentu saja Cahaya hanya bisa mengangguk, walau tidak paham apa maksud dari perkataan lelaki berumur empat puluhan itu. Tadi juga saat berpapasan dengan Choi yang baru keluar dari toilet, lelaki itu berharap kalau apa yang akan dilaluinya sebentar lagi sukses. "Semoga sukses, ya?!" kata Choi dengan senyuman yang sama dengan atasan Cahaya tadi. "Sukses apa sih, Oppa? Aku nggak ngerti loh, tadi atasan aku juga mengatakan seperti itu, sekarang kamu.""Nanti kamu tahu sendiri begitu sampai di apartemen. Sudah, pulang sana, dan jangan kesal lagi sama Raja
Sementara itu Raja yang sedang menunggu kepulangan istrinya tercinta, sudah berada di apartemen Cahaya bersama Adrian dan Andri, yang sengaja datang ke sana. Indah dan Rita memang sudah mengenal kedua karyawan senior di perusahaan tersebut, hingga mereka langsung terlibat pembicaraan dengan akrab. Andri yang baru mengetahui kedatangan Raja dari Adrian sore tadi, tentu saja kaget dan baru mengerti maksud kejutan yang dibilang Alya dari kemarin. "Biasanya Cahaya pulang jam berapa kalau masuk pagi, Dri?" tanya Raja pada Andri, sedang Adrian sedang kembali ke unit apartemennya karena ponselnya tertinggal. "Kan baru beda shift dengan kami kemarin, Pak. Dan kemarin itu dia pulang jam delapan sampai sini. Kalau nggak lembur sebentar lagi juga sampai, kok. Kangen, ya? Dah nggak kuat untuk bertemu istri tercinta. Eh?!" Andri yang baru menyadari kalau sekarang ini ada orang lain yang belum mengetahui status Cahaya, menutup mulutnya. Raja tertawa melihat Andri yang melihat pada Indah dan Rit
Mendengar keributan dari luar, Raja dan Andri berdiri. Raja yang dengan jelas mendengar suara Cahaya yang tengah berbicara dengan Adrian di luar, tentu saja hatinya semakin tak sabar untuk membuat istrinya itu memekik senang, juga kesal atas pengabaian atas pesan dan telepon darinya. Sementara Indah dan Rita memilih diam melanjutkan melihat drama Korea. Dengan tidak sabar, setelah memakai sepatunya, Raja menekan pegangan pintu, hingga suara yang sangat dirindukan itu terdengar jelas. Jantungnya semakin riuh saja, seakan organ dalam rongga dadanya itu akan melompat keluar karena gugup, rindu, juga bahagia yang semakin kuat terasa. Senyum terbaiknya sudah di sunggingkan penuh percaya diri. Dan saat matanya bisa menangkap sosok yang begitu setengah mati dirindukan, betapa dia ingin segera merengkuh raga itu, membawanya dalam hangat dekapan. Namun senyuman yang begitu manis dia coba suguhkan, perlahan menghilang demi melihat siapa sosok lain yang berdiri di dekat sang kekasih hati. Deng