“Agar kau senantiasa tampak tertutup.”Jude tersenyum sangat manis. “Ya, dengan senang hati.” Sesungguhnya ia tidak peduli sekalipun Drake memintanya hadir ke pesta dengan pakaian compang-camping. Jude hanya ingin datang dan melihat dengan mata kepala sendiri kemeriahan pesta dansa yang selama ini hanya ada dalam angan-angan.“Pestanya dimulai jam delapan nanti. Kita masih punya waktu sekitar dua jam. Apa makanan sudah tersedia?”“Ya, tentu.” Jude mengangguk tak sabar. “Kau bisa makan sendiri, sementara aku bersiap-siap, ya.”“Jangan, Jude.” Nada rendah sarat kewaspadaan dari ucapan Drake berhasil menghentikan langkah ceria Jude. “Kau harus menemani tuanmu makan kecuali jika aku memintamu pergi, begitu aturannya.”“Oh, maafkan aku.” Jude membungkuk-bungkuk. “Aku harus banyak bela
Saat Drake membuka pintu utama, angin malam dari lorong koridor berembus meniup rambut Jude ke balik bahu.Bulu kuduk si gadis meremang seketika. Terakhir kali ia pergi ke luar ruangan adalah di hari kala ia mencoba untuk kabur dari Drake.Jude pastikan itu akan jadi percobaan pertama dan terakhirnya, karena apa yang ia temui di luar sana jauh lebih mengerikan dibanding dikurung seorang diri di dalam aula Drake.Keduanya berjalan dalam diam. Hanya suara kelotakan sepatu yang terdengar memantul ke dinding batu sepanjang lorong. Setelah tiba di tikungan akhir menuju aula utama, suara-suara dengungan keramaian menjalar hingga tempat Jude berjalan. Semakin lama semakin jelas.Pencahayaan pun sudah tak lagi didominasi obor-obor. Pantulan api yang bergoyang-goyang di dinding batu berubah menyaru dengan kemerlap cahaya yang jauh lebih terang.Saat keduanya berbelok, nampak oleh Jude naga-naga berbagai jenis memenuhi lorong-lorong menuju aula besar. Gadis itu merinding ketakutan, tapi ia beru
“Hati-hati.” Drake menangkap lengan Jude tepat waktu sebelum si gadis jatuh menyentuh lantai. Kejadian itu menarik perhatian semua orang, tak terkecuali sang raja.“Oh, gaun yang indah, kan, Drake Aiden? Kau pintar memilih seorang budak.” Suara sang raja menggema ke dinding aula, sekalipun pria gagah itu bicara dengan nada tanpa tekanan.Drake tersenyum salah tingkah. “Aku tidak punya banyak persediaan. Dia budak pertamaku.”“Tidak apa-apa.” Raja Aiden tersenyum sumringah. Ia mengibaskan ekor jubahnya, dan duduk tegap di kursi megah ujung meja, menghadap pada kaumnya.“Nah, aku senang kalian bisa menikmati pesta walaupun kenyataannya, pesta ini hanya hiburan sebelum besok kita bermandi darah.” Raja Aiden melempar lelucon, memaksa para naga tertawa tak ingin.“Aku harap, sedikit hiburan bisa melemaskan otot-otot yang menegang, yang sudah ditempa di arena tarung belakangan ini, agar kita semua bisa turun ke medan laga dalam performa terbaik kita.” Raja Aiden memiringkan kepala ke arah p
“Jude Smith!” Drake memperingatkan Jude yang sudah kadung berang. Karena emosi yang begitu meluap-luap Jude jadi tidak bisa mendengar teguran Drake. Alih-alih menahan diri, Jude malah beranjak dari tempatnya duduk dan melangkah berani mengitari meja. Diraihnya lengan budak Ancalagon yang meringkuk di lantai, dan membujuknya agar mau bangkit.Gadis itu menggeleng-geleng ketakutan. Ia tidak mau membuat tuannya lebih marah lagi. Karena kasihan, Jude melepas selendang gaun dari bahunya, lalu menyelimuti budak Ancalagon yang tampak mengenaskan.Sama terkejut dengan yang lain, Ancalagon yang sempat tak bisa berkata-kata, kini telah kembali mendapatkan kesadarannya.Pertunjukkan heroik Jude telah mengusir rasa mabuk yang sempat membuat Ancalagon linglung. Sambil bertepuk tangan dengan gaya dibuat-buat, Ancalagon berbicara keras-keras hingga seluruh aula bisa mendengarnya.“Pertentangan seo
“Itu ….” Drake menarik-narik daun telinga gugup. “Sesuatu yang akan disiapkan pelayan istana, segera.”Tak lama, gaun yang dimaksudkan tiba. Seorang wanita kusut masai membawa peti kecil dan memberikannya pada Jude. Ia melirik sekilas ke arah Jude dengan mata sendu tak bercahaya, seolah mengasihani gadis molek di hadapannya itu.“Pakai semua itu, beberapa diantaranya akan melindungimu dari … um … goresan.” Drake tampak kacau. Ia berjalan hilir mudik di aula kastilnya, sambil menunggu Jude membongkar keseluruhan isi peti.“Apa ini?” Jude menarik keluar sebuah gaun mini berwarna kuning cerah yang seolah bisa bersinar dalam kegelapan.“Itulah gaun buruan.” Drake sendiri merasa geli melihatnya. Selama ini ia tidak pernah ikut serta setiap diadakannya acara tersebut. Baginya, berlomba mengejar para budak yang berlarian di seb
Jude mengerjap kaget.“Aku ….” Ia kehilangan kata untuk beberapa saat. Pasalnya, Jude merasa gadis Anglo itu benar. Dialah penyebab acara perburuan ini diadakan. Andai saja ia tidak bersikap sok pahlawan, mungkin malam ini dirinya sedang tidur nyenyak di kastil Drake.“Apa yang kau lakukan di pesta tadi … sungguh mengagumkan. Aku merasa gugup duduk di sampingmu, sementara diriku ingin sekali mengajakmu bicara.” Mata gadis itu berbinar-binar mengejutkan Jude.“Kau sungguh pemberani,” pujinya tulus.“Aku tidak ….” Jude mengedip-ngedip. “Sungguh, aku hanya … andai saja kau lihat bagaimana Ancalagon memperlakukan budaknya. Tapi sungguh, aku bukan pemberani seperti yang kau pikirkan. Kalau aku punya sedikit saja keberanian, mungkin, aku tidak akan ada di sini bersamamu.”Gadis itu tertawa. Sebuah t
“Jangan ikut campur urusan orang lain, Jude. Pikirkan dirimu sendiri. Bersembunyilah sampai aku menemukanmu.” Suara Drake berdengung di kepala Jude, tumpang tindih dengan erangan dari balik batang pohon mati.“T-tolonglah ….”“Sial!” Jude menjejak tanah kesal, mengerem kakinya yang berlari, dan berbalik arah. Sambil mengutuki diri sendiri, Jude melompat ke balik batang pohon dan terkesiap melihat seorang pemuda sekarat menatapnya merana.“K-kau!” Jude terbelalak menatap budak Rodelline, terluka di wajah dan bahunya. “Apa yang telah terjadi padamu?”“A … aku … d-disiksa ….”Jude mengabaikan rasa melilit di ulu hati. Ia berusaha menahan muntah di dekat budak Rodelline yang akan menambah buruk harinya.Susah payah Jude membantu pemuda itu berdiri. Darah mengucur dari tulang selangkanya.“Kau bisa berdiri?”Budak itu mengangguk gemetar. Jude tahu mereka tak punya pilihan selain berusaha sekeras mungkin untuk tetap bertahan hidup.Mengerahkan sisa tenaga, Jude menghela pemuda itu bangkit d
Sekali lagi, Jude merasa terseret oleh riak biru mata Drake yang begitu berkilau. Seolah-olah ia tenggelam dalam biru lautan nan menyilaukan mata. Itulah sebabnya Jude terpejam. Mendadak, hatinya jadi hangat.“Benarkah itu? Kau bisa merasakan apa yang aku rasakan?” Suara Drake begitu lembut di telinga Jude.Gadis itu mengangguk. “Dan nyatanya, semua ini tidak mengganggumu, kan?”Drake meringis. “Aku … tidak yakin,” katanya gugup. “Jujur, ini belum pernah terjadi sebelumnya.”Sang naga menatap budaknya kebingungan. “Tidak ada yang bisa meretas ke dalam bathin naga, apapun hubungannya. Tidak antar pasangan, apalagi budak dan tuannya.”Jude cemberut. Gadis itu mengedikkan bahu, dan menepis jemari Drake yang tergantung di atas lukanya. “Ya, mana aku tahu. Kalau kau pikir aku membual, terserah saja. Lagipula, tidak ada untungnya bagiku kau percaya atau tidak. Yang jelas, kau tidak bisa berbohong padaku, Tuan.”Si gadis memberi cengiran jahil. “Aku akan tahu perasaanmu, sekalipun bibir somb