Nyatanya, semakin Jude mengabaikan suara itu malah semakin jelas terdengar. Si gadis kembali duduk tegap. Diperhatikannya daun pintu dengan hati berdegup kencang.“Drake?” panggilnya serak. Jude menyesali suaranya yang tercekat. Ia tidak pernah menyukai rasa takut, namun sepertinya takdir senang bermain-main dengan hal-hal menakutkan.“Tenang, Jude, Ancalagon sedang pergi berperang, kan. Tidak ada yang lebih mengerikan dari naga kuning satu itu.” Jude mengusap dada, menenangkan diri.Ia menunggu beberapa saat hingga suara garukan itu menghilang. Lama Jude terdiam dalam gelisah, hingga kemudian ia memberanikan diri untuk pergi memeriksa pintu.Drake sudah menambah pengamanan khusus yang membuat pintu bisa dibuka dari luar hanya oleh sang naga seorang. Tak ada yang bisa membukanya dengan mudah, jika tidak memiliki identitas pemilik kastil. Begitulah yang Drake katakan pada Jude untuk menenangkan si gadis sejak Ancalagon berhasil merangsek masuk.Jude menghampiri pintu, menempelkan telin
“Hm … aku bisa mencium baumu, Sayang. Dekat … dekat sekali.” Suara Ancalagon menggeram rendah menyakiti telinga Jude yang berusaha bergerak tanpa suara.Jude memejamkan mata. Ia menunggu Ancalagon yang mengintai di sisi ranjang sedikit menjauh, sebelum kembali bergerak sangat hati-hati.Beruntungnya, tubuh mungil Jude bisa diajak bekerja sama dengan baik. Seprai beludru merah yang melingkupi ranjang menutupinya dengan sempurna. Dan Ancalagon dalam bentuk naganya terlalu besar untuk bisa membungkuk serendah batas seprai.Saat naga itu mengitari sisi lain ranjang, Jude tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan gesit, ia menyelinap ke kaki ranjang yang berbonggol-bonggol, merayap ke sisi lemari dan menyelundup ke balik peti baju zirah.Sialnya, kaki Jude menyenggol helm tempur di dalam peti menyebabkan bunyi kemeretak pelan. Gadis itu mengutuki diri.“Dasar, Bodoh!” erangnya dengan gigi terkatup.“Aha!” Suara Ancalagon terdengar sangat gembira. Dari tempatnya bersembunyi, Jude bisa melihat
“Situasi sulit macam apa yang telah membuat naga biru tertunduk begitu lemah?” Tetua terkekeh. Ia memetik ujung daun hijau tua di hadapannya, dan memeriksa hal tersebut seolah itu adalah sesuatu paling penting yang harus ia lakukan.“Nyawaku.” Mata biru Drake berkilat muram, sejenak setelah ia mengatakan hal tersebut.Tatapan Tetua jatuh pada pelepah daun yang terkulai di jemarinya. Ia terlihat sedang berpikir keras hingga dahinya yang semula mulus kini berlipat-lipat.“Situasi sulit,” ucap Tetua nyaris tak terdengar. “Sangat sulit, Naga Biru….”***“Ssshhh ….” Dari tempatnya bersembunyi, Jade bisa melihat sosok naga kuning yang merayap berbahaya. Gadis itu gemetaran dari kepala hingga kaki. Desisan Ancalagon memanas di telinganya.Tak ada yang bisa dilakukan Jude kecuali terus bergerak mundur. Punggungnya menabrak deretan jubah besar dan berbulu, beberapa rompi perang dan deretan pakaian pesta aneka warna milik Drake, hingga kemudian Jude sadari Ancalagon tak terlihat lagi.Gadis itu
Baik Jude maupun pria tua pemilik toko roti saling bertukar kedipan bingung. Keduanya diam sejenak sebelum kemudian pria tua itulah yang bicara.“B-bagaimana bisa … oh, astaga! Bagaimana bisa aku mengabaikan tanda itu di lehermu! Seumur hidup tak pernah kukira akan melihat tanda itu dengan mata kepalaku sendiri!”Kepanikan pria itu menular cepat pada Jude. Gadis itu meringis dan berkata, “Tanda apa?”Pria tua menunjuk leher Jude dengan jemari bergetar. “Kalung perbudakan!”Disitulah Jude ingat keberadaan kalung di lehernya. “Ah, ini.” Si gadis meraba lehernya. Kalung itu terasa dingin di jemari Jude. Jauh lebih dingin dari terakhir kali Jude ingat. Pikirannya melayang pada Drake dan merasa sangat menyesal karena telah membayangkan hal buruk terjadi pada sang naga biru.“Pergi sana!” Tahu-tahu pria tua itu berteriak. Jude terperanjat kaget.“Apa? T-tapi kenapa?”“Pergi! Aku tidak menerima apapun yang berhubungan dengan naga!”“Tapi, Sir⸻” Jude tak sempat menyelesaikan ucapannya karena
“Sudah kubilang, jangan lakukan!”“Kau hanya takut, Tuan Raja.”Derak pagar pembatas ladang meledak seiring geraman dari para pemuda yang sejak dua menit lalu saling adu mulut.Jude Smith, gadis cantik yang baru saja melewatkan hari ulang tahun paling membosankan, kini mendapat sedikit kemeriahan dari gerombolan pemuda di batas luar ladang gandum pamannya.Gadis itu memutar bola mata, dan menghela napas berat saat para pemuda itu kini saling adu jotos. “Yah, kini aku berusia dua puluh, dan seperti inilah kehidupan awal dewasaku dimulai.” Jude membanting garu rumput yang sejak tadi digunakannya membersihkan ilalang, dan menyeka keringat di dahi.Keributan di batas luar ladang semakin menjadi-jadi. Bukan lagi saling menggeram dan memukul, para pemuda itu sudah berhasil merobohkan seluruh pagar. Saat Jude memalingkan wajah, seketika pagar kayu itu menyala-nyala.“Astaga! Apa yang orang-orang bodoh itu lakukan?” Jude berlari memintas ladang, dan terbelalak menatap api yang melalap habis p
“Kau sudah bangun?”Drake Aiden melangkah masuk. Wajah tampannya tampak muram. Ia memandangi Jude seperti belum pernah melihatnya sebelum ini.“Di mana aku?” Jude mengabaikan ucapan Drake. Ia menyibak selimut, dan melompat turun dari ranjang. Mendadak, rasa pusing menyerangnya hingga ia kembali jatuh terduduk.“Hati-hati!”“Jangan sentuh aku!” Jude merentangkan tangan, menghentikan pergerakan Drake yang sudah hendak menangkapnya.Isi kepala Jude berputar cepat. Kilau biru mata Drake membawa kilasan-kilasan asing, yang semakin menambah kepalanya pusing.“K-kau ….” Jude memegangi kepala frustasi. Deru angin menulikan telinganya. Seolah-olah, ia kembali terbang di bawah apitan cakar Drake yang keras dan kuat. “Apa kau seekor naga?”Dahi Drake berkerut tidak senang. “Kau membuatnya terdengar tidak keren,” keluh Drake terang-terangan. “Tapi, ya, aku adalah naga hitam. Ras terkuat kaum naga.”Jude terkesiap. “Jadi, naga itu betulan ada?” Suaranya bergetar hebat. “K-kalian tidak betulan mema
“Aku serius, Jude. Jangan pergi kemanapun tanpa aku!” Drake menegaskan ucapannya, sebelum berbalik memunggungi Jude dan menghilang di balik pintu.Sebuah senyuman penuh siasat, terukir di wajah cantik Jude Smith.“Oh, lihat apa yang bisa budakmu ini lakukan tanpa dirimu, Calon Raja.”Jude berputar cepat, dan berlari ke sudut lain ruangan. Tanpa jeda, ia menyongkel birai jendela dan mendorongnya terbuka lebar.Angin malam menyibak rambut Jude ke belakang. Lautan hitam beriak di hadapan Jude. Ia tak bisa melihat apapun kecuali gelap.Menelan rasa takut yang bergelegak sampai kerongkongan, Jude menginjak jambangan emas hias dan mendongkang tubuhnya ke atas. Sekejap saja, ia sudah duduk di bingkai jendela keemasan yang menjorok langsung ke balkon berbatu.Jude memanjangkan leher, memeriksa seberapa jauh jarak jendela ke balkon. Setelah memastikan ia bisa melompat dengan baik, gadis itu meluncur anggun seperti kucing yang mendarat tanpa suara dengan dua kakinya.“Ya! Sayangnya, kau berurus
“Budak yang kabur, eh?” Suara serak dan dingin menggema di dinding berbatu.Jude mengangkat pandangan. Di hadapannya berdiri seorang wanita tinggi langsing menatap Jude angkuh dari atas dagu yang terangkat.Jude tidak bisa menebak siapa wanita itu, terlebih lagi saat terdengar derap cepat dari balik punggungnya yang Jude pastikan adalah Ancalagon.Dia butuh pertolongan!Hanya dari melihat penampilannya saja, Jude tahu bahwa wanita ini pastilah punya kedudukan tinggi.Rambutnya sehalus sutera, jatuh menutupi punggung kurus berbalut gaun mewah berwarna emas darah. Semerah bibirnya yang melengkung indah bak permadani mahal.Rasa terpesona itu hilang sekejap bersama rintihan pilu dari seseorang yang merangkak di dekat kaki jenjang berbalut stiletto hitam runcing yang dikenakan si wanita.“Astaga.” Jude mendekap mulut. Matanya terbelalak menatap seorang pemuda dengan wajah babak belur, dan bahu berdarah-darah. Pemuda itu diikat di kakinya, dan diseret seperti anjing penjaga. Wajahnya yang
Baik Jude maupun pria tua pemilik toko roti saling bertukar kedipan bingung. Keduanya diam sejenak sebelum kemudian pria tua itulah yang bicara.“B-bagaimana bisa … oh, astaga! Bagaimana bisa aku mengabaikan tanda itu di lehermu! Seumur hidup tak pernah kukira akan melihat tanda itu dengan mata kepalaku sendiri!”Kepanikan pria itu menular cepat pada Jude. Gadis itu meringis dan berkata, “Tanda apa?”Pria tua menunjuk leher Jude dengan jemari bergetar. “Kalung perbudakan!”Disitulah Jude ingat keberadaan kalung di lehernya. “Ah, ini.” Si gadis meraba lehernya. Kalung itu terasa dingin di jemari Jude. Jauh lebih dingin dari terakhir kali Jude ingat. Pikirannya melayang pada Drake dan merasa sangat menyesal karena telah membayangkan hal buruk terjadi pada sang naga biru.“Pergi sana!” Tahu-tahu pria tua itu berteriak. Jude terperanjat kaget.“Apa? T-tapi kenapa?”“Pergi! Aku tidak menerima apapun yang berhubungan dengan naga!”“Tapi, Sir⸻” Jude tak sempat menyelesaikan ucapannya karena
“Situasi sulit macam apa yang telah membuat naga biru tertunduk begitu lemah?” Tetua terkekeh. Ia memetik ujung daun hijau tua di hadapannya, dan memeriksa hal tersebut seolah itu adalah sesuatu paling penting yang harus ia lakukan.“Nyawaku.” Mata biru Drake berkilat muram, sejenak setelah ia mengatakan hal tersebut.Tatapan Tetua jatuh pada pelepah daun yang terkulai di jemarinya. Ia terlihat sedang berpikir keras hingga dahinya yang semula mulus kini berlipat-lipat.“Situasi sulit,” ucap Tetua nyaris tak terdengar. “Sangat sulit, Naga Biru….”***“Ssshhh ….” Dari tempatnya bersembunyi, Jade bisa melihat sosok naga kuning yang merayap berbahaya. Gadis itu gemetaran dari kepala hingga kaki. Desisan Ancalagon memanas di telinganya.Tak ada yang bisa dilakukan Jude kecuali terus bergerak mundur. Punggungnya menabrak deretan jubah besar dan berbulu, beberapa rompi perang dan deretan pakaian pesta aneka warna milik Drake, hingga kemudian Jude sadari Ancalagon tak terlihat lagi.Gadis itu
“Hm … aku bisa mencium baumu, Sayang. Dekat … dekat sekali.” Suara Ancalagon menggeram rendah menyakiti telinga Jude yang berusaha bergerak tanpa suara.Jude memejamkan mata. Ia menunggu Ancalagon yang mengintai di sisi ranjang sedikit menjauh, sebelum kembali bergerak sangat hati-hati.Beruntungnya, tubuh mungil Jude bisa diajak bekerja sama dengan baik. Seprai beludru merah yang melingkupi ranjang menutupinya dengan sempurna. Dan Ancalagon dalam bentuk naganya terlalu besar untuk bisa membungkuk serendah batas seprai.Saat naga itu mengitari sisi lain ranjang, Jude tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan gesit, ia menyelinap ke kaki ranjang yang berbonggol-bonggol, merayap ke sisi lemari dan menyelundup ke balik peti baju zirah.Sialnya, kaki Jude menyenggol helm tempur di dalam peti menyebabkan bunyi kemeretak pelan. Gadis itu mengutuki diri.“Dasar, Bodoh!” erangnya dengan gigi terkatup.“Aha!” Suara Ancalagon terdengar sangat gembira. Dari tempatnya bersembunyi, Jude bisa melihat
Nyatanya, semakin Jude mengabaikan suara itu malah semakin jelas terdengar. Si gadis kembali duduk tegap. Diperhatikannya daun pintu dengan hati berdegup kencang.“Drake?” panggilnya serak. Jude menyesali suaranya yang tercekat. Ia tidak pernah menyukai rasa takut, namun sepertinya takdir senang bermain-main dengan hal-hal menakutkan.“Tenang, Jude, Ancalagon sedang pergi berperang, kan. Tidak ada yang lebih mengerikan dari naga kuning satu itu.” Jude mengusap dada, menenangkan diri.Ia menunggu beberapa saat hingga suara garukan itu menghilang. Lama Jude terdiam dalam gelisah, hingga kemudian ia memberanikan diri untuk pergi memeriksa pintu.Drake sudah menambah pengamanan khusus yang membuat pintu bisa dibuka dari luar hanya oleh sang naga seorang. Tak ada yang bisa membukanya dengan mudah, jika tidak memiliki identitas pemilik kastil. Begitulah yang Drake katakan pada Jude untuk menenangkan si gadis sejak Ancalagon berhasil merangsek masuk.Jude menghampiri pintu, menempelkan telin
“Apa yang Anda inginkan dariku, Tuan?” Jude tersenyum manis walaupun matanya sudah sangat mengantuk.Drake menelusur wajah Jude, turun ke leher dan tubuhnya, hingga kemudian berakhir di kaki.“Aku perlu sedikit penyemangat sebelum pergi berperang,” kata Drake kemudian.Jude berpikir keras. “Apa itu misalnya?”“Hm, sedikit hiburan.” Drake memberi saran.“Hiburan seperti apa?” Kening Jude berkerut bingung. Pasalnya, ia tidak pernah mengenal hiburan sepanjang hidup yang ia habiskan bersama perkakas kebun di ladang gandum.“Kau bisa menari?” Drake memiringkan kepala.Wajah Jude mendadak merah padam. “T-tidak. Kuharap kau tidak memintaku menari di depanmu.”“Kenapa memangnya? Bukankah tadi kau sendiri yang mengajukan diri untuk memenuhi permintaanku?”“Ya, tapi ….”“Nah, menarilah untukku.” Drake bersidekap, siap untuk menyaksikan pertunjukan.Jude bergerak gelisah. “Tarian macam apa? Aku tidak pernah menari sebelum ini.”“Apa saja. Aku hanya ingin sedikit hiburan di sini.”Jude termenung
“Kau benar.” Drake kembali menghadap Jude. Mata birunya menyapu wajah Jude yang kemerahan.“Selama aku memilikimu, kau belum pernah melakukan sesuatu untukku. Alih-alih punya budak, aku jadi seperti punya kucing peliharaan yang selalu merepotkan dan sulit diatur.” Ucapan Drake mengubah roman malu-malu Jude menjadi sebal. Gadis itu cemberut masam.“Lekas selesaikan urusanmu, dan temui aku di ruang makan.” Drake bergegas meninggalkan Jude yang malu sendiri karena perbuatannya.“Yang benar saja! Ancalagon mengejarku seperti orang gila, sementara dia tidak menggubrisku sama sekali.” Jude menatap pintu kamar mandi yang menutup di belakang punggung Drake dengan mulut ternganga.Gadis itu segera merendam tubuh serta rasa malunya ke dalam cairan beraroma bunga dan rumput segar. Menikmati kehangatan yang begitu nyaman di atas luka-lukanya.Jude sangat ingin berendam lebih lama lagi, namun ia ingat perintah Drake untuk berendam hanya tiga puluh menit saja. Maka, Jude memaksa dirinya untuk kelua
Sekali lagi, Jude merasa terseret oleh riak biru mata Drake yang begitu berkilau. Seolah-olah ia tenggelam dalam biru lautan nan menyilaukan mata. Itulah sebabnya Jude terpejam. Mendadak, hatinya jadi hangat.“Benarkah itu? Kau bisa merasakan apa yang aku rasakan?” Suara Drake begitu lembut di telinga Jude.Gadis itu mengangguk. “Dan nyatanya, semua ini tidak mengganggumu, kan?”Drake meringis. “Aku … tidak yakin,” katanya gugup. “Jujur, ini belum pernah terjadi sebelumnya.”Sang naga menatap budaknya kebingungan. “Tidak ada yang bisa meretas ke dalam bathin naga, apapun hubungannya. Tidak antar pasangan, apalagi budak dan tuannya.”Jude cemberut. Gadis itu mengedikkan bahu, dan menepis jemari Drake yang tergantung di atas lukanya. “Ya, mana aku tahu. Kalau kau pikir aku membual, terserah saja. Lagipula, tidak ada untungnya bagiku kau percaya atau tidak. Yang jelas, kau tidak bisa berbohong padaku, Tuan.”Si gadis memberi cengiran jahil. “Aku akan tahu perasaanmu, sekalipun bibir somb
“Jangan ikut campur urusan orang lain, Jude. Pikirkan dirimu sendiri. Bersembunyilah sampai aku menemukanmu.” Suara Drake berdengung di kepala Jude, tumpang tindih dengan erangan dari balik batang pohon mati.“T-tolonglah ….”“Sial!” Jude menjejak tanah kesal, mengerem kakinya yang berlari, dan berbalik arah. Sambil mengutuki diri sendiri, Jude melompat ke balik batang pohon dan terkesiap melihat seorang pemuda sekarat menatapnya merana.“K-kau!” Jude terbelalak menatap budak Rodelline, terluka di wajah dan bahunya. “Apa yang telah terjadi padamu?”“A … aku … d-disiksa ….”Jude mengabaikan rasa melilit di ulu hati. Ia berusaha menahan muntah di dekat budak Rodelline yang akan menambah buruk harinya.Susah payah Jude membantu pemuda itu berdiri. Darah mengucur dari tulang selangkanya.“Kau bisa berdiri?”Budak itu mengangguk gemetar. Jude tahu mereka tak punya pilihan selain berusaha sekeras mungkin untuk tetap bertahan hidup.Mengerahkan sisa tenaga, Jude menghela pemuda itu bangkit d
Jude mengerjap kaget.“Aku ….” Ia kehilangan kata untuk beberapa saat. Pasalnya, Jude merasa gadis Anglo itu benar. Dialah penyebab acara perburuan ini diadakan. Andai saja ia tidak bersikap sok pahlawan, mungkin malam ini dirinya sedang tidur nyenyak di kastil Drake.“Apa yang kau lakukan di pesta tadi … sungguh mengagumkan. Aku merasa gugup duduk di sampingmu, sementara diriku ingin sekali mengajakmu bicara.” Mata gadis itu berbinar-binar mengejutkan Jude.“Kau sungguh pemberani,” pujinya tulus.“Aku tidak ….” Jude mengedip-ngedip. “Sungguh, aku hanya … andai saja kau lihat bagaimana Ancalagon memperlakukan budaknya. Tapi sungguh, aku bukan pemberani seperti yang kau pikirkan. Kalau aku punya sedikit saja keberanian, mungkin, aku tidak akan ada di sini bersamamu.”Gadis itu tertawa. Sebuah t