Wajah Anjani seketika memucat, dan nafasnya seakan tersumbat di kerongkongan. Anjani tak bisa berkata apa-apa, lidahnya terasa kelu saat melihat Barata ada di depannya. "Ya, kau masih mengenalku? Kau kira aku tak tau tempat keberadaanmu. Didalam leng semut pun tetap aku tau," ungkap Barata melangkah mendekati Anjani. Anjani diam sesaat dan pandangannya mengarah pada Barata yang menatap Anjani tanpa berkedip. Dalam hati Anjani berpikir, darimana Barata tau keberadaan dirinya, mungkinkah tante Bety, tapi Anjani tak yakin jika tante Bety yang mengatakan semua itu, sebab tante Bety tak tau jika dirinya kenal sama Barata. Mungkin Antony, Anjani juga tak yakin jika Antony yang mengatakan keberadaan dirinya pada Barata, sebab tante Bety maupun Antony tak kenal Barata. Anjani menghela nafas panjang, seperti beban berat ada pada dirinya namun ada sesuatu yang mengatakan dari hati Anjani kalau Anjani tak usah takut menghadapi Barata, Barata sudah bukan boss kamu lagi Anjani, dia bukan y
Mata Anjani langsung mengarah pada tangan Barata, ia memandang secara bergantian wajah Barata dan tangan Barata. Anjani berusaha menarik tangannya perlahan dari cengkeraman tangan Barata, Anjani mengira Barata mengigau, namun semakin Anjani menarik tangannya, semakin kuat tangan Barata mencengkeram tangan Anjani. Anjani terdiam, ia memperhatikan wajah Barata tajam, ia baru tau kalau Barata sengaja berbuat seperti itu. Anjani tak habis pikir apa maksud Barata. Apa Anjani tidak diperbolehkan pulang, mungkin Barata ingin menikmati lagi percintaan seperti semalam. "Tuan, maaf saya mandi dulu, sebab saya ada janji sama teman," ucap Anjani pelan. Tiba-tiba mata Barata terbuka, menatap Anjani. Dan terdengar suara dari mulut Barata, "kau sudah aku boking dua malam," ungkap Barata pelan dan santai. Anjani tersentak, "dua malam?" lirihnya dalam hati. Jangankan dua malam. Satua malam saja bikin Anjani pusing tujuh keliling, sebab permainan Barata di samping sering memaki dan kasar, juga te
Anjani membuka matanya setelah mendengar bunyi jam di ruang tengah berdentang enam kali. Ia langsung menyibakkan selimutnya dan melompat turun dari tempat tidur. "Huh ... Kesiangan dikit, menghadap Mbak Rita." Rencana pagi ini Anjani pamit ingin menemui tante Bety, ingin mengatakan keadaan Ain, sebab menurut firasat Anjani yang semalam semenjak kepulangan bertemu Barata, Anjani tak bisa memejamkan matanya barang sekejab. Pikirannya terus terbayang kata-kata Barata. Anjani tak yakin jika Barata benar- benar ingin bertanggung jawab tentang kehidupan Ain. "Aku harus ke rumah tante Bety." Anjani melangkah dengan cepat menuju kamar mandi, ia berpikir semoga kamar mandi tidak Antri. Biasanya jam segini teman temannya masih tidur, habis begadang malam. Pemikiraan Anjani benar, ruangan dalam keadaan sepi, kamar mandi semua kosong. Dengan cepat Anjani masuk kamar mandi untuk membersihkan diri. Anjani beruntung, semenjak pulang dari kampung, Antony dan tante Bety sangatlah be
"Dari mana kamu?!"Tante Bety berkacak pinggang dengan mata menatap tajam Anjani. Anjani bingung, tubuhnya mulai gemetar dan wajahnya memucat. "Sa ... Saya ingin tau, pintu itu menuju kemana, saya kira kolam renang milik Tante Bety, ternyata rumah warga kampung," ucap Anjani tergagap. "Halah ... Nggak usah beralasan tentu kamu ingin menyelidiki, apakah saya punya rahasia." Anjani terlonjak dan menatap tajam tante Bety. "Memang Tante punya rahasia?" Anjani memberanikan diri balik bertanya. Tante Bety diam sesaat, ia tampak blingsatan, mendengar Anjani balik bertanya. Dengan cepat tante Bety meraih tangan Anjani. "Ayo kita masuk, kita bicarakan di dalam." Tante Bety menarik kasar tangan Anjani. Untuk membawa Anjani masuk ke ruang tengah. Dan dihempaskan tubuh Anjani ke kursi panjang, hingga tubuh Anjani terpental. Beruntung di kursi yang empuk bukan di lantai. "Aku tau, kau mencari Ain kan?" tanya tante Bety bernada tinggi, dengan berkacak pinggang di depan Anjani. Matanya melo
"Ya, Anda tuan Bima?" tanya Anjani sambil mengingat-ingat, apakah tebakannya benar atau tidak. Ingatan Anjani mulai bereaksi, tiga tahun yang lalu ia pernah di bohongi orang yang bernama Bima di hotel waktu itu. Yang mana Barata telah menjual dirinya pada Bima, Anjani di beri obat perangsang, dan mengatakan akan menolong Anjani keluar dari cengkeraman Barata. Bima akan mengantar Anjani pulang kampung, namun apa yang terjadi, Bima tidak menolong Anjani, Bima malah menjualnya lagi dengan rekan bisnisnya bernama Fredy. Itupun kesepakatan dengan Barata. "Ya mereka semua biadab. Apalagi Barata lebih bisa dikatakan tak berperikemanusiaan. Ia adalah hewan bukan manusia lagi. Termasuk orang ini," batin Anjani. Anjani berpikir bagaimana mau membalas orang ini, sedangkan dirinya tak berkuasa dan tak punya kekuasaan, kekuasaan itu berupa uang dan kedudukan. Aku bisa membalasnya bila aku sudah kaya dan punya kedudukan, untuk kali ini belum bisa. Kembali Anjani pasrah, tapi ia harus hati-hat
"Apa, Barata ingin membunuhku?" tanya Batin Anjani dengan menatap Bima yang terus merancau tak karuan. Anjani mengetahui hal itu, menginginkan agar Bima mabuk terus, dan bisa mengatakan apa yang dikatakan Barata semuanya tentang dirinya. Ia segera bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri kedai club yang menjajakan segala macam merk minuman beralkohol. Anjani minta satu botol wisky. Ia langsung bawa minuman ke tempat di mana Bima dalam keadaan mabok berat.anjani menuangkan Wisky ke dalam sloki dan di sodorkan ke mulut Bima. Hingga bergelas-gelas sloki masuk ke dalam mulut Bima. "Huh, rasain kau Tuan Bima, dulu aku pernah kau perlakukan seperti itu, beruntung ini hanya minuman tak berbahaya.Anjani berpikir bagaimana agar Bima bisa merancau tanpa di dengar orang-orang yang ada di dalam Bar. Sesaat ia berpikir, dan berlari keluar, menghubungi scurity untuk menanyakan Hotel yang ada di dekat club malam ini. Dan ternyata club ini juga menyediakan kamar. Scurity menunjuk sebuah ba
Anjani kaget ternyata Antony sudah berdiri di dekatnya. Anjani salah tingkah dan gugup. "Mmm ... I ... Iya Tuan barusan saya masuk kamar. Tuan Bima mabuk, Saya malas kalau menemani orang mabuk," ucap Anjani polos. Antony mengernyitkan dahinya, niat hati ingin memarahi Anjani, sama saja Anjani tak menghormati pelanggan. Namun Antony menyadari, mungkin Anjani tak suka dengan orang mabuk, dan juga memaklumi kalau Anjani orang kampung yang polos dan tak mengenal hal seperti itu, apalagi perempuan beda sama laki-laki, kalau laki-laki kampung sarangnya pemabuk. "Oo, ya sudah lanjut aktivitasmu. Jam sembilan temui aku, ada hal penting yang ingin aku bicarakan." Anjani kaget, ia yakin Antony pasti hendak membicarakan tentang apa yang di bicarakan Barata mengenai dirinya. Anjani mulai bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Jangan-jangan Antony sebetulnya tau hubungan Barata dengan dirinya. Cuma Barata merahasiakannya, dan apa mungkin laki-laki yang melindunginya dirinya itu adalah Antony.
Anjani pura- pura tak tau apa yang terjadi pada Leona, ia terus mencerca Leona, Leona tak segan- segan menceritakan pribadinya dari ketemu Antony spai terjadi kehamilan pada dirinya. Anjani hanya menyimak dengan sesekali menghela nafasnya. "Kamu yakin Tuan Antony mau menikahi kamu?" Leona menunduk dan menggelengkan kepalanya. "Semula aku yakin kalau tuan Antony bakalan menikahi aku." Leona tak meneruskan kata-katanya. Yang terdengar isakan lembut dari Leona. "Bicaralah mungkin kita bisa memberi jalan keluar!" ungkap Anjani yang diberi anggukan Bella. Leona semakin tak bisa membendung tangisannya, ia mengatakan sangat menyesal telah memperlakukan Anjani kurang baik, ternyata Anjani orang yang sangat peduli pada dirinya. "Maafkan aku sudah berbuat tak baik sama kalian, dan ternyata kalian lebih peduli sama aku." "Lupakan, yang penting masalah kamu bisa tuntas. Sekarang cerita saja padaku apa yang terjadi padamu." ucap Anjani sembari duduk di pinggir ranjang dekat Leona duduk. L