"Tolong jangan ganggu aku saat aku sedang bekerja,Vanessa. Pahami situasinya, sekarang kamu ingin kita melakukan apa di sini?" Jake memarahi Vanessa saat mereka sampai di rumah.Vanessa terdiam, ini memang salahnya tapi Michel lah yang menyuruh Jake pulang, bukan dirinya. Vanessa tidak tahu harus bagaimana menjawab Jake sekarang."Maaf, Jake. Aku tidak bermaksud memaksa kamu pulang, aku hanya ingin melihatmu saja sebentar setelah beberapa hari tidak bertemu denganmu." Vanessa menunduk merasa sedih karena Jake memarahinya."Baiklah, anggap itu benar. Tidak bisakah kamu menunggu sampai aku selesai bekerja di sore hari?" Sambung Jake lagi membuka jasnya dan melemparnya ke atas ranjang sedang Vanessa duduk di bibir ranjang."Kenapa kamu sangat marah? Aku sudah katakan aku tidak memaksa kamu pulang. Lagi pula Michel tidak menyinggung soal itu dan menyuruh kamu pulang. Aku tau, pekerjaan sangat penting untukmu, tapi kamu tidak menyalahkan aku jika Michel menyuruh kamu pulang," sahut Vanessa
Saat Talia dan Nathan bermain dengan Ayu, Michel dan Diana memperhatikan mereka sambil sesekali bercerita lalu tertawa yang semakin membuat Ayu iri dan dongkol pada mereka karena berpikir bahwa Diana dan Michel mentertawakannya."Oh ya, Ayu. Kamu jadi mau tinggal di sini kan? Sebentar lagi saya antar kamu ke rumah ya untuk ambil buku dan pakaian sekolah kamu," sela Diana menghampiri Ayu yang saat ini berperan menjadi bu guru dalam permainan sekolah-sekolahan mereka."Iya, Nyonya." Ayu sedikit menundukkan kepalanya saat menjawab Diana.Tadi Diana tertawa dan melihat ke arah Ayu itu karena Diana bercerita bagaimana tadi dirinya menjahili Doni dan menyuruh Doni berkenalan dengan Ayu.Waktu menunjukkan pukul 4 sore dan Diana kembali menghampiri Ayu."Ayu, ayo kita pergi sekarang saja. Lagi pula kita akan pergi beli baju kamu di mall." "Mommy, ikutttttt....""Mommy, Talia juga ikut ya?" "Iya, kalian ikut. Ayo semuanya siap-siap. Pak Tatang, tolong ya mainan anak-anak dibereskan." Diana m
Malam hari.Setelah lelah berbelanja akhirnya Diana mengajak keluarganya pulang dan sesampainya di rumah, Diana sedikit terkejut melihat Nyonya Kelly sudah berada di rumah.Namun karena lelah, Diana menyuruh pelayan untuk membantunya memandikan Nathan dan Talia sedang Michel mandi bersama dengan Diana. Dan Ayu, baru saja masuk ke dalam kamar tamu diantar oleh Tatang.Diana tidak banyak bicara bahkan setelah mandi, Diana langsung saja berbaring di atas ranjang tanpa menunggu Michel dan kedua anaknya.Karena ada Nyonya Kelly, Nathan meminta tidur bersama dengan Nyonya Kelly sedang Talia meminta tidur dengan Ayu.Sebenarnya ini kesempatan bagus untuk Michel karena bisa tidur berdua dengan Diana, namun saat melihat wajah lelah Diana yang sudah terlelap, Michel menjadi tidak tega untuk mengganggu Diana.Michel hanya berbaring di samping Diana dan tertidur dengan memeluk tubuh Diana. Michel membiarkan pintu kamar mereka tidak dikunci seperti biasa tanpa memikirkan hal lain.Waktu menunjukka
Diana buru-buru membuka pintu kamar Ayu dan melihat bahwa di atas nakas ada baskom dan juga handuk yang terendam di dalam baskom."Kamu hanya mengompresnya?" tanya Diana sedikit ketus lalu segera menghampiri dan memeriksa suhu tubuh Talia yang mulai normal."I-iya, Nyonya. Saya tidak berani kasih Talia obat dan saya juga tidak tau dimana kotak obat dan jenis obat apa yang harus saya berikan pada Talia.""Terus tadi malam kamu tidak lupa kan memakaikan pampers pada Talia?" Diana menatap tajam Ayu yang hampir menangis ketakutan."Iya, Nyonya. Saya pakaikan ketika Talia sudah tidur karena Talia tidak mau pakai pampers saat akan tidur." Jelas Ayu sedikit melirik jam tangannya."Kamu uda sarapan? Pergilah sekolah. Minta supir antar saja atau kamu akan terlambat." Pinta Diana berikutnya setelah mengingat jika Ayu harus pergi ke sekolah sekarang."Belum, Nyonya. Saya akan pergi ke sekolah dan sarapan di sekolah. Permisi Nyonya," sahut Ayu segera mengambil tasnya lalu berpamitan pada Diana.S
Tepat pukul 2 siang, suara anak-anak berteriak mulai terdengar memenuhi rumah dan membuat suara hening yang sejak tadi terjadi di rumah Michel. Nyonya Kelly dan Ayu bersiap berdiri menyambut Diana dan kedua anaknya."Nathan," sapa Nyonya Kelly tanpa menyebut nama Talia dan itu membuat Talia sedih."Talia," sapa Ayu ke arah Talia dan Talia yang tadi murung mulai tersenyum dan membalas melambaikan tangan ke arah Ayu."Kita ganti baju dulu ya baru boleh main." Diana langsung memegang tangan Nathan dan Talia lalu membawa mereka ke kamar untuk berganti pakaian.Karena ini pengalaman pertama bagi Nathan dan Talia pergi ke sekolah yang sama, mereka terus saja mengobrol tanpa henti.Tadi Michel setelah mengantarkan Diana makanan, Michel harus langsung kembali ke kantor. Jadi Diana pulang dengan mobilnya sendiri."Ayu, kamu harus lebih perhatian dengan Nathan ya." Nyonya Kelly berbisik licik pada Ayu yang hal itu membuat Ayu bingung."Maaf, Nyonya?""Kamu harus baik-baik dengan Nathan, tapi ka
Diana sangat kesal dengan Michel dan memutuskan untuk tidur di kamar Ayu sedang Ayu yang bingung tidak berani bertanya pada Diana alasan Diana ingin tidur di kamarnya. Ayu juga tidak berani melarang Diana."Kamu tidak masalah kan kalau saya tidur di sini?" Diana memastikan namun terdengar memaksa."Iya, Nyonya." Sedang di kamar Michel, Michel masih menunggu Diana masuk ke dalam kamar dengan amarah yang hampir meledak. Michel merasa harga dirinya tidak berarti di mata Diana saat melihat reaksi Diana."Wanita ini tidak berubah. Selalu saja membuat aku kesal," gumam Michel yang tidak dapat menahan diri lagi dan memutuskan untuk menjemput Diana ke kamar Ayu.Tokkk ... Tookkk ... Tokkk ...Suara pintu kamar Ayu diketuk keras oleh Michel."Diana, ayo tidur di kamar." Michel meninggikan suaranya hingga terdengar ke kamar Nyonya Kelly yang tersenyum membayangkan bahwa akan ada keributan yang terjadi antara Michel dan Diana."Mommy, itu daddy." Talia menggoyangkan tubuh Diana yang pura-pura t
Di sisi lain, Ayu tampak panik hingga tersedak saat Diana bertanya mengenai kalung milik Talia yang hilang."Kamu kenapa, Ayu? Pelan-pelan saja makannya, jangan buru-buru. Oh, Ayu. Apa kamu lihat kalung Talia? Siapa tau jatuh di kamar kamu," ujar Diana pada Ayu tanpa curiga."Ah, tidak ada, Nyonya. Saya tidak lihat." Ayu menjawab gugup dan Michel hanya memperhatikan gelagat Ayu saja."Talia, coba ingat-ingat. Apakah kamu melepaskan kalung itu dan lupa?" Diana menyuruh Talia mengingat-ingat apakah Talia melepas kalungnya atau tidak."Tidak, mommy." Talia menyangkal dan Diana tentu percaya karena tidak mungkin Talia berbohong."Padahal semalam kamu pulang sekolah mommy masih lihat loh. Ayu, nanti tolong ya, jangan lupa kamu cari di kamar kamu. Siapa tau karena Talia tidurnya tidak bisa diam, kalungnya terjatuh." "Iya, Nyonya." Ayu terus menunduk dan semua orang yang melihatnya pasti akan curiga."Kamu kenapa, Ayu? Sakit?" Nyonya Kelly bertanya pada Ayu."Tidak, Nyonya. Sepertinya saya
Selesai menggantikan pakaian rumah untuk Talia, tak lama setelahnya Nathan pulang ke rumah dan memberi Diana bunga mawar yang sama dengan seperti yang Talia berikan pada Diana.Diana tadi sempat lupa bertanya dari mana Talia mendapat bunga itu dan mengira jika Doni lah yang memberinya bunga. Tapi jika seperti ini, tidak mungkin Doni juga memberi Nathan bunga yang sama."Mommy, ini untuk mommy." Nathan memberi setangkai bunga mawar segar pada Diana."Terima kasih, Nathan. Dari mana kalian mendapat bunga ini?" Diana menerima bunga pemberian Nathan dan menciumnya singkat lalu meletakkannya di atas nakas di samping bunga pemberian Talia."Ini dari daddy, Mommy. Daddy yang suruh Nathan sama Talia kasih bunga untuk mommy biar mommy cepat sembuh dan tidak marah lagi dengan daddy." Nathan menjawab sesuai dengan apa yang terjadi."Benarkah? Ternyata bunga-bunga ini dari daddy." Diana tersenyum canggung dan menjadi tidak enak."Iya, Sayang. Bunga itu dariku. Tolong maafkan aku, Istriku. Jangan
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka