Michel membawa Nyonya Kelly ke ruang utama dan menghukum Nyonya Kelly untuk meniup semua balon sendirian dan diawasi olehnya sedang di sisi lain, Michel menyuruh Jake untuk membawa Vanessa istirahat dan menolak tawaran Jake yang ingin membantunya."Sekarang, renungkan kesalahan Mama sambil tiup semua balon ini sampai selesai. Kau, Jake. Bawa istrimu istirahat dan kau juga pergilah istirahat." "Lalu, Tuan Muda bagaimana, Tuan?" Jake bertanya lagi."Dia akan berada di sini bersamaku. Pergilah. Lagian ini masih siang, dia pasti senang bermain di sini," ujar Michel lagi."Kalau gitu saya akan kembali setelah mengantar Vanessa ke kamar, Tuan.""Tidak, jangan kembali. Tadi malam kau tidak pulang, jadi kalian harus istirahat bersama. Pergilah," pinta Michel yang kemudian langsung mengusir Jake.Sedang Jake merasa tidak enak hati, di sisi lain Vanessa merasa sangat senang dengan perintah Michel yang cukup pengertian dan memberinya keuntungan."Vanessa, kamu istirahatlah di sini. Terima kasih
"Lalu jika aku mengatakannya padamu apa kamu akan mengambilkannya untukku?" Vanessa duduk di bibir ranjang dan mendongak menatap Jake yang melihat bibir Vanessa yang bergetar karena kedinginan."Tidak," jawab Jake yang kemudian mendorong bahu Vanessa hingga Vanessa terbaring dengan kaki menggantung lalu setelahnya Jake menarik tangan Vanessa dan memberi Vanessa kehangatan melalui bibirnya.Rasa dingin yang tadi Vanessa rasakan sekarang sudah mulai pudar dan berganti dengan rasa hangat yang kian memanas disusul rasa ingin memiliki yang kian dalam."Masih dingin?" Jake melepas tautannya dan menatap wajah Vanessa yang mulai merona."Sedikit," jawab Vanessa malu lalu membuang muka ke sembarang arah."Kalau gitu aku akan menghangatkanmu. Setelah itu aku akan mengambilkanmu pakaian yang seharusnya," Ujar Jake yang kemudian menenggelamkan wajahnya di leher bagian samping Vanessa."Sssshshhh," desis Vanessa tanpa sadar karena merasa geli di lehernya sebab Jake menjilat lalu menghisap dalam ku
Ini hari yang cukup sulit bagi Michel karena Michel harus tetap berada di rumah untuk ulang tahun Nathan padahal Michel sangat ingin pergi menemui Diana untuk meminta maaf.Michel bertanya-tanya dalam benaknya apakah benar jika Diana bukan jodohnya dan takdirnya hingga Tuhan selalu menunjukkan jalan untuk mereka berpisah sekuat apapun usaha Michel untuk hidup bersama Diana.Apakah dirinya akan sanggup hidup tanpa Diana? Kenapa Diana selalu menolaknya bahkan ketika Diana amnesia sekalipun?Di sisi lain, Diana dan Talia sudah bersiap-siap untuk ikut berangkat ke Vietnam dengan tim kedokteran Kania. Doni juga ikut bersama mereka karena alasan pribadi, yakni untuk mendekati Kania dan menjadi pahlawan Kania.Melihat gelagat Doni yang perhatian pada Kania, membuat Diana mengingat jika sejak dulu adiknya itu memang sangat menyukai dokter cantik nan pintar tersebut."Nanti saat kita sampai di Vienam, kita beli kue ulang tahun ya buat Talia. Hari ini Talia ulang tahun yang ke 3 tahun." Diana m
"Halo, Pak Michel. Apa kabar? Cari siapa, Pak?" Dokter Alan menghampiri Michel."Dokter Alan, saya mau cari Dokter Kania tapi sepertinya dokter Kania tidak ada di tempat." Michel menatap datar dokter Alan."Oh, dokter Kania dan yang lain sudah berangkat ke Vietnam sejak tadi pagi, Pak. Ada urusan apa ya?""Tidak ada sih, Dok. Vietnam, untuk apa ya?""Untuk membantu tim medis di sana menangani korban perang, Pak Michel. Hmm, Mrs. Hana juga sepertinya pergi dengan mereka." Dokter Alan menjelaskan."Ah, begitu. Terima kasih, Dokter Alan. Saya permisi," ujar Michel berlalu.Di sisi lain dunia, Vanessa terus merengek agar Jake tidak pergi bekerja dan meninggalkan Vanessa sendirian lagi di rumah. Bahkan Vanessa sampai mengikat tangan dan kaki Jake agar Jake tidak pergi."Vanessa, bukankah ini berlebihan? Seluruh tubuhku sakit karena darahku tidak dapat mengalir seperti seharusnya karena kamu mengikatku," ujar Jake meminta Vanessa agar melepaskan ikatannya."Tidak, bagaimana kalau kamu nanti
Michel sudah bersiap-siap untuk menunggu kedatangan Diana namun sayangnya Diana tidak terlihat kembali bersama dengan rombongan Kania. Hanya Doni saja yang terlihat ikut kembali.Michel segera menghampiri Doni untuk menanyakan keberadaan Diana. Michel tidak berharap banyak pada Doni dan mengira jika Doni pasti tidak akan bersedia memberitahunya.Tapi tetap saja, Michel belum puas kalau belum mencobanya. "Dimana Diana? Kenapa dia tidak ikut pulang bersama kalian?" Michel melirik ke dalam jet yang rombongan Kania naiki."Siapa bilang? Mereka juga sudah kembali," jawab Doni yang tidak memberitahu Michel jika Diana dan Talia kembali ke Singapura."Lalu dimana mereka? Aku belum melihat mereka turun sejak tadi," ujar Michel lagi dan dari wajah Michel terlihat jelas bahwa Michel sedang kebingungan."Sudahlah, Pak Michel. Cari wanita lain saja yang bersedia tinggal dan hidup bersama anda. Tolong jangan teror atau mengejar mereka lagi yang sudah jelas menolak anda." Doni berlalu setelah membe
"Siapapun wanita yang Tuan Michel sebutkan ini, aku tidak perduli. Ah, nikmati saja. Sangat enak, pasti mereka semua sangat iri denganku sekarang. Semua orang berlomba untuk merayunya dan dia sangat jarang ingin dilayani. Namun hari ini, dia sendiri yang membawaku." Pikir wanita tersebut menatap wajah begairah Michel yang sexi.Waktu menunjukkan pukul 3 dini hari. Michel terbangun dan menatap kesal wanita yang tidur di atas dadanya dengan tubuh polos."Minggir!" Michel membangunkan wanita tersebut lalu berdiri dan memakai kembali pakaiannya. Michel membuka dompetnya dan memberi wanita yang baru saja bangun itu uang lembaran 100 ribu dan juga sebuah kartu."Ini tipmu. Ingat, jangan sampai kau hamil atau aku akan membunuhmu." Ancam Michel yang kemudian memilih untuk kembali ke rumahnya dan beristirahat."Baik, Tuan. Terima kasih," jawab wanita tersebut dengan mata berbinar setelah menerima uang cash dan juga kartu dari Michel.Dengan kondisi yang masih mabuk, Michel keluar dari tempat y
Brakkk!Suara pintu tertutup keras saat Diana sudah masuk ke dalam perangkap. Ruangan tersebut merupakan sebuah kamar dengan layar tv menyala yang menunjukkan rekaman cctv yang di sana terlihat Talia sedang menangis sendirian yang juga berada di dalam sebuah ruangan."Tempat apa ini?" Diana mencoba menyisir pandangan dan hendak keluar dari ruangan tersebut namun pintu sudah terkunci.Diana masih berusaha membuka pintu tersebut, namun suara langkah kaki yang berjalan ke arahnya membuat Diana mematung dan berbalik."Apa yang, apa yang kamu lakukan di sini?" Suara Diana mulai bergetar ketakutan melihat Michel menatapnya dengan tatapan aneh."Selamat datang, Hana. Aku yang harusnya bertanya seperti itu padamu. Apa yang kamu lakukan di sini? Ini kamarku dan kamu masuk asal ke sini. Kamu merindukan aku kan?" Michel mengusap pipi dan dagu Diana dengan jarinya dan Diana langsung menepisnya kasar."Ini semua pasti kerjaan kamu kan? Lepaskan Talia? Kenapa kamu menculiknya?" Diana memukul Michel
Hari ini Vanessa kembali ke rumah Michel dan melihat Nathan sedang bermain bersama Ayu. Tampaknya Ayu dapat mendekati Nathan dengan cepat hingga Nathan dapat menerimanya.Ayu juga terlihat sangat nyaman dan senang bekerja di rumah Michel yang sudah seperti istana baginya. Nantinya Ayu baru akan boleh pulang saat waktu menunjukkan jam 9 malam dan nanti Ayu akan pulang dengan diantar sopir.Karena sikapnya yang ramah dan ceria, Vanessa ternyata juga menyukai kehadiran Ayu dan mempercayakan Nathan sepenuhnya pada Ayu untuk dijaga.Di sisi lain, Ayu ternyata memimpikan hidup mewah seperti ini sejak dulu layaknya manusia normal yang hidup dalam kesulitan ekonomi."Andai saja, aku bisa tinggal di rumah ini dan menjadi Nyonya, pasti aku akan sangat bahagia. Aku tidak perlu lagi bekerja keras." Pikir Ayu saat sedang mengikuti makan malam bersama keluarga Michel di meja yang sama."Ayu, terima kasih ya untuk hari ini. Saya suka dengan kerjaan kamu yang langsung bisa buat Nathan nempel sama kam