Michel tengah membuka pakaiannya dan saat itu Diana terbangun karena merasa tubuhnya terasa panas dan lengket. Benar juga, dari tadi pagi Diana merasa belum mandi sehingga tubuhnya terasa tidak nyaman."Mau kemana, Diana?" tanya Michel bingung ke arah Diana."Kamar mandi, dimana?" Diana bertanya dengan suara yang tidak terdengar jelas."Mandi? Kamu mau mandi?" tanya Michel menghampiri Diana yang berjalan lunglai dan Diana mengangguk menjawab pertanyaan Michel."Kalau begitu, ayo kita mandi sama." Michel tersenyum girang dan langsung menggendong Diana ke dalam kamar mandi kamar hotel."Hmmm, gak mau. Mau mandi sendiri," gumam Diana menolak namun tangannya masih betah melilit di leher Michel hingga membuat Michel ingin tertawa."Manisku ini sangat gemas saat mabuk," ujar Michel memuji DianaDi kamar mandi.Michel melepas pakaiannya yang tersisa dan kemudian Michel juga melepaskan pakaian Diana.Melihat tubuh Diana tanpa busana luar saja membuat hasrat Michel semakin menggebu-gebu dan me
Karena Michel masuk, niat Diana yang gagal ingin bunuh diri tadi kembali membara. "Jangan mendekat," ujar Diana berdiri dan mengarahkan pecahan cermin tersebut ke pergelangan tangan kirinya."Diana, buang benda itu. Itu bahaya ... Kamu bisa terluka ...." Panik Michel yang ingin maju namun Diana menghentikannya."Mundur ... Keluar ... Kalau tidak aku akan menggoresnya ke tangan dan leherku!" Ancam Diana yang juga sedikit takut."Oke, tapi kalau aku keluar kamu harus janji untuk membuang benda itu. Ya?" Michel berpura-pura berbalik arah dan Diana yang polos pun kembali ingin duduk di atas closet namun dalam hitungan detik Michel kembali dan menarik tangan Diana hingga posisi Diana terkunci di dalam pelukan Michel."Lepaskan!" Bentak Diana yang masih bertahan memegang pecahan cermin tersebut yang mulai melukai telapak tangannya."Kamu lepaskan benda itu!" Michel berusaha merebut pecahan cermin dari tangan Diana seraya tetap mengunci posisi Diana."Tidak, aku akan menusuk anda jika anda
"Diana, kamu ada perasaan yang sama denganku?" tanya Michel tiba-tiba di sela waktu sarapan mereka."Hmm? Tidak," jawab Diana bingung."Lalu dengan Dave? Kamu suka Dave?" tanya Michel lagi seakan ingin memastikan siapa yang akan Diana pilih jika Diana harus memilih."Pak Dave baik, lembut dan sabar. Aku nyaman dengannya tapi aku merasa tidak enak karena terus merepotkannya." Diana menjawab bertele-tele."Lalu? Kamu lebih suka aku atau Dave?" tanya Michel lagi dan kali ini Michel menatap serius Diana."Haruskah aku menjawab Pak Dave agar dia menyerah?" Pikir Diana."Aku suka Pak Dave. Setidaknya dia tidak pernah memaksa atau berbuat hal yang tidak aku suka." Diana menjawab yakin."Huh? Sudah ku duga. Tidak masalah, aku akan tetap membuat kamu mencintai aku suatu saat nanti." Michel menjawab yakin. Diana terdiam mengabaikan Michel dan menikmati sarapannya. Takdir tidak ada yang tahu, jika apa yang Michel katakan itu benar, setidaknya Diana tidak malu karena telah menolaknya lebih dulu.
Di markas Michel.Diana masih terlihat lemas hingga tidak bisa memberikan perlawanan pada Michel. Michel menyuruh untuk Diana memakan sedikit sup agar lebih segar dan Diana menurut.Tak lama kemudian, Michel menyuruh dan membawa Diana masuk ke dalam sebuah ruangan yang terlihat mirip seperti kamar biasa namun Diana menolak."Diana, masuklah istirahat di dalam.""Gak, gak mau. Anda menipu saya, Tuan. Saya tidak akan percaya lagi pada anda," jawab Diana memberi batas diantara dirinya dan Michel. "Hei, kau. Bawa wanita ini ke dalam ruangan saya." Michel menyuruh salah satu anak buahnya membawa Diana ke dalam kamar."Gak! Aku bilang enggak! Gak mau!" Diana berdiri dan menolak saat anak buah Michel datang dan akan memasukkannya ke dalam sebuah ruangan."Kamu pilih, ingin masuk sendiri, denganku atau bersamanya?" Michel memberi Diana pilihan yang sangat sulit untuk Diana pilih karena sesungguhnya Diana tidak setuju dengan kedua pilihan itu."Gak! Aku mau pulang. Aku akan cari sendiri diman
Setelah selesai berkonsultasi pada dokter yang bersangkutan, Michel membawa Diana kembali ke markas. Kondisi fisik Diana sudah kembali normal namun tidak dengan mental Diana yang merasa tertekan.Michel tidak berani berkata-kata lagi pada Diana karena takut membuat Diana semakin stres dan tertekan. Sesampainya di markas, Michel membiarkan Diana masuk ke dalam ruangannya seorang diri dan melewati para anak buahnya dan menatap Diana dan Michel bingung.Darrrrrr!Diana membanting pintu ruangan Michel dan menguncinya. Michel tidak marah atau melarang Diana karena ruangannya sudah dipasang cctv, jadi Michel tetap bisa memantau Diana dari ponselnya."Kalian pergilah periksa apa yang perlu kalian periksa. 5 orang tetap tinggal di sini," ujar Michel memberi perintah pada anak buahnya."Baik, Tuan."Tak lama Michel duduk di kursi depan ruangannya seraya menatap fokus layar ponselnya untuk memantau Diana, Jake menelpon Michel untuk memberi laporan."Tuan, besok malam sepertinya kami akan sampa
Michel menunggu Diana keluar dari toilet tepat di depan pintu toilet. Tapi setelah 5 menit, Diana tak kunjung keluar dari sana."Apa yang dia lakukan? Kenapa lama sekali? Haruskah aku masuk dan melihat? Ah, tapi tidak boleh." Pikir Michel macam-nacam padahal ternyata Diana sedang datang bulan dan tidak membawa pembalut yang membuat Diana bingung.Diana tidak punya telepon yang bisa ia gunakan untuk menelpon Michel. Jadi Diana hanya bisa diam sembari menunggu orang masuk untuk ia mintai tolong membelikan pembalut."Duh, pasti Tuan Michel akan marah karena aku tidak kembali tepat waktu." Pikir Diana.10 menit berlalu dan Michel mulai tidak sabar dan berpikir yang tidak-tidak pada Diana."Apa sesuatu terjadi?" Michel bertanya-tanya.Di sisi lain. Diana yang tidak menemukan orang lain masuk ke toilet berusaha mengintip keluar toilet. Tapi Diana harus terkejut saat melihat Michel berdiri di depan pintu toilet seraya menatap ke arahnya."Apa yang anda lakukan di sini, Tuan?" tanya Diana kag
Keesokan harinya.Michel sudah mengatur kalau Doni akan ditempatkan di markas Michel juga namun di ruangan yang berbeda.Sesuai dengan informasi yang Jake berikan, nanti sore atau malam Jake dan Doni akan sampai di Jakarta dan oleh sebab itu, Michel akan memindahkan Diana sementara kembali ke rumahnya.Michel takut kalau Diana bertemu dengan Doni, maka rencananya akan berantakan. Tapi di satu sisi Michel tidak tau jika Dave mengikuti Jake dan Doni ke Jakarta.Pagi hari ini keributan terjadi antara Diana dan Michel pasalnya Diana menolak saat Michel ingin membawanya kembali ke rumahnya yang akan mengingatkan Diana betapa buruknya kenangannya di rumah itu."Tuan, aku tidak mau kembali ke rumah itu lagi." tolak Diana seraya melempar dan memukul Michel dengan bantal."Hanya sementara. Aku tidak akan mengurung kamu. Oke?" Michel membujuk Diana dan berusaha agar tidak membuat Diana merasa dipaksa tapi jika tidak memungkinkan, Michel terpaksa memaksa Diana."Tolong berhenti menyulitkanku, Tu
"Ahh ... Ahhh ... Lebih dalam, Sayang. Hmppp ... Kamu sangat kuat dan hebat sayang." Suara horor yang membuat Vanessa merinding dan Diana terbangun di tengah malam ini keluar dari ponsel Vanessa.Rupanya Vanessa belum tidur karena asik menonton film haram yang Diana belum pernah lihat sebelumnya namun sudah pernah melakukannya."Suara apa itu?" tanya Diana yang seketika itu membuat Vanessa terkejut dan seketika mematikan ponselnya."Tidak, tidurlah. Aku sedang menonton drama." Vanessa menyembunyikan wajahnya yang memerah malu dengan menarik selimut hingga menutupi wajahnya "Oh, silakan lanjutkan. Tapi kalau bisa, anda pakai headset ya, Nona." Pinta Diana dengan suara seraknya dan hendak kembali tidur namun Vanessa memanggilnya."Hmm, Diana. Aku akan membantumu kalau rencanamu berhasil. Tapi bagaimana kalau Michel marah?" tanya Vanessa pada Diana yang langsung terbangun dan duduk."Pasti berhasil, kamu ikuti caraku dan semoga saja jika berhasil, kamu bisa hamil, ini pasti akan jauh le
"Mama akan coba wujudkan." ucap Diana setelah beberapa saat menimang jawaban yang paling benar. Sementara itu, Michel masuk ke dalam kamar dengan membawa banyak makanan. Terutama makanan-makanan yang Nathan, Oesama, dan Talia sukai. Tak lupa juga makanan kesukaan Diana. "Papa pulang." ucapnya. "Papa habis darimana?" tanya Oesama. "Papa habis dari pengadilan, papa habis menghadiri sidang. Kenapa, Oesama?" tanya Michel. "Gapapa sih, Pa, Oesama cuma nanya, soalnya tumben papa selarut ini baru kembali." ucap Oesama. Oesama, Nathan, Talia, Diana, dan Michel kembali mengobrol, hingga hari semakin larut malam. Kemudian saat Oesama tertangkap menguap beberapa kali, Diana menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing untuk segera beristirahat. Sementara itu, Diana memegang tangan Michel. Diana akan mengutarakan kembali keinginan Nathan pada suaminya itu, Michel. Sekaligus, Diana ingin melihat, apakah Michel mendukung keputusannya atau tidak. "Kenapa, Diana?" tanya Michel. "Sini, aku
Michel akan menghadiri persidangan untuk menjebloskan pelaku kejahatan kecelakaan yang direncanakan itu. Michel sudah bersiap dengan kemeja hitam polos yang ia kenakan. Michel pun tak mengajak Diana, sebab Diana masih harus banyak beristirahat. Michel pun berpamitan dan pergi menuju persidangan dengan menggunakan mobil. Diana pun melepas kepergian Michel begitu saja. Meskipun sih, Diana ingin tahu apa yang Michel lakukan di sana, siapa pelakunya, dan akhir dari persidangan. Namun, dengan kondisi yang tak memungkinkan, Diana pun tak mungkin memaksa. Namun, karena Diana pun tak ingin bosan, Diana meminta Nathan, Talia, dan Oesama pulang, karena kebetulan ini hari jumat, dsn sudah jam pulang sekolah, jadi sudah pasti diperbolehkan dari pihak asrama. "Oh iya, nanti kamu pulang jam berapa kira-kira Michel?" tanya Diana. "Seselesainya, mungkin sih malem ya, kenapa?" tanya Michel. "Kan nanti ada Nathan, Talia, dan Oesama, tolong kamu beliin makanan-makanan kesukaan mereka ya, biar merek
"Foto-foto apa ini?" Tanya Michel melihat sebuah lembaran foto.Sebab, apa yang Michel lihat sekarang adalah foto Andrian dan Talia yang sedang berpeluk mesra. Michel sangat ingin marah melihat hal ini, tetapi Michel tak bisa berbuat apapun lagi. Namun, Michel pun sudah mengetahui kebenaran mengenai anaknya itu. Michel tak ingin mengungkit-ungkit lagi yang malah membuat keluarganya berantakan. Michel menghembuskan napas sebanyak-banyaknya. Ia harus mengatur emosi dengan benar. Michel tak ingin emosi yang ia keluarkan malah membuat dirinya ceroboh. Michel harus pintar-pintar, ia tak boleh mengulangi kesalahan yang sama dalam kurun waktu yang berdekatan, bahkan berjauhan saja tak boleh.Muka Michel terlihat semakin kusut, terlebih dengan masalah-masalah yang dihadapinya akhir-akhir ini. Michel tak ingin, tapi ia harus melakukan. Michel tak mau, tapi ia harus mau. Michel pun kembali terngiang-ngiang dengan ucapan Aldo yang menyatakan ia tak memiliki hubungan apa-apa dengan Diana. Namu
"Kamu bisa bantu aku, kan?" tanya Michel lagi. "Bisa kok bisa. Kamu mau minta bantuan apalagi, Michel?" tanya Ferdi. Ya, setelah Michel pergi dari rumah sakit, Michel menuju kediaman Ferdi. Michel merasa membutuhkan Ferdi kembali untuk masalahnya kali ini. Karena diapun sedang banyak yang dipikirkan. "Mau minta tolong selidiki mengenai istriku, kamu bisa untuk selidiki ga? Atau kamu punya kenalan ga?" tanya Michel."Aku ada kenalan sih, nanti aku kontak ya. Kamu butuh apa?" tanya Ferdi. "Paling rekaman CCTV di kantor Diana aja, soalnya aku curiga mereka selingkuh, dan aku butuh pembuktian yang menjelaskan mereka ga selingkuh. Gimana, kamu bisa kan?" tanya Michel. "Bisa, kok. Nanti, ya. Aku susun jadi satu file dulu." ujar Ferdi. "Kamu bisa kirim kapan?" tanya Michel. "Sore ini, atau mungkin besok pagi." ujar Ferdi. Michel mengangguk-angguk mengerti, saat di waktu yang bersamaan ponselnya berdering. Michel pun izin mengangkat telepon tersebut. Dan ternyata telepon itu berasal da
Setelah suster tersebut pergi, wajah Michel tampak lebih ceria daripada sebelumnya. Michel tampak berbinar seri. Sementara Aldo murung. "Bahkan suster saja membelaku, harusnya kamu tahu mana yang salah mana yang benar. Selingkuhan aja kok belagu." ucap Michel. "Selingkuhan? Coba kamu ngomong sekali lagi? Berani nggak kamu?" tanya Aldo balik. "Berani. Aldo, si pebinor. Suka kok sama istri orang, ga laku ya?" tuding Michel menyebalkan. "Mohon maaf Pak, tapi saya masuk perusahaan saja, semuanya langsung menatap saya kagum. Bahkan para perempuan rela mengantre berjam-jam hanya demi ketemu saya. Bapak nggak tahu ya? Atau nggak pernah ngerasain?" ucap Aldo balik yang malah membuat Michel kesal. "Oh, gitu ya. Tapi kamu nggak mau sama mereka, pasti cabe-cabean ya?" ujar Michel lagi. "Iya lah, makanya aku gamau." sementara Michel hanya tertawa terbahak-bahak. "Maksudnya, nggak ada yang lebih baik daripada cabe-cabean untuk menyukaimu? Kok murahan banget sih." ucap Michel tergelak. "Bos
"Apa? Jadi anak saya melakukan hal seperti itu?" tanya salah seorang orang tua. "Iya, Pak, benar. Maka dari itu, kami pihak sekolah memilih untuk memulangkan siswa ini untuk introspeksi diri di rumah. Meskipun resikonya adalah jadi tertinggal pelajaran." ucap Bu Linda. Setelahnya mereka pun membawa anak mereka pulang ke rumahnya masing-masing. Dan Ibu Linda selaku Ibu Asrama ini merasa sangat bersyukur, karena Nathan dan Oesama benar-benar menyelesaikan masalahnya. Bukan hanya janji atau perkataan manis yang tak membuahkan hasil, tapi ternyata ada wujud nyata dari mereka, hal ini menambahkan penilaian Ibu Linda terhadap mereka. Selain baik hati, ternyata mereka juga tanggung jawab. "Terima kasih ya, Nathan, Oesama. Berkat kalian, ibu sudah tidak sepusing sebelumnya. Semoga kalian bisa bertanggung jawab atas diri kalian juga." ucap Ibu Linda. "Iya, Bu. Tapi inipun bukan sepenuhnya kita berdua, kita dibantu Talia untuk mencari buk
"Duh, jadi kalian maunya gimana?" tanya Talia. "Pengennya ya semua masalah kami selesai." ucap Nathan dan Oesama berbarengan. Jawaban yang sangat lucu, memangnya siapa, sih, yang ingin memiliki masalah. Aduh, ada-ada saja. Talia menarik napas sepanjang mungkin, untuk hari ini, dia sepertinya harus lebih sabar menghadapi kedua kakak adik tersebut. Sebab mereka terlihat sangat menyebalkan hari ini. Talia mencoba diam sejenak, dia mencoba merangkai semua cerita dan pecahan kejadian menjadi satu. Talia sejujurnya tak paham, sih. Tapi dilihat-lihat, dari semua yang terjadi, hal itu masih tersangkut paut satu sama lainnya, aduh, ya iyalah, kan masih satu permasalahan. "Tebakan aku sih, benar bahwa cowok di sebelah kamar asrama kalian. Tapi rasanya untuk menaruh itu saja, Talia rasa motifnya tak semudah itu. Mungkin dia ada dendam, apakah kalian ada melakukan sesuatu padanya dalam jangka waktu satu minggu terakhir?" tanya Talia. "Kami rasanya sih enggak. Kami nggak berbuat apa-apa. Itup
"Oh, pelakunya anak kamar sebelah." ucap Nathan berdecak. "Bukannya kamar sebelah kita itu cowok ya kak?" tanya Oesama mengingatkan kakaknya. "Iya, cowok, kenapa emangnya?" Awalnya Nathan tidak menyadarinya. "Oh, hah? Cowok?" tanya Nathan lagi setelah beberapa saat."Iya, kak, cowok, kakak ga curiga?" tanya Oesama. "Curiga sih. Masa dia yang pakai baju dalaman itu?" tanya Nathan kembali. "Bisa jadi itu punya cewek, tapi dia ga mau disalahkan?" tanya Nathan lagi, dia membuat spekulasi baru. "Tapi kak, bisa aja kalau itu dia emang punya hobi koleksi dalaman, gimana tuh, kak?" tanya Oesama menyanggah spekulasi Nathan."Bisa aja, tapi itu kecil kemungkinannya kecil, sih. Kamu nggak berpikir kalau orang di sebelah kita malah punya cewek?""Bisa aja iya." ucap Oesama. "Tapi ceweknya siapa?" tanya Nathan. Rasanya cowok di sebelah kamar asramanya, tak pernah membawa cewek ataupun seseorang yang terlihat dekat dengannya. "Ya nggak ada yang tau. Kamar di sebelah kita kan sering kosong,
Setelah mengetahui bahwa kondisi Diana saat ini dinyatakan koma, Talia, Nathan, dan Oesama pun kembali masuk sekolah, karena mereka sudah tertinggal banyak pelajaran, dan sebentar lagi akan melaksanakan ujian tengah semester. Meskipun Talia ingin sekali menemani Diana, berbagai pertimbangan dan izin dari Michel juga pihak sekolah, tidaklah Talia dapatkan. Maka dari itu, Talia mencoba untuk mengerti dan mengalah. Kemarin malam, Michel sudah mengantarkan Talia, Nathan, dan Oesama untuk kembali ke sekolah. Mereka pun sudah melakukan aktivitas seperti biasanya, hanya saja, Michel memilih mengambil cuti beberapa hari. Michel ingin menyelidiki terkait kecelakaan yang menimpa istrinya, dan Aldo, atau tepatnya, selingkuhan Diana? Michel pun meminta bantuan dari teman lamanya, Ferdi untuk menyabotase CCTV di area tersebut. Karena jika menunggu pihak supermarket terdekat untuk memberikannya, itu akan memakan waktu yang lebih lama lagi. Michel tau ini ilegal, tapi Michel pun tak tau, jika buka