“Kau bisa meminta apapun yang kau inginkan,” jawab Qin Lianyi. Lagi pula, dia hanya memiliki sejumlah uang dan hanya satu nyawa yang bisa diberikannya."Baiklah," jawab Bai Tingxin.Qin Lianyi tercengang sejenak. 'Apakah Bai Tingxin baru saja ... menyetujui permintaanku? Hari ini Bai Tingxin agak sedikit santai. "Bagaimana tanganmu? Apakah masih terasa panas? ” Bai Tingxin mengalihkan pandangannya kembali ke tangan Qin Lianyi yang masih di bawah air dingin yang mengalir.“Sekarang tidak terlalu sakit. Karena sudah cukup lama berada di bawah aliran air dingin, aku rasa seharusnya sudah baik-baik saja,” jawab Qin Lianyi.Bai Tingxin kemudian mematikan keran dan mengeluarkan saputangan yang selalu dia bawa untuk menyeka tangan Qin Lianyi hingga kering.“Apakah kau punya salep di rumah? Tanganmu masih terlihat cukup bengkak. Lebih baik jika kita mengoleskan salep. ”Oh, iya aku punya.“Bawa ke sini sekarang.”Qin Lianyi berlari ke kamarnya untuk mengambil salep untuk kul
“Saya memiliki beberapa saudara tiri. Ayah saya memiliki cukup banyak wanita, oleh karena itu dia memiliki lebih anak yang banyak. "Tuan dan Nyonya Qin tida mengharapkan jawaban seperti itu, jadi suasananya menjadi agak sedikit canggung. Mereka tidak tahu harus berbicara apa lagi.Tanpa berpikir panjang Qin Lianyi segera berkata, “Bu, Ayah, ini adalah urusan orang tuanya. Orang tuanya adalah orang tuanya, Bai Tingxin adalah dirinya sendiri! "Bai Tingxin agak terkejut oleh ucapan Qin Lianyi saat dia menatap Qin Lianyo dengan sedikit kehangatan yang bahkan dia tidak sadari.Tuan Qin bereaksi lebih dulu dan menyerah. "Memang, Itu adalah urusan orang tuanya. Jadi ... Tingxin, kau bekerja sebagai apa? ”"Saya mengelola sebuah perusahaan," jawab Bai Tingxin.“Mengelola ... perusahaan?” Tuan Qin menatapnya dengan tidak percaya. Dia pikir mungkin dia salah dengar. “Perusahaan apa yang kau kelola? Kau baru berusia 29 tahun. "Bagi Tuan Qin, jika seorang pemuda berusia 29 tahun b
"Apakah hanya itu saja?" Bai Tingxin bertanya dalam-dalam sambil melihat penuh arti pada wajah Qin Lianyi yang perlahan mulai memerah.Ting!Lift tiba di lantai pertama. Mereka berjalan menuju tempat Bai Tingxin memarkirkan mobilnya.Qin Lianyi sangat ingin mengucapkan selamat tinggal padanya. “Terima kasih untuk hari ini. Sampai jumpa lagi!" Qin Lianyi segera berbalik untuk pergi.Namun, Bai Tingxin tiba-tiba mengulurkan tangan dan meraih lengan Qin Lianyi dan menarik Qin Lianyi ke pelukannya."Ah!" Qin Lianyi menjerit pelan saat hidungnya menabrak dada Bai Tingxin.'Ini terasa sakit!' Qin Lianyi mengusap hidungnya. Hidungnya sudah pernah mengalami kejadian yang sama beberapa kali di masa lalu. Meskipun demikian, walaupun hidungnya terbuat dari baja, tapi hidungnya tidak akan mampu menahan rasa sakit sebanyak itu.Bai Tingxin membungkuk dan mendekatkan bibirnya ke telinga Qin Lianyi dan dia berbisik, "Bukankah kau mengatakan bahwa selama aku tutup mulut tentang apa yang terjadi
Ketika Ling Yiran selesai bekerja di restoran, dia berkata kepada Zhuo Qianyun, “Kak Zhuo, bolehkah besok sore aku izin? Aku ingin mengunjungi makam ibuku dan memberi penghormatan. "Walaupun besok adalah Hari Ziarah kubur, hari libur nasional, di hari libur sering kali restoran akan penuh sesak. Biasanya, para pekerja restoran tidak diperbolehkan mengambil cuti pada hari libur nasional.Zhuo Qianyun cukup kaget karena ibu Ling Yiran telah meninggal dunia. Oleh karena itu, dia berkata, “Oke, tidak masalah. Karena kau akan pergi pada sore hari, mintalah ke bagian dapur untuk menyiapkan beberapa hidangan agar kau bisa membawanya ke kuburan sebagai persembahan.”“Terima kasih tapi tidak apa-apa kak. Aku akan menyiapkannya sendiri. " Ling Yiran ingin memasak sendiri hidangan untuk ibunya.Ling Yiran masih kecil saat ibunya masih hidup. Sekarang Ling Yiran telah dewasa dan tahu cara memasak, dia ingin menunjukkan keahliannya kepada ibunya.“Kalau begitu aku akan pulang sekarang,”
Setelah Ling Yiran meletakkan bahan-bahan masakan di lemari es, dia berbalik dan melihat Yi Jinli sedang bersandar di kusen pintu dapur, merenungkan tentang sesuatu saat dia menatap Ling Yiran.Ling Yiran berbalik untuk menghindari tatapan Yi Jinli. Masalahnya adalah, jika Ling Yiran ingin keluar dari dapur, dia harus menghadapi kemungkinan dia akan ditarik oleh Yi Jinli “Kau belum mengucapkan selamat malam padaku,” Yi Jinli berkata pada Ling Yiran.Ling Yiran terkejut sesaat tapi dengan cepat dia menjawab, "Selamat malam."Senyuman muncul di wajah Yi Jinli saat dia masih menatap Ling Yiran. “Kak, ucapan selamat malammu sepertinya semakin acuh tak acuh.”"..." Ling Yiran tidak bisa berkata-kata dan tidak tahu bagaimana harus menjawab.“Seseorang memberikan saran bahwa jika aku ingin kau menyukaiku, aku harus berusaha menyenangkanmu.” Yi Jinli membungkuk dan menatap orang yang ada di depannya. "Bagaimana menurutmu? Apakah kau akan menyukaiku jika aku bisa membuatmu senang?”
“Apakah kau sudah lupa apa yang terjadi dengan ayahmu?” Orang tua itu sekali lagi mengungkit tentang masa lalu.“Aku tidak lupa, dan aku telah mengatakannya, aku tidak akan berjalan di jalan yang sudah dilakukan ayahku,” ucap Yi Jinli.“Jika itu masalahnya, kau harus membawa wanita bernama Ling Yiran itu keluar dari Kediaman Yi dan jangan pernah biarkan dia muncul dalam hidupmu lagi!” Tuan Besar Yi menggeram.“Aku khawatir itu tidak mungkin.” Tatapan Yi Jinli menjadi gelap. Hatinya menegang sesaat ketika dia mendengar kata-kata lelaki tua itu dan menolak gagasan itu secara langsung. Dia bahkan tidak akan berpikir dua kali tentang itu."Kau ..." Tuan Besar Yi tersedak saat dia menatap cucunya.“Kakek, aku tidak akan berjalan di jalur yang ayahku lakukan. Aku akan memastikan bahwa semuanya terkendali. Aku akan membuat Yiran jadi terbiasa dengan kehadiranku sehingga dia tidak akan bisa meninggalkanku." Yi Jinli tersenyum ringan di wajahnya, tetapi ancaman dalam tatapannya terlih
Dulu Ling Yiran sangat repot untuk mengunjungi makam. Selain itu, seiring berjalannya waktu, batu nisan juga mulai retak. Butuh banyak uang untuk memperbaikinya. Oleh karena itu, pilihan yang jauh lebih baik adalah untuk memindahkan makam ke pemakaman yang lebih layak.Namun, Ling Yiran berakhir di penjara dan karena hal itu akhirnya ditunda. Setelah selesai menjalani hukumannya, Ling Yiran tidak punya banyak uang. Dan, dia bukan hanya tidak mampu membayar tempat di pemakaman, tetapi dia bahkan tidak mampu membayar biaya orang yang bisa membantunya memindahkan kuburan.Ketika Ling Yiran tiba di kaki bukit, dia melihat bahwa penduduk desa telah menyiapkan loket pendaftaran di bawah tenda darurat. Banyak orang yang datang dan pergi mengunjungi makam.Saat giliran Ling Yiran sedang mengantri, dia memberikan nomor makam ibunya. Dan yang mengejutkan, setelah melihat nomor makam ibunya, orang yang ada di loket pendaftaran segera berkata, “Makam itu telah dipindahkan. Apa yang sedang ka
Tak lama kemudian, tetangga sebelah rumah memberi tahu Ling Yiran bahwa ayah dan ibu tirinya sedang berlibur dan tidak ada orang di dalam. Adapun Ling Luoyin, menurut tetangganya, dia telah membeli rumah yang lebih besar dan dia hampir tidak pernah pulang.Ketika Ling Yiran mendengar itu, dia tahu bahwa ayah dan ibu tirinya sengaja melakukannya. Mereka tahu bahwa dia akan mengunjungi makam ibunya hari ini dan mereka berencana untuk pergi hari ini.'50 juta. 'Kulit kepala Ling Yiran mati rasa memikirkan permintaan ayahnya.Dengan keadaannya saat ini, dia tidak punya cara untuk menghasilkan 50 juta untuk ayahnya!Setelah Ling Yiran mengucapkan selamat tinggal kepada tetangganya, dia menghubungi Ling Luoyin, “Di mana kau? Aku perlu bertemu denganmu. "“Maaf, tapi akhir-akhir ini aku sangat sibuk,” jawab Ling Luoyin malas.“Aku hanya ingin menanyakan satu pertanyaan, dimana ayah memindahkan makam ibuku?” Ling Yiran bertanya.Aku tidak tahu. Nada bicara Ling Luoyin dipenuhi de