Share

Kopi dan Kita

Penulis: Laradin
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Batara mengajak Syaila untuk berbicara, keluar dari kedai atas persetujuan Sujadi karena kebetulan Nizam datang dan bisa menggantikan pekerjaan Syaila.

Di sebuah kedai kopi sekarang mereka berada, duduk berhadapan dengan dua kopi yang berlahan uapnya mulai habis, mungkin karena minuman itu tidak kunjung dicicipi pemiliknya sebab sibuk diam tanpa sebuah obrolan yang sebelumnya telah dirancang dalam pikiran.

"Eum ... Bapak mau bicara apa, ya?" Pada akhirnya Syaila menjadi orang pertama yang memecahkan keheningan diantara riuhnya kepala Batara.

"Saya ... Saya ...," ucap lelaki berkacamata itu bimbang.

"Saya?" Dahi si wanita mengernyit. Kepalanya sampai miring menunggu kalimat selanjutnya yang akan Batara ucapkan.

"Saya, ah kenapa kamu keluar dari pabrik? Saya tanya rekan kerja kamu katanya kamu keluar. Dan di CV kamu tidak ada nomor ponsel, saya bingung mau hubungin kamu lewat apa."

Syaila terdiam. Maksudnya, kenapa pria di seberangnya ini terlihat sangat khawatir?

"Saya hanya ingin tahu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Bucin berujung Sengsara   Pacar Mama

    Keesokan harinya Batara benar-benar datang ke dusun lantai dua untuk menjenguk Geino seperti janjinya tadi malam.Tapi di tengah perjalanan menuju pintu rumah Syaila ia malah banyak mendapatkan cibiran lagi, namun kali ini mereka lebih berani menatap Batara dengan raut wajah kebencian. "Oh dia kembali lagi, apa mereka enggak malu?""Iya, semalam juga suami saya liat Syaila diantar pulang sama pria itu. Sudah jelas Syaila pasti jadi simpanan pria itu.""Cih! Pak rt seharusnya harus ambil tindakan tegas nih! Dusun kita jangan sampai jadi tempat zina!"Batara berhenti melangkah, ia sudah cukup muak mendengarnya tuduhan itu terlontar bertubi-tubi padanya."Kalian tahu Syaila simpanan saya dari mana? Saya menikah saja belum. Bagaina caranya Syaila jadi simpanan Syaila?" ucap Batara seperti lelucon yang sebenarnya curhatan hatinya."Akh! Itu pasti hanya sebuah alasan. Agar dia bisa lebih leluasa datang ke rumah Syaila." Mereka menyetujui ucapan wanita berambut setengah ubanan itu."Tersera

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Perasaan Berbeda

    "Hei! Udah mama bilang dia temen mama, Nak. Jangan gitu ah, mama mau fokus urus kamu. Mana ada mama pacar-pacaran. Mama bukan anak remaja," kata Syaila.Geino hanya menaikan bahu kirinya, melanjutkan main game. "Kalau misal ada yang lamar bagaimana?" Tiba-tiba Batara menyahut. Syaila tersenyum hambar. "Haha mana ada laki-laki yang mau sama saya? Enggak punya apa-apa, jangan kan pria yang tertarik sama saya, orang-orang yang ada di sekitar saya saja membenci saya karena status saya."Batara tidak menanggapi lagi, pria itu hanya secara diam-diam mencuri Padang pada Syaila.Entah apa yang terjadi pada dirinya, Batara juga tidak mengerti. Tapi ketika ia bersama Syaila rasanya ia selalu ingin melindungi wanita itu. Ia tidak suka bila ada orang menyakitinya. Awalnya ia hanya sedikit kagum dengan keberanian dia saat membantah kepala bagian yang berbuat semena-mena terhadapnya. Seiring berjalannya waktu, Batara semakin sering bertemu dengan Syaila, juga kejadian dia yang tidak sengaja hamp

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Lebih jauh

    "Wah cantiknya .... "Dipuji seperti itu membuat pipi Syaila kemerahan. Dress selutut berwarna peach yang membalut tubuh sempainya diterpa angin juga rambutnya yang digerai. Wanita itu tersenyum tipis."Bisa aja, yaudah ayo. Nanti siang saya mau urus sekolahan baru Geino," kata Syaila."Geino mau pindah sekolah?" Batara bertanya, cukup terkejut. Setahunya Geino bahkan belum genap satu tahun bersekolah di sekolahannya yang sekarang."Iya, saya gak mau anak saya celaka lagi di sana."Batara hanya mengangguk, kemudian ia membukakan pintu mobil untuk Geino—yang duduk di belakang, dan Syaila yang duduk di sampingnya.Setelah semuanya naik ke dalam mobil, Batara segera melajukan mobilnya. Ia sangat semangat sampai sedari kemarin senyumnya tidak luntur hanya karena membayangkan betapa senangnya ia akan jalan-jalan bersama Syaila."Kamu enggak keberatan kan temenin saya sekarang?" Buka Batara. Laki-laki itu akan lebih banyak bicara bila sedang bersama Syaila."Enggak apa-apa lah. Saya kan jug

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Dia siapa?

    Karena Syaila berpesan sebelumnya akan pergi ke sekolahan Geino baru, Batara tanpa pikir panjang langsung ke tempat di mana biasanya ia membeli play station sewaktu ia masih remaja dulu.Tempat yang menjadi langganannya, penjualnya bahkan sudah berganti generasi. "Selamat datang, dan selamat berbelanja di toko kami. Apa yang bisa saya bantu?" sapa anak dari pemilik toko ini. Ya, Batara hafal betul sebab perempuan berseragam ini seumuran dengannya. Dulu sekali Batara sering melihat dia ikut menjaga toko dan sekarang dia menggantikan usaha orang tuanya."PS keluaran baru masih stok?" tanya Batara."Masih, seperti biasa di sebelah kiri," kata perempuan itu tersenyum ramah."Oke saya lihat-lihat dulu, ya?"Batara mengajak Syaila juga Geino untuk melihat-lihat. Sebenarnya Geino hanya Batara jadikan alasannya untuk pergi jalan-jalan bersama Syaila. Tentu saja Batara sangat tahu betul tentang PS. "Kira-kira om ambil yang mana, ya?" tanya Batara pada Geino yang sibuk dengan dunianya sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Tidak mau kembali terulang!

    Pria itu bernama Heri Winata, orang kepercayaan keluarganya. Dia adalah salah satu saksi perkembangan perusahaan yang dikelola ayahnya. Dulu pak Heri merupakan sahabat ayahnya, sebab itu ayah Syaila mempercayakan Heri sebagai penasihat sekaligus orang yang dia percaya.Yang Syaila heran, untuk apa pria berjas yang sudah ia anggap sebagai orang tua keduanya itu datang menemuinya. Ia tidak perlu bertanya kenapa beliau bisa menemuinya di tempat terpencil ini. Heri jelas bukan orang biasanya, hanya untuk menemukan keberadaan Syaila itu urusan yang kecil baginya. Tapi bukan kah Syaila sekarang bukan lagi bagian dari keluarga nya sendiri? Itu berarti antara ia dan Heri juga tidak ada urusan apa-apa lagi, seharusnya. Karena Heri memiliki ikatan kuat dengan keluarga Syaila."Bapak udah dua bulan ini nyari kamu. Sampai akhirnya anak buah bapak ada yang melihat kamu sedang ada di sebuah kedai." Pria yang sering menyebut dirinya bapak itu buka suara.Sebuah kedai dekat halte yang akhirnya menjad

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Kami pamit

    Mungkin Syaila belum mengerti alasan mengapa dulu ayahnya sangat amat menentang perceraiannya dengan Azka. Namun setelah menilik lebih jauh, setelah semalaman ia berpikir tentang permohonan pak Heri kemarin ia baru bisa paham. Sepertinya ayahnya takut jika perusahaan yang menjadi kebanggaan nya itu diambil alih oleh keluarga Azka. Karena keluarga Azka menjadi penanam saham paling besar.Tapi meski begitu, jujur Syaila masih belum menerima. Yang membuatnya menyetujui permintaan pak Heri, ia hanya ingin melihat Azka menderita seperti yang Syaila rasakan selama ini. Atau ia membawa sebuah misi untuk kembali ke kota."Kenapa tiba-tiba mau pindah, Ma? Om Batara bilang mau ke sini nanti. Pulang dia kerja. Apa kita nungguin dia dulu?" tanya Geino. Syaila tidak tahu sudah sedekat apa antara anaknya dan Batara. Namun yang Syaila ketahui, mereka sekarang sudah seperti sepasang ayah dan anak yang serasi."Gak usah, Nak. Kita buru-buru. Nenek sama kakek sekarang lagi sakit. Di bawah sudah ada ora

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Mulut sampah!

    "Pak stop sebentar," kata Syaila tepat di depan kedai pak Sujadi.Mobil berhenti, kemudian wanita itu turun untuk menemui Sujadi yang nampak sedang membersihkan kedai."Kan kedai buka nanti sore, Nak," kata pria itu sesaat setelah Syaila berdiri di hadapannya. Syaila tersenyum. "Enggak, Pak. Saya ke sini mau pamit. Saya mau pulang lagi ke kota," paparnya.Kening sempit Sujadi mengerut. Antara bingung dan terkejut. "Pindah?" Syaila mengangguk. "Kenapa?""Ada urusan yang sangat mendesak, Pak. Terima kasih sudah pernah kasih kepercayaan untuk saya kerja di sini. Bapak banyak bantu saya selama di sini. Semoga kebaikan bapak Tuhan balas dengan kebaikan yang tidak terduga," ucap Syaila.Sujadi menepuk-nepuk pundak Syaila pelan. Tersenyum hangat sampai matanya menghilang. "Bapak enggak tahu seperapa berat beban kamu saat kamu menawarkan diri untuk berkerja di sini. Kamu perempuan tangguh, bapak yakin itu. Tetap jadi orang kuat, ya? Sehat-sehat.""Bapak juga sehat-sehat. Salamin juga sama Ni

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Bucin berujung Sengsara   Si wanita tangguh kembali

    Syaila tidak pernah membayangkan jika ia akan kembali ke kota yang pernah mengecamnya habis-habisan atas konflik yang terjadi antara dirinya dan Azka. Ia bahkan datang untuk menjadi penerus perusahaan keluarganya lagi. Matahari siang itu bekerja lebih panas. Tapi itu biasa di Jakarta, namun karena Syaila beberapa bulan kebelang tinggal di sebuah kota kecil yang cuacanya tidak terlalu ekstrim, Syaila harus kembali beradaptasi."Ayah kamu masih di rumah sakit, kalau mama kamu katanya hari ini bisa pulang. Seminggu lalu Yunita habis operasi usus buntu. Karena ada permasalahan sama pencernaannya." Pria tua yang sedari tadi menjadi pemandu perjalanan hari ini, menjelaskan. Tangannya ia gendong di belakang.Sepi, rumah bernuansa klasik itu benar-benar tidak ada orang satu pun. Atau pelayan yang seharusnya ada untuk menyambut. Tidak, Syaila bukan sedang berada di rumah orang tuanya. Namun ia dibawa ke rumah Heri.Sementara anak yang sebentar lagi akan menginjak 12 tahun itu nampak tidak ped

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29

Bab terbaru

  • Bucin berujung Sengsara   Selesai

    "Akhirnya sahabat jomblo gue dari lahir nikah juga hahaha."Nadira melengos sembari berdecak sebal. Ucapan itu sudah puluhan kali Syaila lontarkan bahkan ketika ia bercerita dirinya menerima lamaran Ferdi. Wanita yang kini tengah hamil tua itu tidak berhenti meledek Nadira. "Lu diem deh kalo gak mau anak lo nanti mirip gue," ujar Nadira yang langsung direspon gelak tawa Ferdi. "Jangan dong sayang, biar anak kita aja nanti yang mirip mamanya."Benar, memang hanya Ferdi yang dapat menaklukkan ke bar-bar-an mulut Nadira, hanya dengan ucapan sederhana barusan perempuan itu sudah tersipu malu. "Najis banget mukanya merah. Dahlah gue mau makan dulu. Selamat ya, gue doain Ferdi diberi kesabaran punya istri kaya lo." Syaila memeluk sahabatnya itu meski sedikit kesusahan karena perutnya yang besar. "Makasih ya, Sya. Lu jaga kesehatan juga. Jagain keponakan gue awas aja kalo kenapa-napa gue geplak pala lo." Nadira memberi peringatan. Keduanya kemudian terkekeh, Ferdi dan Batara yang menya

  • Bucin berujung Sengsara   Karma tidak akan salah berlabuh

    Suara tangis bayi cantik berpipi gembul berhasil membuat panik sang ibu. Bayi berusia lima bulan itu nampaknya kepanasan terus berada di dalam mobil selama perjalanan yang lumayan jauh. Maka, sang ibu dengan sigap mengambil botol susu di dalam kantong stok asi. Mobil berhenti bersamaan dengan tangis bayi perempuan itu yang juga mereda. Terlelap di gendongan sang ibu dengan nyaman. "Kamu mau ikut masuk?" Terlihat pria jangkung yang sedari tadi mengemudikan mobil melongok ke jok belakang, untuk menjawab pertanyaan sang istri, "Kamu duluan aja, aku cari parkir dulu. Di sini panas kasian Kanaya," tuturnya yang diangguki istrinya. Wanita itu kemudian keluar dari mobil, menatap bagunan yang mungkin lebih cocok disebut neraka dunia bagi sebagian orang. Ia menatap putri kecil di dalam gendongannya sebelum ia melangkah masuk ke dalam bangunan itu. Tatapan sendu seperti seorang ibu yang akan meninggalkan putrinya untuk waktu yang sangat lama. Lantas ia masuk tanpa ragu lagi. Seolah, putri k

  • Bucin berujung Sengsara   Berita Gembira

    Setelah siang itu Batara bercerita tentang keinginannya yang aneh-aneh, satu jam setelahnya Batara mengajak Syaila makan pecel lele di pinggir jalan. Namun sialnya sore itu hujan deras dan mereka berdua berakhir basah kuyup saat mencari makanan itu, niatnya mereka ingin menghabiskan waktu bersama. Syaila berakhir sakit dan itu yang membuat Batara sekarang sangat merasa bersalah. "Maaf ya gara-gara kamu nemenin aku cari pecel lele kamu jadi sakit kaya gini." Batara benar-benar merasa bersalah. Sampai tidak mau menatap istrinya. "Aku cuma masuk angin sayang. Minum obat juga bakal sembuh." Syaila mengusak rambut Batara. "Kamu muntah-muntah tadi. Kita ke rumah sakit aja ya sekarang? Aku takut kamu kenapa-napa." "Aku gak apa-apa," sanggah Syaila. Ia akui perutnya sekarang memang terasa dikocok. Ia juga tidak nafsu makan sama sekali. Lidahnya terasa pahit dan makanan apapun yang berusaha ia masukkan ke dalam mulutnya selalu mendapat kan penolakan. Ia berkahir muntahan-muntah. Tubuhnya t

  • Bucin berujung Sengsara   Tiba-tiba Kangen

    Tiga bulan sudah berlalu Syaila dan Batara mengarungi bahtera rumah tangga. Seperti kata orang-orang pernikahan tidak ada yang mulus tanpa dibumbui pertengkaran. Syaila sering mengomel seperti istri-istri pada umumnya mana kala Batara lupa menaruh handuk di atas ranjang. Atau perdebatan yang mungkin nampak sepele jika dipikirkan. Tapi beruntung nya Batara adalah orang yang sabar dan lapang mengakui kesalahanannya. Selama tiga bulan hidup dalam atap yang sama Syaila menemukan banyak kejutan dari Batara. Batara yang ternyata begitu manja melebihi anak-anak. Dia bahkan tidak malu menangis jika dirinya tidak sengaja membentak Syaila. Meski begitu, Batara adalah sosok ayah sambung yang baik untuk Geino dan menantu yang berbakti untuk mamanya. Syaila tidak henti-hentinya bersyukur telah dipertemukan dengan pria seperti Batara. "Sayang Geino katanya dikasih tugas buat hewan dari tanah liat. Besok dikumpulnya."Syaila menoleh ke sumber suara, serum wajah yang hendak ia oleskan di wajahnya

  • Bucin berujung Sengsara   Hadeuhhh

    "Tumben kamu jam segini udah bisa diajak jalan? Kerjaan kamu udah selesai?""Udah, aku mau quality time sama suami aku yang ganteng ini."Satu bulan sudah berlalu. Mereka hidup bahagia sebagai sepasang suami istri. Siang disibukkan dengan pekerjaan, dan jika sudah di rumah keduanya sebisa mungkin tidak membawa atau mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Itu sudah menjadi kesepakatan mereka. Sore ini Batara mendapat kabar jika istrinya bisa pulang lebih cepat dan mengajaknya untuk jalan-jalan. Hitung-hitung mengenang masa pendekatan mereka dulu. Batara sih setiap hari memang sibuk, tapi ia lebih santai dari Syaila. Pria itu bisa dengan mudah mengatur jadwalnya berbeda dengan Syaila. Keduanya sudah sampai di sebuah mall ternama di ibu kota. Bergandengan tangan, melihat-lihat store pakaian branded, memilah restoran yang keduanya inginkan. "Mau beli baju?" tawar Batara. Syaila menggeleng. "Baju aku masih banyak yang belum dipake." Baik, Syaila memang berbeda dari kebanyakan perempuan

  • Bucin berujung Sengsara   Pasutri Baru

    Waktu berjalan lebih cepat jika kita berada di antara orang-orang yang kita sayangi. Begitu pun sebaliknya. Tapi Syaila tidak pernah menyangka akan secepat ini. Entah ada kata apalagi yang bisa ia ucapkan selain bahagia. Ratusan orang yang datang ke acara resepsi pernikahan nampak ikut bahagia. Pun dengan mamanya dan Geino yang tersenyum mana kala ia dan Batara akhirnya sah menjadi sepasang suami istri.Dekorasi megah yang ternyata sudah Batara siapkan begitu memesona ditambah undangan tamu yang tidak ada henti-hentinya."Udah aku bilang jangan banyak-banyak ngundang tamu. Ini tangan aku udah mau putus rasanya," bisik Syaila di tengah sibuknya menyambut para tamu yang datang. "Aku cuma undang temen-temen kantor. Itu kolega keluarga-keluargaku. Mana bisa aku batalin." Batara meringis.Keduanya menghela napas panjang. Tidak ada yang bisa mereka lakukan selain terus tersenyum dan menyambut tamu dengan senyum hangat. Meski rasanya pasangan pengantin baru itu sudah ingin cepat-cepat mere

  • Bucin berujung Sengsara   Cerita kepada bulan yang malu-malu

    Ibu kota malam ini terasa lebih tenang. Cahaya lampu yang terpantul sinar rembulan membiaskan cahaya warna-warni memanjakan mata. Entah, sudah berapa lama Syaila tidak datang ke tempat ini. Semasa kuliah semester awal ia sering datang kemari. Hanya menyaksikan gemelapnya ibu kota atau hanya sekedar menikmati segelas kopi panas.Dulu ia manusia paling naif perihal hubungan timbal-balik antar manusia. Percaya bahwa kebaikan akan dibalas kebaikan, pun sebaliknya. Tapi Tuhan sepertinya ingin menunjukan hal lain kepadanya, bahwa jangan berharap selain pada-NYA. Tidak butuh bertemu ribuan orang untuk ia membuktikannya. Orang yang ia amat percaya akhirnya mengkhianati kepercayaannya dengan hal yang bahkan tidak pernah ia duga-duga. Pengorbanan yang selama ini ia lakukan terasa sia-sia hanya karena kekurangan yang mungkin dia harapkan ada pada Syaila.Namun beruntung sejak ia akhirnya memutuskan untuk mengambil cuti kuliah karena hamil hingga ia berpisah dengan Azka ia tidak lagi kemari, jik

  • Bucin berujung Sengsara   Menyambutmu kembali

    Seperti halnya hujan, kita tidak bisa mencegah air yang turun itu untuk tidak membuat kita kedinginan. Kita tidak bisa bernegosiasi agar hujan jangan dulu turun sebelum payung kita siap. Begitu pula yang terjadi dengan Syaila dan Batara. Hampir pukul satu malam keduanya sibuk mengasihani dirinya sendiri. Memandang isi gedung yang seharusnya menjadi saksi bisu kisah cinta mereka bersatu. Kini, dekorasi yang sudah dirangkai sedemikian rupa harus terpaksa dilucuti sebab pasangan lain akan menggunakan gedung ini. Seharusnya pagi tadi adalah acara pernikahan keduanya, dan malam ini seharusnya mereka sudah menjadi pasangan suami istri. Tapi sekali lagi, manusia hanya bisa berencana. "Kamu udah ngantuk belum? Udah malem, kita pulang aja ya?" Tidak bisa dibohongi, jelas Batara juga merasa sedih atas gagalnya pernikahan mereka. Tapi mau dikata apa? Semuanya telah terjadi. Syaila menghela napas panjang. "Rasanya kalau aku bilang ini tidak adil, aku akan dicap sebagai manusia yang gak bersyuku

  • Bucin berujung Sengsara   Boleh ikut menjaga kalian?

    Persidangan pertama dibuka dengan hakim yang menanyakan alasan mengapa Azka tiba-tiba menggugat hak asuh anak padahal sebelumnya mereka sudah sepakat bahwa hak asuh anak diberikan kepada Syaila. Pengacara Azka menjelaskan alasannya. Seperti yang Azka sebelumnya bilang, perihal Syaila yang memiliki kekasih yang trampemental. Ia juga bilang bahwa ia memiliki buktinya. Sebab itu Azka khawatir jika anaknya yang diasuh Syaila akan mendapatkan dampaknya juga. Tidak hanya pihak Azka yang dimintai penjelasan. Syaila juga diberi kesempatan untuk menyanggah. Sama seperti Azka, Syaila menyerahkan semuanya kepada kuasa hukumnya. Kuasa hukum Syaila menceritakan semuanya. Dan perihal apa yang dikatakan Azka hanya sebuah kesalahpahaman. Juga Syaila yang sudah tidak menjalin hubungan lagi dengan Batara. Sidang berjalan lancar. Azka nampak tidak memiliki argumen lagi setelah kuasa hukum Syaila membeberkan semuanya. Dan tanpa sepengetahuan semua orang yang ada dipersidangan, pria yang memakai topi

DMCA.com Protection Status