Share

BAB 5

Kita tidak pernah benar-benar tahu isi hati dan tabiat seseorang sekalipun dia adalah orang terdekat kita. Begitulah yang sering Naomi dengar dari ibunya, tapi sungguh kali ini Naomi tidak berharap hal itu benar.

Naomi ingin percaya pada Pandu bahwa pria itu tidak akan berani menyakiti hatinya, terlebih setelah semua cinta yang diberikan Pandu padanya. Tapi kenyataan pahit yang Naomi dengar malam ini mematahkan semua keyakinannya terhadap Pandu.

Hati Naomi memburu, langkahnya semakin cepat menuju hotel itu. Namun saat Naomi hampir saja tiba dan hendak memasuki lobi hotel tiba-tiba seseorang dari arah belakang menarik lengan Naomi dan memutar tubuh Naomi hingga badanya memunggungi pintu masuk hotel.

Begitu Naomi mendongak betapa terkejutnya dia saat mendapati Dimas tengah berdiri di hadapannya.

“Kamu ngapain di sini?” tanya Naomi separuh tercekat.

“Kamu ga perlu tau, tapi yang jelas sekarang aku ada urusan sama kamu.”

Naomi buru-buru menggelengkan kepalanya, dia tidak punya waktu untuk berurusan dengan pria itu. Naomi pun melepas paksa cekalan Dimas pada tangannya.

“Maaf aku sedang buru-buru Dimas.”

Naomi hendak membalik tubuhnya tapi lagi-lagi Dimas mencegahnya seolah wanita itu tidak boleh melihat ke arah dalam hotel tersebut.

“Ada yang ingin aku bicarakan denganmu, kamu yakin ga mau dengar?” sahut Dimas cepat.

“Apa kamu mau membicarakan hal-hal yang sebelumnya aku tanyakan padamu? Apa kamu siap menjawabnya?” tanya Naomi dingin.

Tetapi Dimas malah diam saja.

Naomi mendengus seraya menyingkirkan tangan pandu dari pundaknya, “Kalau kamu tidak mau menjawabnya lebih baik kamu jangan menghambatku.”

Dimas dengan cepat kembali menggenggam lengan Naomi, “Memang hal itu yang ingin aku bicarakan deng....” ucapan Dimas tiba-tiba terhenti.

Di saat yang bersamaan di lobi hotel terlihat Pandu dan Maya sedang bercumbu mesra dengan tidak tahu malunya di depan umum, bahkan para staff hotel memalingkan pandangan mereka begitu Maya dan Pandu saling mengulum bibir satu sama lain.

Satu lagi luka ditorehkan Maya tepat menghujam hati Dimas hingga tanpa sadar genggaman erat Dimas pada lengan Naomi meregang.

Naomi yang kesal dan juga tidak percaya pada Dimas memilih untuk tidak menggubris pria itu dan hendak balik kanan. Beruntung Dimas kembali sadar dan dengan cepat langsung menarik Naomi menuju sisi bangunan hotel yang lain.

“DIMAS LEPAS!” pekik Naomi begitu Dimas menariknya menjauhi lobi hotel.

Naomi meronta-ronta berusaha melepaskan genggaman tangan Dimas, tapi sia-sia Dimas terlalu erat menggenggam lengannya dan terlalu kuat menyeret tubuhnya.

Karena kesal akhirnya tanpa ragu Naomi daratkan satu tamparan di wajah Dimas dan berhasil membuat pria itu termangu tak berdaya.

“Kamu apa-apaan sih?!” hardik Naomi, kemudian Naomi menghela napas panjang, dia tidak ingin urusannya menjadi panjang dengan Dimas, karena itu lebih baik Naomi segera pergi.

Naomi pun mendorong Dimas menjauh darinya kemudian balik badan dan hendak melangkah pergi.

“Nom tunggu!” seru Dimas, Dimas terlambat menyadari kehadiran Maya dan Pandu di dekat mereka dan membuatnya juga terlambat mencegah Naomi melihat pemandangan menjijikkan yang sedang tersaji di depan matanya. ‘sial!’ rutuknya.

Tubuh Naomi membeku seketika begitu ia melihat suaminya sedang bermesraan dengan wanita lain di depan khalayak umum. Mereka terlihat sempoyongan karena anggur yang mereka konsumsi.

Dunia Naomi hancur dalam sepersekian detik saja. Dadanya terasa sakit dan sesak, hatinya begitu pedih seolah sedang disayat-sayat. Air mata Naomi luruh begitu saja mengalir begitu deras membawa seluruh kecurigaan serta rasa kecewanya pada Pandu.

Dengan tega Pandu menodai pernikahan suci mereka dengan perbuatan menjijikkan seperti itu.

Dan Semua dugaan Naomi ternyata benar bahkan sosok yang ia curigai pun tepat sasaran. Maya, wanita ular itu yang bahkan tidak tahu malu menuduh Naomi mendekati Dimas di saat dia bahkan tidur bersama suami Naomi.

“Naomi....” ujar Dimas dengan tatapan khawatir.

Naomi tidak menggubris pria itu, dengan amarah yang meletup-letup dalam hatinya ia melangkah dengan kasar menuju Pandu dan Maya yang hendak masuk kembali ke dalam hotel.

Namun Dimas tidak bisa membiarkannya, Dimas kembali menahan tubuh Naomi dan mencegah Naomi untuk mendekati dua sejoli yang sedang menjalin cinta terlarang itu.

“Jangan, Nom! Hentikan!”

Naomi memberontak dan dengan kasar mendorong Dimas sekali lagi, “Kamu yang berhenti menahanku di sini!” jerit Naomi dengan suara tercekat.

Dimas mengusap wajahnya dengan frustrasi tentu Dimas punya alasan mengapa dia melakukan ini, tapi bagaimana dia mau memberitahunya kalau Naomi bersikap seperti ini?

“Kenapa?! Apa karena kamu mau melindungi istrimu?!” tuduh Naomi.

Dimas mendengus, tidak habis pikir. Lagi pula untuk apa dia melindungi istri laknat seperti itu?

“Aku tidak peduli padanya, bahkan kalau kamu mau melempar wanita itu ke tengah lautan sekali pun aku tidak akan menghalangimu. Kamu pikir aku gila? Aku bukan pria yang buta karena cinta, aku masih waras—.”

“Kalau kamu waras seharusnya kamu biarin aku labrak mereka, bukannya menahanku di sini!” caci Naomi. “LEPASKAN AKU!”

Dengan susah payah Naomi berusaha keras untuk melepaskan diri dari cekalan Dimas hingga mencakar kulit pria itu, tapi cekalan Dimas tidak melemah sama sekali.

“Setelah kamu melabrak mereka lalu apa? Apa kamu yakin mereka akan menyesal? Apa kamu mau terlihat lemah di depan para manusia sampah itu? Mereka tidak pantas mendapatkannya.”

“Aku tidak peduli!” jerit Naomi bersama tangisnya yang semakin kencang dengan sekuat tenaga Naomi menarik lengannya, tapi Dimas malah menarik tubuh Naomi ke dalam dekapannya.

Naomi meronta-ronta dengan histeris, tapi Dimas malah memeluknya semakin erat dan menahan Naomi untuk melangkah pergi menghampiri Pandu dan Maya.

“Kalau kamu hanya melabrak mereka atau menceraikan Pandu semua itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang mereka torehkan untuk kita, Nom. Aku punya rencana lebih baik untuk membalas mereka. Percayalah padaku.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status