Selama proses bimbingan, Ayla berusaha untuk fokus supaya bisa langsung memberikan laporan kepada Bu Monika dengan tepat waktu. Namun, berbeda dengan Halbert yang menjadi mahasiswa bimbingannya, ia sangat terlihat tidak seperti biasanya. Ia biasanya terlihat sangat cuek, cool, sibuk sendiri dengan laptopnya. Kini, Halbert sesekali menyindir Ayla, namun Ayla tidak memberi tanggapan.
“Sepertinya wanita itu bermuka dua,” sindir Halbert sambil melihat ke arah Ayla dan tangannya bertopang di dagu.
Ayla hanya fokus dengan proposal yang Halbert telah selesaikan. Sesekali ia mencatat poin-poin yang akan dijadikan bahan laporan untuk diserahkan kepada Bu Monika. Biasanya, Ayla lah yang selalu menatap Halbert. Namun, kini malah sebaliknya. Ayla sama sekali tidak berani untuk menatap Halbert. Tanpa Halbert ketahui sebenarnya Ayla menyembunyikan salah satu tanggannya yang sedang gemetar.
“DIa sangat berbeda seka
Tidak hanya Aylayang selalu memikirkan Halbert. Di saat yang bersamaan, Halbertpun memikirkan Ayla. Dia selalu terbayang akan sosok Ayla. Rasa penasaran menggelayuti pikirannya. Halbertsemakin ingin mengetahui bagaimana kelakuan Ayladi luar sana ketika Aylatidak sedang menjalankan tugasnya sebagai dosen. Halbertmemberanikan diri untuk mencari-cari informasi tentang Aylakepada teman-teman mahasiswanya. Teman-teman yang diminta untuk memberikan informasi tentang Aylapun ada yang malah penasaran sama Halbert. Karena, dia tiba-tiba meminta informasi seorang wanita. Sedangkan selama ini, Halberttidak pernah meminta informasi tentang wanita manapun selain Ayla. Namun, Halbertsama sekali mengabaikan rasa penasaran mereka. Tetapi ada juga yang langsung dengan semangat memberikan informasi tentang Ayla. Kebanyakan dari teman-teman Halbertyang memberikan informasi mengatakan bahwa Aylaadalah seorang wanita y
Warna langit mulai berubah menjadi jingga. Aylasudah selesai mengajar di kampus. Ketika sedang bersiap untuk pulang, terdengar suara notifikasi pesan masuk. Ternyata ia mendapatkan pesan dari salah satu temannya. Pesan tersebut berisi tentang mengingatkan Aylabahwa hari ini akan ada perayaan ulang tahun di pub. Aylapun ingat kalau ia memiliki janji dengan teman-temannya untuk berkumpul di sebuah mall dan berangkat menuju pub bersama-sama. Tanpa Aylasadari, Halbertsedang mengikutinya dari belakang. Aylasebenarnya melihat sebuah mobil yang berada di belakang mobilnya. Namun, Aylatidak tahu kalau itu adalah mobil milik Halbert. Dia sama sekali tidak ambil pusing. Sedangkan Halbertyang berada di dalam mobil pun menerka-nerka tempat yang akan dituju oleh Ayla. Namun, kemanapun Aylapergi, Halbertakan terus mengikutinya. Halbertmasih mengikuti Aylayang sedang berada di mall. Ternyata tujuan Aylait
Aylamerasa bersyukur bisa menikmati kebahagiaan bersama teman-teman terdekatnya. Namun, entah mengapa ia tidak bisa melupakan Halbertdalam satu detik saja. Ia merasa bahwa Halbertselalu menghantui pikirannya. Ia merasa gengsi jika menceritakan hal yang sedang dialaminya kepada teman-temannya. Mereka pasti akan mentertawakannya. Jika mengingat tentang Halbert, ia pun jadi teringat dengan Elang. Apakah Elang sekarang sudah baik-baik saja? Ia tidak berani untuk menghubungi Elang terlebih dahulu semenjak kejadian di malam itu. Saat malam itu, ia sama sekali tidak bisa mengontrol dirinya. Memang dari dulu juga ia tidak bisa menghargai perasaan Elang. Ia yang meminta bantuan Elang, namun ia juga yang menghancurkannya dalam satu waktu. Seharusnya dia berterima kasih karena Elang selalu ada saat ia sedang membutuhkan bantuannya. Untuk meminta maaf pun Aylamerasa malu. Aylabisa tertawa bahagia, namun kedua matanya ti
Pucuk di cinta, ulampun tiba. Begitulah istilahnya, Halbertberpura-pura kesakitan usai kepalanya membentur lantai karena Ayla. Aylayang tadinya tidak peduli pun langsung mendekati Halbert. “Duh, bagaimana ini?” tanya Aylakepada dirinya sendiri yang dilanda kepanikan. Dia yang merasa bersalah dan parnoan pun segera membawa Halbertkeluar dari pub. Ayladan Halbertberjalan perlahan diantara para muda-mudi yang sedang berdansa. Aylasebenarnya merasa berat ketika tangan Halbertberada di pundaknya. Namun, dia tetap berusaha semampunya demi yang terbaik untuk Halbert. Karena ini semua salahnya. Ayladengan sabar memapah Halbert. Sedangkan tanpa Aylasadari, Halbertsebenarnya sedang tersenyum kemenangan. ‘Ternyata begitu mudahnya untuk mempermainkan wanitaku,’ batin Halbert. Halbertselalu mengatakan Aylaadalah wanitanya. Namun, ia sama sekali belum pernah meminta Aylamenjadi wani
Menahan Hasrat Ketika mereka berdua larut dalam hasrat masing-masing, Aylamulai bertingkah. Dia membuka bajunya. Tingkah Aylayang seperti itu menjadi sebuah cobaan yang berat untuk Halbert. Halbertmeneguk saliva dan mencoba mengalihkan pandangannya dari bagian atas tubuh Aylayang hanya terbalut dengan bra berwarna merah. Namun, tidak bisa. Hasrat Ayladan Halbertsemakin meningkat. Halbertmemejamkan matanya sejenak. Namun, suara kegelisahan Aylaterdengar oleh kedua telinga Halbert. Pengaruh dari minuman yang Aylategak mulai muncul. Halbertyang paham akan situasi Aylapun langsung membuka kedua mata coklatnya. Dan menangkap kedua tangan Aylayang sedang mencoba untuk melepas tali bra. Sesekali Halbertmengumpat dalam hatinya. Mana ada pria yang dapat menahan hasrat jika dihadapkan dengan wanita seperti Ayla. “Harusnya kamu bersikap seperti ini disaat kita sudah di a
Aylamenjadi terkejut bukan main saat yang dilihatnya adalah Halbert. Ia memastikan bahwa ia masih mengenakan pakaian yang lengkap seperti semalam. Aylamerasa lega. Ia mengambil tas dan kunci mobil yang berada di atas meja. Sebelum pria itu bangun, dia kabur begitu saja. Halbertsebenarnya menyadari pergerakan Ayla. Ia tahu bahwa wanita yang tidur bersamanya sudah bangun. Namun, ia memilih untuk berpura-pura masih tidur. Mata coklatnya sedikit terbuka ketika Aylamembuka pintu dan pergi meninggalkannya. Kemudian, ia terlelap kembali. Aylaberjalan terburu-buru sambil sesekali melihat ke belakang untuk memastikan bahwa Halberttidak mengikutinya. Ia merapihkan rambut yang berantakan. Aylamerutuki dirinya sendiri karena tidak sempat ke kamar mandi untuk cuci muka terlebih dahulu. Ketika pintu lift terbuka, ternyata sudah ada tiga orang di dalamnya. Aylapun masuk sambil menundukkan wajah bantalnya. Dia menghiraukan tatapan mere
Aylaberusaha untuk tetap bersembunyi sampai waktu yang ia tak tahu kapan. Kedua matanya terus memantau pergerakan Halbert. Tingkah Aylayang seperti ini seperti sedang menjadi buronan polisi. Untungnya tak banyak pengunjung kafe yang memperhatikan tingkah Ayla. Hanya segelintir orang saja, namun mereka bersikap masa bodoh. Dalam kondisi yang seperti ini, ia masih sempat untuk melirik minuman yang masih tersisa. Rasanya ingin sekali meneguk minumannya sampai habis kemudian lari dari sini, pikir Ayla. Bagaimana pun caranya, ia harus keluar dari kafe secepat mungkin. Tatapan Halberttertuju pada seluruh penjuru kafe. Ia merasakan seperti ada sesuatu yang aneh. Ia dilanda kebingungan. Halbertmemesan secangkir kopi panas. Sambil menunggu pesanannya datang, ia masih menatap ke sekeliling secara tajam. Namun, detik ini entah keberuntungan atau kebetulan berada di pihak Ayla. Aylasedikit bernapas l
“Ah! Gila! Bisa-bisanya sih gue malah jadi lupa begini,” keluh Ayla. Wanita yang berprofesi menjadi dosen dan kini dia masih mencoba untuk bertahan duduk sembari menatap wajah-wajah tua yang dipenuhi keseriusan. “Ibu Ayla, ada yang ingin disampaikan?” Mendengar suara Dekan dengan kacamata yang membingkai matanya pun membuatnya terperanjat. Akhirnya dia hanya bisa diam dan menggeleng. Dia paling malas untuk ditanya tentu saja. “Tidak ada Bu,” ucapnya dengan nada rendah Semua orang memandangnya. Para dosen wanita memandang iri dengan kecantikan dan kemolekan Ayla, tapi para dosen pria memandang kagum dan ekspresinya bercampur dengan ekspresi lain yang dia paham ke mana mata mereka memandang. Ayla merenggangkan tangannya perlahan. Dia tak bisa untuk menetap. “Ibu-ibu saya pergi duluan ya?” pamitnya segera melesat pergi sambil membetulkan kacamata yang membingkainya. Seseorang sudah menghubunginya terus menerus. Kenapa juga