Bunyi serangan mereka masih berlanjut. Orang-orang yang menyerang perisaiku masih belum menyerah walau serangannya tidak berhasil. Kegigihan mereka membuatku tertawa kecil. 'Kegigihan? Itu lebih terlihat seperti keras kepala.'
Tanpa aba-aba, kurasakan seseorang memegang pergelangan kakiku. Aku tersentak kaget dan langsung melihat ke bawah. Kulihat sebuah tangan manusia keluar dari lantai dan mencengkeram kakiku.
Kutarik kakiku untuk melepaskan cengkeraman tangan itu dari pergelangan kakiku. 'Sial, ini pasti karena perisaiku tidak mencakup bawah tanah, makanya dia bisa menyerangku dari bawah.'
Cengkeraman tangan itu terlepas dari kakiku. Aku melangkah mundur untuk menjauhinya hingga punggungku menyentuh dinding bagian dalam perisai bola ini.
Orang yang menyerang dari bawah tanah itu mulai memanjat keluar dari lantai. Permukaan lantai dari tempatnya muncul menjadi pecah. Seluruh tubuh anggota Fylax itu telah keluar dari lantai. Dia menggenggam erat sebuah b
Aku menyilangkan tanganku di dada. "Mereka yang memulainya duluan," balasku menyalahkan bawahannya.Seseorang berjubah hitam bangkit dari sikap berlututnya dan hendak menghampiriku. "Sialan kamu ...!" geram salah seorang anggota Fylax. Suara bisikan dari orang-orang yang ada di sekitar mengiringi geramannya.Pemimpin mereka mengangkat tangan kanannya sehingga tempat ini menjadi hening seketika. Orang itu pun mengurungkan niatnya dan kembali berlutut di lantai.Setelah situasi kembali tenang, pemimpin Fylax menurunkan tangannya dan melangkahkan kakinya menghampiriku."Trystan, terima kasih karena sudah datang ke sini. Aku akan langsung ke intinya saja, aku mau mengajakmu untuk kembali ke Fylax," ujarnya sambil berjalan ke arahku.Hening. Tidak ada yang berkata apa-apa setelah mendengarnya ingin mengajakku untuk kembali ke organisasi anti-pemerintah itu. Kupikir bawahannya akan memprotes atasannya yang ingin merekrutku.Selain itu, aku sendiri
Dia memunculkan sebilah pedang yang terbuat dari api lalu mengarahkannya ke mukaku. Kurasakan hawa panas yang memancar dari pedang itu menyentuh kulit wajahku. Rasanya mukaku seakan-akan terbakar walau tidak bersentuhan dengan pedang api itu."Kamu harus memberi tahu semua yang kamu ketahui tentang Quattor. Karena kamu sudah mendedikasi hidupmu pada mereka sejak mereka menangkapmu 13 tahun yang lalu, kamu pasti tahu rahasia mereka yang tidak diketahui oleh orang luar," ujarnya.Dia masih mengarahkan senjatanya yang menyala-nyala ke mukaku. Aku tidak dapat menggerakkan kepalaku karena jika aku menggerakkannya sedikit saja, api itu akan mengenai mukaku dan membakarku hidup-hidup."Baiklah, sekarang singkirkan pedangmu dari mukaku," balasku. Walaupun baru kurang dari semenit dia mengarahkan pedangnya ke mukaku, keringatku mulai bercucuran membasahi wajahku akibat terpapar hawa panas dari pedang apinya.Pedang yang terbuat dari api itu langsung lenyap dari de
Aku menyindir Layla yang tidak hadir di sini. "Mungkin supaya dia menjadi orang yang paling berkuasa di negara ini."Pemimpin Fylax menganggukkan kepalanya menyetujui perkataanku. "Kedengarannya itu masuk akal. Mungkin dia sengaja menyingkirkan mereka supaya tidak ada lagi orang yang memiliki kekuasaan setara dengannya di negara ini."Entah kenapa perbincangan kami terdengar seperti menteri yang membahas tentang permasalahan negara, padahal kami adalah orang-orang yang dianggap sebagai teroris karena melawan pemerintah.Bibirku melengkung naik membentuk sebuah senyuman sinis. 'Ironis sekali, kelompok orang yang dicap sebagai teroris adalah orang-orang yang memperjuangkan kebenaran, sedangkan pemerintah yang dipuja-puja oleh rakyat merupakan penjahat yang sebenarnya.'Selama hampir satu jam kami membahas mengenai kondisi pemerintahan saat ini dan merancangkan rencana penyerangan terhadap satu-satunya orang yang paling berkuasa di negara saat ini, Layla.
Saat itu aku sedang menyendiri. Bukan karena aku tidak ingin bergaul dengan yang lainnya, tetapi karena anggota-anggota Fylax lainnya menghindariku. Aku tidak melakukan apa-apa, tetapi aku selalu ditatap dengan tatapan tajam dan mendapatkan umpatan dari mereka.Telingaku menangkap bunyi langkah kaki yang bergerak mendekatiku. Aku tidak mempedulikan siapa yang menghampiriku dari belakang dan tetap memandang ke luar jendela. 'Palingan orang itu ingin mencari masalah denganku seperti yang lainnya.'Kurasakan sebuah tepukan pelan mengenai pundakku. Kubalikkan badanku untuk melihat siapa yang menepuk pundakku. Seseorang yang mengenakan jubah hitam dan topeng putih khas Fylax.Walaupun dia mengenakan sebuah topeng pada mukanya, aku dapat melihat seperti apa wajahnya dengan jelas berkat topeng serupa yang sekarang kukenakan. Topeng putih ini telah disihir sehingga dapat membuat penggunanya dapat melihat wajah pengguna lainnnya.Dia terlihat seperti seorang wanit
'Atom' tersenyum kesal lalu langsung menerjangku. Dia melayangkan sebuah tinjuan ke arahku. Kuhindari serangannya dengan melompat ke kanan. Tak disangka-sangka, tinjuannya menimbulkan sebuah ledakan yang besar dan diikuti oleh bunyi yang menulikan telinga. Gelombang kejut yang disebabkan oleh efek serangannya membuatku merinding. Kutolehkan kepalaku ke kiri untuk melihat lawanku. Dia masih berada di posisinya. Kulihat keadaan permukaan tanah yang berada di bawahnya, tercipta sebuah kawah beradius 2 meter di bawah kakinya. Aku menelan ludahku karena gugup. 'Itu gila ... kalau tadi aku tidak menghindarinya jauh-jauh, mungkin nasibku akan sama seperti permukaan tanah itu.' 'Atom' menolehkan kepalanya ke arahku dan menyeringai. "Kenapa mendadak diam begitu? Apa kamu terkejut melihat kehebatanku?" tanyanya dengan nada sombong. Aku menahan kekesalanku dan memutuskan untuk mengabaikan apa pun yang dia katakan. Kuciptakan sebuah tombak kegelapan lalu
Sejak itulah aku menyesal karena mudah meremehkan orang lain. Karena aku hampir tidak pernah terkalahkan membuatku menjadi sombong dan sering memandang orang lain dengan sebelah mata. *** Kembali ke masa sekarang. Tibalah kami di ruang rapat. Di ruangan ini hanya ada aku, 'Atom', dan orang yang memanggil kami ke sini, pemimpin Fylax yang kerap dipanggil dengan kode nama 'Kobaran Api'. Aku celingak-celinguk mencari ketiga orang lainnya yang dulu pernah ikut rapat beberapa minggu yang lalu, tetapi aku tidak dapat menemukan mereka dimanapun. "Kenapa hanya kami yang dipanggil?" heranku. "Topik yang mau kubahas dengan kalian dan mereka berbeda. Sebelum memanggil kalian, aku sudah memanggil mereka ke sini," jelas pemimpin Fylax menjawab rasa penasaranku. Kualihkan pandanganku ke arah pemimpin Fylax yang duduk di sofa sambil menyilangkan kakinya dan melipat tangannya di dada. Aku dapat melihat wajahnya yang disembunyikan di balik topeng putih yang di
"Tentu saja sudah cukup, bahkan lebih dari cukup," balas pemimpin Fylax dengan yakin. Aku tidak tahu darimana keyakinan itu datang, kuharap kami mampu memenangkan pertempuran yang akan datang itu.Ruangan ini menjadi hening karena tidak ada yang berbicara lagi. Saat aku akan membuka mulutku untuk menanyakan pertanyaan lainnya, 'Atom' langsung melemparkan sebuah pertanyaan mendahului aku."Jadi, kapan kita akan menyerang Istana Putih?" tanyanya. Aku menutup rapat mulutku karena tidak jadi menanyakan pertanyaanku. Kuarahkan pandanganku ke arah pemimpin Fylax yang akan menjawab pertanyaan 'Atom'."Empat hari lagi," jawabnya singkat. 'Atom' pun ber oh ria menanggapi jawaban yang didapatkannya."Empat hari lagi? Cepat sekali," gumamku. Kurasakan dua pasang mata terarah ke arahku saat aku melontarkan perkataan itu.Pemimpin Fylax membalas gumamanku. "Lebih cepat lebih baik. Kalau kita terus mengulur waktu, bisa-bisa semua orang di negara ini sudah dikend
Hari H, yaitu hari dimana ribuan anggota Fylax mengepung Ibu Kota yang sunyi. Berkat saran dariku, pengepungan yang kami lakukan saat ini tidak menimbulkan keributan yang besar seperti sebelum-sebelumnya.Para anggota organisasi ini hanya mengintai dari ketinggian, yaitu di atap gedung-gedung pencakar langit yang jumlahnya tak terhitung saking banyaknya. Aku berdiri di puncak menara kaca dan memandang pemandangan perkotaan yang ada di bawahku.Jalan raya hanya dilalui oleh personel Custodia dan pasukan elit negara yang berjaga melindungi Ibu Kota negara ini. Tidak ada satu pun kendaraan pribadi yang melintas di jalanan itu, bahkan rakyat jelata yang berjalan di trotoar pun tidak ada."Apa Ibu Kota biasanya sesepi ini?" gumamku yang heran setelah memperhatikan keadaan kota ini selama beberapa menit.Tiba-tiba seseorang menimpali gumamanku. "Tidak, biasanya selalu ramai, bahkan jalanan selalu macet saking padatnya penduduk kota ini."Kupalingkan kepa