Home / Romansa / Broken Flower / 6. Future husband

Share

6. Future husband

Author: Ikabelatrix
last update Huling Na-update: 2021-10-30 21:46:48

Newcastle, Britania Raya.

10.07 AM.

Wanita muda itu menuruni satu per satu anak tangga sambil memeluk sebuah bingkai kanvas beserta peralatan lukis miliknya. Pagi-pagi sekali ia meminta Gretta membelikan semua benda itu untuk mengisi hari-harinya yang membosankan. Grassiela tidak tahu sampai kapan dirinya akan berkutat dalam kejenuhan di rumah ini, tapi dia tidak bisa tinggal diam.

Meski ayahnya pernah mengatakan bahwa melukis adalah hal yang tak berguna, Grassiela tidak peduli. Ia menyukainya dan tetap akan melakukannya selama hal itu bukan lah sesuatu yang buruk.

Lantas ia terus melangkah menuju pintu kaca yang menghubungkan rumahnya dengan halaman belakang. Tetapi sebelum sampai di sana, langkah kaki itu berhenti tepat di depan ruang makan. Grassiela terdiam memandang meja makan yang kosong.

Pemandangan ruang makan yang sepi itu membuat benak Grassiela terbang ke masa lalu. Tepatnya ketika ia masih berusia tiga belas tahun dan baru saja menghabiskan masa libur sekolahnya selama dua hari.

Jika bukan karena larangan Helena yang tidak masuk akal, Grassiela akan memilih untuk menghabiskan waktu liburannya di asrama saja. Itu memang membosankan, tapi tidak lebih buruk dari pada dirinya harus kembali ke Newcastle dan menyaksikan betapa kedua orangtuanya tidak peduli akan kehadirannya di rumah ini.

Suatu pagi, Grassiela baru saja turun ke ruang makan, namun bukan kedua orangtuanya yang ia lihat di sana. Melainkan seorang lelaki muda yang tengah melahap sarapannya seorang diri dengan tenang.

Grassiela menatap tajam sepupunya itu dan menebak bahwa Alfonso dan Helena sudah pergi pagi-pagi sekali untuk urusan masing-masing. Kemudian ia melenggang masuk dan duduk di kursi yang tepat berseberangan dengan David.

"Aku membencimu," tukas gadis itu tajam.

David sama sekali tidak terpengaruh. Dia tetap memakan sarapannya dengan tenang seolah tak mendengar ataupun melihat kedatangan saudarinya.

Ketika seorang pelayan datang untuk menyediakan makanan untuk sang nona muda, Grassiela masih menatap sepupunya tajam. Ia mencengkeram garpu dan pisau di kedua tangannya dan merasakan emosinya meluap saat melihat David masih saja bersikap acuh padanya.

Sialan! Mereka berada di rumah orangtua Grassiela, tetapi David lah yang mengambil alih semuanya!

Semenjak Nicholas tiada dan Grassiela diasingkan ke Kanada, David lah yang mengisi kekosongan di rumah ini. Alih-alih memperhatikan putri tunggalnya, Alfonso justru memilih untuk membawa David dan merawatnya seperti anak sendiri. Helena yang masih dirundung duka saat itu hanya membiarkannya saja. Kesedihan yang mendalam membuat wanita itu tidak peduli pada dirinya, suaminya, putrinya atau bahkan keponakannya yang menjadi tuan muda di rumahnya sendiri.

Hal itu membuat Grassiela teramat kecewa. Ia tak mengerti mengapa ayahnya lebih memperhatikan David di banding dirinya? Mengapa Grassiela harus dibuang sementara David tinggal di rumahnya? Mengapa uncle Richard pergi ke Scotland begitu saja dan mengijinkan Alfonso untuk merawat putranya?

Apakah Grassiela egois? Dia hanya merasa terluka melihat ayahnya lebih menyayangi David dibanding dirinya.

Lantas bersama sorot mata tajam, ia berkata pada sepupunya, "asal kau tahu, sampai kapanpun kau tidak akan pernah bisa menggantikan posisi Nick di rumah ini."

Lantas David membalas tatapan sepupunya tak kalah tajam. Mendadak kekesalan yang tersirat di wajah lelaki itu membuat Grassiela terdiam. David bangkit dari kursi makan dan mencondongkan tubuhnya ke depan. Ia berdesis dengan rahangnya yang mengeras, "Aku berada di sini bukan untuk menggantikan posisi kakakmu. Tapi untuk membalaskan dendam atas kematiannya!"

David beranjak pergi. Meninggalkan Grassiela yang mematung di tempat duduknya.

Suara klakson mobil terdengar. Grassiela terkesiap dan kesadarannya kembali ketika mendengar suara mobil baru saja sampai di pelataran.

Entah siapa yang datang. Grassiela tidak mempunyai teman di Newcastle maka tidak mungkin seseorang datang untuk menemuinya. Kemudian ia memilih untuk pergi menuju halaman belakang dan melukis di sana.

***

"My Darl," Helena merantangkan kedua tangannya untuk memeluk seorang wanita muda yang melanggang masuk dengan membawa sebuah kotak berukuran besar.

"Aunty." Arabella mendapat pelukan lalu mencium kedua pipi Helena.

"Apa kabarmu, Sayang? Apa yang membuatmu datang kemari?" Helena membawa Arabella duduk di sofa.

"Semalam Aunty Clara baru saja sampai di Cestershire. Saat mengetahui bahwa aku akan ke Newcastle hari ini, dia memintaku untuk membawakan ini untukmu." Arabella meletakkan kotak berukuran besar itu di atas meja.

"Oh, ini pasti pesananku." Helena membukanya kemudian megangumi sebuah gaun pesta berwarna merah di dalam kotak itu. "Sangat cantik," gumam Helena merasa puas atas pesanannya.

"Apa itu untuk Grace? Aku dengar dia sudah kembali," ucap Arabella penasaran.

"Kau benar."

"Di mana dia? Apa aku boleh menemuinya?"

Helena tersenyum pada keponakan kesayangannya itu.

***

"Akhirnya sang anak buangan kembali."

Grassiela yang tengah duduk di pinggiran kolam air mancur sambil melukis, menghentikan kegiatannya. Ia memutar kedua matanya dan tanpa menoleh untuk melihat, dia sudah dapat memastikan berasal dari mulut siapa ucapan menjengkelkan itu.

"Apa pedulimu? Pergilah," usir Grassiela merasa malas untuk berbicara dengan wanita yang baru saja datang.

Bukan tanpa sebab. Sejak kecil ia memang merasa tidak pernah cocok dengan kedua sepupunya, Arabella dan kembarannya Annastasia. Mereka sama saja, senang mencari masalah dengan lidahnya yang berbisa.

"Aku datang kemari karena peduli padamu. Aku dengar kau akan menikah," ucap Arabella sembari turun dari teras dan menghampiri sepupunya.

Holy shit! Si penggosip itu berhasil membuat Grassiela tak bisa berkonsentrasi lagi. Akhirnya ia menghela napas kesal kemudian memandangnya. "Lalu?"

"Apa kau tahu siapa calon suamimu?" Arabella menyeringai dan mencoba memancing rasa ingin tahu Grassiela meski dia tak menjawab.

"Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan Nenek dengan seseorang di telepon. Fyodor Draxler," ungkap Arabella melanjutkan. "Seorang pengusaha tua asal Rusia. Dia pemilik perusahaan minyak terbesar di Eropa."

Grassiela tak memberi respon yang berarti, mungkin saja dia tidak peduli. Dan hal itu membuat Arabella sedikit kesal.

"Kau tahu, dia memiliki tiga orang istri. Dan sepertinya, kau akan menjadi yang keempat." Arabella terkekeh di akhir ucapannya. "Aku yakin aunty dan uncle tak mengatakan hal ini padamu."

Tunggu dulu. Apa Grassiela harus mempercayainya? Si licik Arabella jelas seorang pembual. Maka Grassiela memilih untuk tidak menanggapi ocehan itu.

"Kau tidak percaya? Dia mempunyai seorang putra yang kini memegang posisi sebagai CEO DX-Prom. Tapi sayang sekali, yang aku tahu, pria itu sudah bertunangan dengan seorang gadis yang hampir menjadi bagian dari keluarga kita. Jadi kemungkinan besar, yang akan menikahimu adalah ayahnya." Arabella kembali tertawa.

Grassiela berdecak kemudian meletakkan kanvas di pangkuannya ke pinggiran kolam lalu bangkit dari duduknya. Ia menatap tajam wanita menyebalkan di hadapannya. "Apa aku harus mengucapkan terima kasih atas informasi yang kau berikan ini?"

"Tidak. Tidak. Kau tidak perlu melakukannya. Aku hanya merasa kasihan padamu."

"Lebih baik kasihani saja dirimu sendiri," tukas Grassiela berusaha mengendalikan emosinya yang nyaris tersulut.

Sayangnya, Arabella tidak menyerah. Ia kembali menghasut dengan berkata, "Pria tua itu menyukai wanita cantik. Dan dia menginginkan keturunan. Kau boleh saja tidak mempercayaiku. Tapi bagaimana jika hal itu benar-benar terjadi?"

Ya, Grassiela sendiri memang tidak tahu siapa yang akan menjadi calon suaminya. Bahkan ketika rencana pernikahan itu sudah ditentukan. Lalu apakah informasi dari Arabella membantunya?

Sama sekali tidak. Siapapun pria itu, Grassiela tetap tidak mempunyai hak untuk menghentikan perjodohan sialan ini. Merasa sangat marah, benci bahkan ingin berontak pun tak ada artinya. Grassiela tak bisa berbuat apa-apa selain memendam kekecewaannya sendirian. Lantas bagaimana jika dia benar-benar akan dinikahkan dengan seorang pria tua yang telah memiliki tiga orang istri?

Yang jelas, Grassiela tidak akan membiarkan si licik Arabella tersenyum puas karena telah berhasil memprovokasinya.

Grassiela berjalan mendekat menatap tajam sepupunya. Ia mengangkat wajahnya angkuh lalu berkata, "jika pria itu memang mempunyai banyak istri, maka aku tidak perlu repot-repot untuk merawatnya. Dan jika dia benar-benar sudah tua, maka aku cukup beruntung karena tidak akan menunggu lama untuk mendapat bagian dari perusahaan besar yang ia miliki."

Seketika Arabella terperangah. Di luar dugaannya, ungkapan Grassiela yang naif dan licik justru membuat Arabella sulit berkata-kata.

Benarkah Grassiela akan menghadapi pernikahannya dengan cara demikian? Siapa yang tahu.

"Dasar wanita licik," gumam Arabella.

"Apa kau sedang membicarakan dirimu sendiri?"

Arabella mendengus kesal. Ia kemudian berbalik untuk melengos pergi. Tapi panggilan mendadak dari Grassiela, membuat langkah wanita itu terhenti.

"Bella."

Arabella memutar kedua matanya lalu kembali berbalik.

"Apa maksudmu dengan ... seorang gadis yang hampir menjadi bagian dari keluarga kita?" tanya Grassiela penasaran.

"Seseorang mencampakkan calon tunangannya dan lebih memilih seorang simpanan," jawab Arabella malas.

"Benarkah? Zack melakukannya?"

"Bukan Zack. Tetapi Dave. Apa itu mengisnpirasimu?"

Sejenak Grassiela terdiam. Ia mencoba mengingat dengan siapa akhirnya David menikah? Tapi ia tak hadir di pernikahan itu dan tak tahu siapa yang sepupu laki-lakinya nikahi. Terserah. Hal itu mungkin tidak begitu penting. Setidaknya, Grassiela tahu bahwa seorang Stamford dapat merubah takdirnya sendiri.

"Jika kau mempunyai seorang kekasih, kau bisa memberinya gagasan untuk membawamu lari lalu kalian menikah secara diam-diam. Hal itu akan menjadi daftar drama terbaru di keluarga kita," tukas Arabella kemudian tertawa mengejek.

"Terima kasih atas gagasannya, tapi hal itu tidak akan terjadi. Aku tetap memilih calon suamiku yang tua dan kaya raya."

Tawa Arabella berhenti lalu ia menyorotkan tatapan kesal pada sepupunya. Arabella kembali berbalik untuk pergi, tapi lagi-lagi Grassiela menghentikan langkah kakinya.

"Bella."

"Apa lagi?!"

"Jika suatu hari suamiku mencari istri lagi, maka aku akan merekomendasikamu. Jadi jangan marah padaku, ok?" Grassiela menahan tawa melihat permukaan wajah Arabella yang seketika memerah menahan emosi.

Tanpa berkata lagi cepat-cepat wanita itu melangkah pergi menuju pintu.

"Aku tidak keberatan jika harus berbagi suami denganmu," teriak Grassiela sebelum ia tertawa puas sendirian.

***

Copthrone Hotel, Newcastle, Inggris.

10.17 PM.

"Kau sudah sampai?"

"Ya."

"Alexei bersamamu?"

"Begitulah."

"Berapa kamar hotel yang kau sewa?"

"Sepuluh."

"Berapa jumlah anggota yang kau bawa?"

"Tak ada."

"Apa kau gila?!" Suara Fausto Michalov terdengar meninggi di seberang telepon.

James menghela napas. Netra kelabunya masih memandang suasana malam sungai Tyne dari balik jendela kamar hotel. "Tenang saja. Aku yakin Zack Stamford telah mengetahui kedatanganku. Dia tak akan membiarkan kekacauan terjadi di wilayah kekuasaannya. Aku aman di sini."

"Alfonso Stamford pernah berselisih dengan keponakannya. Mereka sudah tidak sejalan. Apa kau yakin dia tidak akan menjebakmu?" Kecemasan terdengar jelas dari nada suara pria baya itu. Sesekali James merasa bahwa Fausto lebih memperhatikannha dari Fyodor, ayahnya sendiri. James mulai berpikir untuk menjadikan Fausto sebagai penasihatnya.

"Aku datang dengan damai. Tenang saja, dia tidak akan menolak tawaran dariku," ungkap James penuh keyakinan.

Fausto berdecak. Untuk kesekian kalinya ia kesal pada anak muda keras kepala yang kini menjadi pimpinan kelompok. "Mereka akan menggeledahmu di sana. Jaga dirimu."

James terkekeh meremehkan. "Kau tak perlu mencemaskanku. Mereka mempunyai integritas tinggi. Aku percaya, mereka tak akan menyerang seorang tanpa senjata."

Fausto tak menjawab lagi. James pasti sudah mempertimbangkan segala sesuatunya dengan cermat. Mungkin kali ini dia harus mempercayai rencananya.

"Urus saja Brooklyn, Vegas, Meksiko," ujar James kemudian.

"Baiklah. Aku menunggu kabar selanjutnya."

James memutus sambungan telepon. Pandangannya masih tertuju pada sungai Tyne yang diterangi pantulan cahaya lampu kota. Namun benaknya sibuk memikirkan hari esok.

Alfonso Stamford, mantan pemimpin kartel bisnis gelap yang sangat berpengaruh di Inggris. Kini kekuasaan telah berada di tangan Zack Stamford, keponakannya. Tetapi James mengetahui bahwa diam-diam pria tua itu masih memiliki bisnis besar yang justru dikelola oleh orang lain. James menginginkannya. Dan ia cukup yakin, Alfonso tak akan menolak kesepakatan yang akan ia ajukan.

***

Grassiela tahu bahwa suatu hari hal ini akan terjadi. Dengan tradisi kolotnya, seluruh kekuarga Stamford harus menikah dengan cara perjodohan. Tetapi hal itu tidak berlaku bagi David dan Zack. Mereka menikah dengan pilihannya sendiri. Entah karena tradisi mulai berubah hanya untuk para lelaki, atau keduanya memiliki keistimewaan tersendiri karena telah memegang tongkat estafet sebagai pemimpin kelompok. Entahlah, yang jelas Grassiela merasakan ketidak adilan di sini.

Dan hari itu akhirnya tiba. Saat sinar mentari menarangi seisi kamarnya, Grassiela tengah duduk di depan meja rias bersama Gretta yang sedang mengeringkan rambutnya. Helena juga berada di sana, dia mempersiapkan sebuah dress putih sederhana dengan bordiran bunga-bunga kecil berwarna-warni. Dress yang cantik, pikir Grassiela. Tidak buruk untuk pertemuan pertamanya dengan sang calon suami.

Setelah Gretta selesai, Helena menyuruhnya pergi untuk mempersiapkan hal lain sementara wanita itu lanjut menyisir rambut putrinya.

"Jaga sikapmu dan jangan terlalu banyak berbicara," ucap Helena mengingatkan.

Grassiela bergeming. Ada berbagai hal yang kini bergelut dalam pikirannya.

Oh, haruskah ia berontak dengan mencoba melarikan diri saat ini juga? Ataukah ia perlu melihat dulu siapa calon suaminya? Tapi bagimana pun, Grassiela belum ingin menikah. Lalu bagaimana jika apa yang dikatakan Arabella itu benar? Grassiela akan menikahi seorang lelaki tua yang sudah memiliki tiga orang istri?

Sial! Bisakah hidupnya lebih buruk lagi dari ini?

Tentu saja bisa.

Ketika Helena pergi meninggalkannya sendirian di dalam kamar, Grassiela mulai merasakan jantungnya berdebar. Oh, kondisi macam apa ini? Ia menghela napas panjang demi menenangkan dirinya sendiri lalu berjalan menuju standing mirror dan memandang penampilannya.

Ia sudah siap. Dengan dress yang Helena pilihkan, make up tipis yang Gretta poleskan serta rambut terurai yang hanya dihiasi jepit kecil berkilauan. Seharusnya Grassiela siap untuk menemui siapa pun itu yang akan datang.

Lantas diam-diam ia keluar dari kamar. Grassiela tidak tahu apakah dirinya harus turun untuk membantu mempersiapkan kedatangan tamu spesial di lantai bawah, ataukah ia cukup menunggu di kamar saja? Helena tak mengatakan apa-apa selain mengingatkannya tentang tata krama yang sudah sangat ia hafal.

Kemudian kegelisahan mendera. Berkali-kali Grassiela menanamkan pada diri sendiri bahwa dirinya tak peduli pada apa pun yang akan terjadi hari ini. Tapi sia-sia. Hal ini jelas-jelas menyangkut masa depannya. Akhirnya wanita muda itu berjalan mondar-mandir di koridor depan kamarnya sambil menimang-nimang apakah dirinya harus menuju tangga dan turun atau kembali masuk ke dalam kamar.

Ah, sial! Ia gelisah, cemas dan berbagai perasaan tak karuan menghantam perasaannya. Demi Tuhan, tolong katakan siapa yang akan datang untuk melamarnya hari ini? Pria macam apa dia? Berani-beraninya mengusik ketenangan seorang anak buangan Stamford!

Kemudian suara deru mobil yang baru datang terdengar.

Deg!

Cepat-cepat Grassiela menuju jendela di ujung koridor yang menghadap ke pelataran. Rasa penasaran yang mendesak memaksanya untuk mengintip dari balik tirai.

Sebuah mobil berwarna hitam terlihat berhenti di depan teras. Seorang kepercayaan Alfonso dan beberapa orang pelayan bersiap menyambut sang tamu. Kemudian pintu mobil itu terbuka. Seorang pria turun dari mobilnya dan Grassiela melebarkan kedua matanya.

Ini tidak mungkin!

Ketika orang kepercayaan Alfonso menyambut dengan berbicara sesuatu dan menjabat tangan tamu spesial itu, Grassiela terus memerhatikannya. Lantas mereka semua masuk ke dalam rumah dan Grassiela mematung di tempatnya berdiri. Ia mulai merasa yakin.

Apakah itu benar-benar dia?

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Broken Flower   7. Can we meet again?

    *** Lima belas tahun yang lalu. Toronto, Canada. Malam itu belum larut. Masih sekitar pukul sembilan ketika Rebecca, seorang wali asrama di sekolah perempuan itu menemui Grassiela di kamarnya dan mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin menemuinya. Grassiela tidak dapat menebak siapa yang datang di malam hari dan menunggunya di ruangan kepala sekolah. Sebelumnya ia tak pernah sekali pun mendapat kunjungan dari seorang tamu. Dan sepertinya orang itu cukup penting karena sang kepala sekolah menerima kunjungan ini bahkan membuka pintu ruang kerja pribadinya di malam hari. Rasa penasaran membuat gadis itu berjalan cepat menyusuri koridor bersama dengan wali asramanya. Sementara diam-diam, cemas serta gugup turut menghantuinya. Siapa yang datang? Apa yang terjadi? Apa ini ada hubungannya dengan orang asing yang ia temukan di halaman belakang tiga hari yang lalu? Semoga saja tidak. Berkali-kali Grassiela menepis firasat buruk dalam hatinya. Ketika Rebecca membuka pintu ruangan kepala

    Huling Na-update : 2021-11-12
  • Broken Flower   8. Love at first sight

    *** "Dia sangat tampan. Rambut hitamnya terpotong rapi, alis yang tebal, netra kelabu yang bersorot tajam serta rahang yang kokoh. Saya tidak berani memandanginya, tapi dia juga memiliki tubuh tegap yang terpahat dengan sempurna. Anda akan jatuh cinta ketika melihatnya." Grassiela tersenyum mendengar ungkapan wanita muda berseragam pelayan itu. "Semudah itukah cara seseorang untuk jatuh cinta?" simpulnya. Gretta berjalan menuju meja rias lalu merapikan barang-barang yang berantakan di sana. "Saya tidak tahu. Tapi bukankah ada yang dinamakan dengan cinta pada pandangan pertama?" "Lalu apa kau mencintainya?" Seketika Gretta memandang wanita muda yang tengah duduk di atas tempat tidur itu. "Tentu saja tidak," jawabnya spontan. "Kau menceritakan bahwa pria itu begitu menakjubkan. Lalu kenapa kau tidak jatuh cinta pada pandangan pertama?" Kening Gretta berkerut memikirkan pertanyaan dari nona muda nya. Lantas Grassiela terkekeh. "Bagaimana aku bisa mencintainya jika aku tidak mengen

    Huling Na-update : 2021-11-27
  • Broken Flower   9. Two different families

    *** Lebih dari empat jam waktu tempuh dari Newcastle untuk sampai di Cestershire. Sebuah desa indah nan asri yang berada di distrik Costwold. Meski cukup lama dan membosankan dalam perjalanan, tapi Grassiela sangat menantikannya. Seperti biasa, suasana di dalam limusin Mercedes Benz S-600 Pullma berwarna hitam itu cukup canggung dan hening. Tak perlu diingatkan bahwa mereka adalah keluarga. Grassiela benar-benar paham bahwa Alfonso lebih tertarik pada surat kabar di menghadapi masalah politik lokal dari berbicara pada putrinya sendiri. Sementara Helena terlalu sibuk berinteraksi dengan teman-teman sosialita-nya lewat layar ponsel. Akhirnya gadis itu menghela napas. Grassiela menyadari bahwa ia tidak bisa mengharapkan kedua orangtuanya terlibat dalam kontak yang hangat. jangan harap. Lantas iris mata biru terang itu pandangannya ke arah jendela mobil. Grassiela melawan kejenuhan selama perjalanan dengan menikmati pemandangan yang indah dan pilihan dari sana. Di luar tampak cottage-

    Huling Na-update : 2021-12-18
  • Broken Flower   10. Give me congratulations

    Chapter 10 *** Ketiga pria itu menyusuri koridor dengan langkah-langkah panjang. James yang memimpin di depan bahkan tampak terburu, tak sabar untuk melihat hasil tangkapan dari orang kepercayaannya. Lantas ketika ketiganya sampai di depan pintu ruang rapat, Benicio dan Fausto yang sejak tadi mengekor membukakan pintu tinggi tersebut. Di dalam ruangan dengan pencahayaan temaram itu, terdapat sebuah meja besar berbentuk oval. Di kedua sisinya, tampak dua orang pria duduk saling berhadapan dan seorang pria lagi berdiri dengan melipat kedua tangannya di sisi ruangan. James tersenyum puas. Ia mengenyahkan keheningan di sana dengan bertepuk tangan sambil berjalan memasuki ruang rapat tersebut. "Manicci. Senang melihatmu kembali," sapa James menahan girang. Sementara Fredo Manicci, pria tua yang duduk berhadapan dengan pengacara James melayangkan tatapan tajam. "Draxler. Jadi kau yang menculikku di pagi buta seperti ini?" ucapnya terdengar mengumpat. James berdiri di belakang Sergei N

    Huling Na-update : 2022-03-25
  • Broken Flower   11. Ambitions that can destroy you

    Cestershire, Inggris. Boneka kepala kelinci besar yang menempel pada sebuah tas itu bergoyang-goyang seiring langkah kaki seorang pria yang menentengnya. Sementara di belakang, seorang wanita baru saja turun dari mobil sambil memeluk bayi mungilnya ikut berjalan terburu bersama wanita paruh baya yang membawakan barang-barang. "Apa yang kalian lakukan? Apa si kecil baik-baik saja?" ucap Alexa cemas sambil membuka kedua tangannya. Sang ayah tak menjawab. Dengan tas bayi besar di tangannya dia hanya merangkul Alexa sekilas lalu melewatinya menuju pria yang berdiri di depan pintu utama. "Kalian hanya bertiga? Sama sekali tak ada penjagaan?" "Berempat," ralat David lalu membalas rangkulan Zack cepat kemudian menuju tiga orang lagi yang menyambut kedatangan mereka di pelataran. "Kami mencemaskan sang pangeran kecil," sapa Clara. David mengecup pipi ibu tiri dan aunty nya secara bergantian sebelum ia merangkul ayahnya yang menyambut dengan tersenyum lebar. "Dia baik-baik saja," ujar D

    Huling Na-update : 2022-04-09
  • Broken Flower   12. Wedding gifts

    "Aku setuju." Hanya itu kalimat yang bisa keluar dari mulut kelu Grassiela. Seusai makan malam, Veronica beserta para pria dari keluarga Stamford berkumpul di salah satu ruang duduk dengan perapian menyala. Grassiela dan ibunya, Helena ikut hadir di sana dengan hanya menyimak diskusi yang sedang berlangsung. Mereka membicarakan rencana mengenai Grassiela yang serba pernikahan serta berbagai permintaan dari pihak calon pria. Lalu ketika semua orang di ruangan itu mencapai kata-kata, Grassiela tahu bahwa dirinya tidak memiliki hak suara dalam pernikahannya sendiri. Maka mau tidak mau ia harus menelan mentah-mantah semua serta protesnya dan menyetujui saja rencana apapun itu. *** "Lihatlah semua barang-barang ini, Grace!" Helena tampak senang melihat para pelayan sibuk keluar masuk ruangan dengan membawakan berbagai hadiah pernikahan untuk Grassiela. Macam-macam barang bermerek dalam bentuk pakaian, tas, sepatu, produk perawatan tubuh bahkan perhiasan mahal memenuhi kamar wanita muda

    Huling Na-update : 2022-04-17
  • Broken Flower   13. Future Son-in-law

    Suara anak-anak yang sedang bermain di halaman belakang kastil terdengar riang dan ceria. Saat itu, Grassiela mungkin berpikir bahwa dirinya dapat bersembunyi di balik tirai putih tipis yang berkibar ditiup angin pagi sambil diam-diam mengamati dari balik jendela. Sayangnya ia salah. Seorang wanita yang berjalan di koridor tersenyum melihat apa yang dia lakukan. Sementara di area taman, beberapa orang wanita tampak sedang berbincang dikelilingi anak-anak mereka yang sedang bermain. Pemandangan itu mengingatkan Grassiela pada sebuah lukisan klasik yang pernah ia lihat. Oh, Grassiela tak ingat siapa pelukisnya dan apa judul dari lukisan itu, tapi kini jemarinya merasa gemas ingin memegang sebuah kuas dan mencoretkannya di atas kanvas. Begitulah, bagi Grassiela hal-hal indah di matanya tak lebih dari sebuah karya seni seperti lukisan atau novel yang hanya bisa ia nikmati dengan memandang atau membacanya saja. Tidak untuk hadir di dunia nyata. "Kenapa kau tidak ikut bergabung?" Grassie

    Huling Na-update : 2022-07-30
  • Broken Flower   14. Woman who will sacrifice her future

    Suasana di halaman kastil Cestershire pagi ini tampak lebih ramai dari biasanya. Suatu momen yang langka, jarang sekali seluruh keluarga berkumpul di titik yang sama dengan para pelayan pribadi serta sopir mereka. Kali ini, tujuannya adalah melepas kepergian Grassiela untuk bertunangan di Moldovanskaya, sebuah desa kecil di pinggiran Distrik Krymsk wilayah Krasnodar, Rusia. Ya, dia memang tidak akan pergi sendiri, kedua orang tua beserta seorang bibi dan neneknya akan ikut mengantarkan. Tentu saja berikut beberapa pelayan serta penjaga pribadi yang akan bertugas melayani mereka selama perjalanan. Sementara anggota keluarga yang lain akan menyusul nanti tepat di malam pesta pertunangan tersebut. Di antara orang-orang yang larut dengan pembicaraan mereka, dan para pelayan yang sibuk mempersiapkan barang-barang, mari kita lihat sang tokoh utama yang tampak tersenyum simpul. Mereka pasti mengira bahwa Grassiela teramat bahagia dengan rencana pertunangannya. Tetapi tak banyak yang tahu ba

    Huling Na-update : 2022-08-26

Pinakabagong kabanata

  • Broken Flower   103. A Queen's Fall

    Hukuman mati. Grassiela berdiri membeku, tubuhnya terasa seakan kehilangan daya saat kata-kata James menghantamnya seperti belati tajam. Matanya membesar dalam keterkejutan yang begitu nyata. "Tak ada lagi pengampunan," suara James terdengar parau, nyaris bergetar, tapi tegas. Sepasang mata kelabunya menatap Grassiela penuh kepedihan. "Kau telah menghancurkan semuanya. Kau membunuh kepercayaanku, membunuh rasa hormatku padamu, membunuh… cintaku." Dunia Grassiela seketika runtuh. Jantungnya berdebar begitu kencang, bukan karena amarah atau ketakutan, tetapi karena kesakitan yang mengoyak hatinya. Semuanya selesai. Bukan karena putusan hukuman mati yang dijatuhkan padanya dengan tidak adil. Melainkan karena Grassiela sudah benar-benar kehilangan cinta James. Kehilangan satu-satunya alasan untuk dia bertahan. James mendekatinya, ekspresinya gelap dan penuh keputusan. "Kau satu-satunya wanita yang membuatku tergila-gila," bisiknya. "Tapi kini aku sadar, terbuai dalam cinta hany

  • Broken Flower   102. Judgment at Dusk

    Langit sudah menjadi gelap ketika Grassiela turun dari mobil, tumit sepatunya menghantam aspal basah di halaman mansion. Udara malam yang dingin menusuk kulitnya, tapi itu bukan apa-apa dibandingkan dinginnya hatinya saat ini. Di kanan dan kirinya, para pelayan dan pengawal berjejer rapi, menundukkan kepala penuh hormat saat dia melangkah melewati mereka. Grassiela berdiri diam di depan mansion megah itu, kepulangan yang seharusnya menjadi hal biasa justru terasa seperti hukuman. Matanya menelusuri tiap detail bangunan yang pernah ia pikir akan menjadi tempat tinggalnya, tempat di mana ia bisa menyentuh hati James dengan caranya sendiri. Namun, kenyataan telah membuktikan betapa keliru pikirannya. Mansion ini bukan istana tempat ia menjadi permaisuri, melainkan sebuah kurungan yang perlahan-lahan menghancurkan jiwanya. Angin dingin menyapu wajahnya, seolah mengingatkannya pada semua luka yang pernah terukir di tempat ini. Para pelayan yang berbaris rapi di pintu masuk masih membungk

  • Broken Flower   101. On the Brink of Judgment

    Di dalam ruang rawat yang masih berbau khas antiseptik, Runova sibuk membereskan barang-barang Grassiela ke dalam koper. Tangannya cekatan melipat pakaian, sementara matanya sesekali melirik ke arah Grassiela dan Alexsei yang tengah berbicara di dekat jendela. Grassiela berdiri dengan wajahnya yang masih pucat, namun tatapannya serius. Alexsei, dengan sikap tenangnya yang khas, memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana dan menatapnya dalam. "Jika kau pulang sekarang dan menghadapi James, maka kau akan mendapatkan keputusan saat itu juga," kata Alexsei, suaranya datar namun tegas. Grassiela tidak langsung menjawab. Matanya menatap ke luar jendela, memandangi langit sore yang mulai berubah jingga. Napasnya terhela pelan sebelum ia berbalik menghadap Alexsei. "Aku siap dengan keputusan apa pun," ucapnya penuh keyakinan. "Aku tidak mau mengulur waktu dengan ketidak pastian. Semua harus diselesaikan secepatnya." Alexsei menatapnya beberapa detik, seolah ingin memastikan

  • Broken Flower   100. Discarded

    Grassiela duduk diam di atas kasur ruang rawat VVIP, membiarkan dirinya tenggelam dalam kesunyian. Selimut putih membungkus tubuhnya yang terasa lemah, sementara tatapannya kosong menatap jendela besar di seberang ruangan. Matahari sudah mulai tenggelam, menyisakan warna jingga redup di langit. Di sampingnya, Runova dengan sabar mencoba membujuknya untuk makan. “Nyonya, anda harus makan sesuatu. Saya tahu anda tidak nafsu makan, tapi tubuh anda terlalu lemah. Setidaknya beberapa suap saja.” Grassiela tetap diam, pikirannya melayang entah ke mana. Mual, pusing, dan kelelahan terus menggerogoti tubuhnya, tapi bukan itu yang membuatnya merasa benar-benar hancur. Yang paling menyakitkan adalah kenyataan bahwa James… mengabaikannya.Ia menelan ludah, mengumpulkan keberanian untuk bertanya, “Bagaimana keadaan James?” Runova tampak sedikit terkejut karena akhirnya Grassiela berbicara. “Kondisinya berangsur pulih. Sudah jauh lebih baik sekarang."Grassiela terdiam, mencoba mencerna kaba

  • Broken Flower   99. The Rise of the Boss

    Tangisan bayi pertama itu menggema di ruangan yang dipenuhi oleh dokter dan perawat. Seiring dengan suara tangisnya, sorak sorai dan tepuk tangan bergema di luar ruangan, di antara kerumunan keluarga, rekan bisnis, serta orang-orang kepercayaan Fyodor Draxler. Seorang putra telah lahir. Seorang pewaris. Seorang calon Bos mereka. Masa depan kerajaan bisnis Draxler kini memiliki penerus. Namun, di tengah kebahagiaan itu, Fyodor justru berdiri membisu di samping ranjang istrinya. Tatapannya kosong, tangannya gemetar saat menggenggam tangan wanita yang kini terbaring tak lagi bernapas. Bibirnya bergetar, mencoba mengucapkan sesuatu, tapi yang keluar hanyalah bisikan berat yang dipenuhi kepedihan. Wanita yang paling dicintainya, yang ia janjikan akan hidup bahagia bersamanya, kini telah pergi. “Selamat, Tuan Draxler. Putra Anda sehat dan kuat.” Fyodor tak menjawab. Ia hanya menunduk, menggenggam tangan istrinya lebih erat, seolah berharap kehangatan

  • Broken Flower   98. The Game of Trust

    Suasana ruang kerja Benicio masih dipenuhi aroma tembakau dan kayu mahoni setelah rapat panjang yang dihadiri para petinggi kelompok bisnis. Lampu gantung berwarna keemasan menerangi meja panjang yang penuh dengan dokumen, gelas-gelas wiski kosong, dan asbak berisi puntung cerutu. Sore itu, semua orang telah meninggalkan ruangan kecuali empat orang—Benicio, sang tuan rumah, Fausto yang duduk dengan ekspresi malas, Sergei yang masih memeriksa sesuatu di ponselnya, dan Alexsei yang tampak tenang sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. Benicio menuangkan wiski ke dalam gelasnya dengan gerakan santai, lalu menatap mereka. "Kalian pikir, seberapa buruk dampaknya jika James tidak bisa kembali memimpin dalam waktu dekat?" Sergei mendengus sambil mengangkat satu alisnya. "Bukan masalah jika hanya beberapa minggu. Tapi kalau lebih lama? Musuh akan mulai mencium kelemahan. Dan orang-orang kita… mereka mulai bertanya-tanya." Fausto akhi

  • Broken Flower   97. An Unbroken Vow

    Di dalam ruang rawat yang sunyi, hanya suara alat medis yang berbunyi pelan dan sesekali suara dentingan saat Grassiela menggerakkan sendok di piringnya. Mrs. Runova duduk di seberangnya, tersenyum senang melihat bagaimana wanita muda itu menyantap makanan yang ia bawakan dengan lahap."Apa anda benar-benar menyukai masakan saya?" Runova terkekeh, matanya berbinar penuh kasih.Grassiela mengangguk sambil mengunyah. "Masakan Anda memang yang terbaik, Mrs. Runova. Aku tak bisa menolaknya."Wanita paruh baya itu tertawa kecil dan menuangkan segelas jus jeruk segar. "Saya juga membuatkan jus jeruk yang banyak untuk anda, seperti pesanan anda biasanya."Grassiela menerima gelas itu dengan senang hati, menyesapnya perlahan. Rasa segar dan asam manis menyebar di lidahnya, membuatnya sedikit lebih rileks setelah semua ketegangan yang ia lalui. Ia melirik ke tempat tidur di mana James masih terbaring tak sadarkan diri, napasnya stabil namun tetap tak ada t

  • Broken Flower   96. Blood on Grassiela’s Hands

    Di dalam ruang rawat eksklusif itu, suara detak monitor jantung James bergema samar, berpadu dengan dengung halus dari alat bantu pernapasan yang melekat di tubuhnya. Grassiela tetap duduk di tepi ranjang, jemarinya menggenggam erat tangan suaminya yang dingin dan tak bergerak. Matanya terus menatap wajah pria itu, memperhatikan setiap helaan napas yang naik turun dengan ritme lambat. Luka tembak di pinggang kirinya masih dibebat perban, selang infus serta alat medis lain tertempel di tubuhnya, membuatnya tampak begitu rapuh—sesuatu yang tak pernah ia bayangkan akan terjadi pada pria sekuat James. Suara langkah-langkah berat terdengar mendekat dari luar. Grassiela mengangkat kepalanya tepat saat pintu terbuka, dan di ambang pintu berdiri empat orang dengan aura yang begitu kuat hingga memenuhi ruangan. Fyodor Draxler.Pria itu adalah cerminan otoritas dan kebijaksanaan. Meski usianya sudah lebih dari enam puluh, dia masih berdiri tegak, penuh kh

  • Broken Flower   95. A Debt to Be Repaid

    Cahaya putih dari lampu di langit-langit terasa menyilaukan ketika Grassiela membuka kedua matanya. Pandangannya buram, kesadarannya masih setengah tersangkut di ambang mimpi. Udara di ruangan itu terasa steril, dengan aroma khas antiseptik yang memenuhi paru-parunya. Dia mengerjap beberapa kali, mencoba memahami di mana dia berada. Perlahan, ingatan-ingatan berserakan memenuhi benaknya. Bayangan panggung teater, suara dentingan piano yang dimainkan Valerina, kilauan kalung berlian di lehernya, tatapan James yang tajam, lalu... suara tembakan. Seketika, napasnya tercekat. James!Dengan panik, Grassiela mencoba bangkit, tetapi sesuatu menarik pergelangan tangannya. Dia menoleh dan melihat infus terpasang di sana. Tubuhnya masih lemah, namun dorongan untuk mencari James lebih kuat dari rasa sakit yang menjalari sekujur tubuhnya. Saat itu, pintu terbuka. Seorang wanita berambut pirang dengan sorot mata yang lembut masuk ke dalam ruangan. Jas pu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status