"Tuan! Jangan begini! Wang Mo Ryu menyuruh kita menunggu sampai pagi. Dia akan menunjukkan jalannya untuk kita. Jika kau nekat pergi sekarang, kita mungkin tersesat. Siapa yang akan menolong kita kalau begitu?" Dengan tangan bergetar, Ye Luo terpaksa memegangi sedikit jubah Yu Jian Hua.Yu Jian Hua memang tidak mengizinkan Ye Luo berpegangan kepadanya. Itu membuatnya risih. Ia mendengus berkali-kali karena polah tingkah Ye Luo. Makhluk dimensi lain, bagaimana mungkin sepenakut itu? Memang, di bumi, siapa yang mampu membunuhnya."Penasihat Yu!" rengek Ye Luo lagi. Sejak awal berada di antara pohon raksasa, ia dibuat bergidik dengan suara-suara memilukan. Tidak jelas apa dan dari mana asalnya. Kadang terdengar seperti auman, dan kadang terdengar dari seseorang yang sedang disiksa. Samar-samar juga terdengar gelak tawa kemarahan. Lalu, Ye Luo dibuat hampir melompat ketika tiba-tiba saja ada yang berbisik di telinganya. Ye Luo segera mencengkram lengan Yu Jian Hua. Tidak ada siapa-siapa
Wang Mo Ryu masih belum beranjak. Setelah mengamati Yu Jian Hua yang berjalan semakin jauh, Wang Mo Ryu melirik ke Mo Zhang Li. Tidak mengerti harus berdiri di pihak mana. Dia memang tidak terlalu akrab dengan Yu Jian Hua, tapi laki-laki itu benar-benar butuh pertolongan. Lagi pula, jika orang yang dicari Yu Jian Hua tidak juga ditemukan, Raja Zhian akan terus merecoki Wang Mo Ryu dan memaksanya masuk ke Yueliang Palace. Tapi, yang sebenarnya lebih ia benci adalah Ye Luo. Orang itu tiba-tiba datang dengan suara gedebuk di teras kamarnya."Tuan! Tolong! Penasihat Yu berjalan sendirian masuk ke hutan!" katanya panik, tapi tidak punya daya untuk bangkit. Ketika dibantu berdiri, jalannya terlihat aneh dan kadang melompat seperti mayat hidup. "Akhh, mantra yang konyol!" sebut Wang Mo Ryu dalam hati."Hanya karena itu, kau menggangguku di tengah malam?" Wang Mo Ryu bertanya sinis.Ye Luo tertunduk, "Maafkan aku!"Wang Mo Ryu mendesis. Pada akhirnya, ia benci dengan perasaan iba dan marah
Air kaldu dituang ke atas gulungan mie di dalam mangkuk keramik. Ditambah potongan daging cincang dan bawang goreng. Bersama beberapa osengan lain, makanan itu disajikan."Pesanan meja no dua...siap!" si tukang masak berteriak."Ya!" pramusaji mendatangi Yu Jian Hua yang masih asyik menggoyangkan wajan."Di sana!" tunjuk Yu Jian Hua sebelum ditanya. Ia melirik ke nampan yang berisi makanan dan siap diantar."Oh, iya!"Siang itu akan menjadi sangat sibuk. Musim dingin sudah berakhir. Bunga musim semi yang mekar membuat orang-orang bersemangat untuk menghabiskan waktu di luar. Sudah dua jam Yu Jian Hua berdiri di depan tungku api dan wajannya. Catatan pesanan, dari pelanggan di rumah makan tempatnya bekerja, terus datang dan hanya memberinya waktu untuk menenggak beberapa gelas minuman dari buah anggur yang difermentasi sendiri olehnya."Akhh! Hampir lupa!" pramusaji berbalik lagi. "Jian Hua! Di luar ada perempuan bisu! Aku menyuruhnya menunggu di meja tiga! Kau akan menemuinya, 'kan? A
[Tuan! Aku tidak suka sendiri.]Yu Jian Hua mengepalkan tangan. Terlalu buruk karena pada kenyataannya dialah yang seolah ditinggalkan. Yu Yan terlalu lihai menghukum Yu Jian Hua atas kesalahan yang Penasihat Istana tidak mengerti. Mengasihi, kemudian melempar dirinya ke lembah berduri dengan jutaan rindu yang menyakitkan. Tapi, Yu Jian Hua tidak marah. Dia malah merasa bersalah karena tidak mengerti apa yang terjadi. Yu Yan menghilang, itu akan menjadi penyesalan dan luka yang akan ia sandang seumur hidup.Aroma embun tercium pekat di antara langit malam yang beradu dengan warna kemerahan di ufuk timur. Yu Jian Hua masih berada di padang ilalang. Menapaki jalan setapak yang terlihat samar di akhir malam. Hanya mengikuti instingnya saja, Yu Jian Hua tidak berharap tidak tersesat. Ilalang selalu mengingatkannya pada sentuhan indah sekaligus menyakitkan tentang Yu Yan. Dari sana ia tahu bahwa ia berada di jalur yang benar.Lalu, apa yang membuat mereka gelisah. Gerak yang tidak sebebas
Ketika cahaya kembali menyentuh mata, hal yang pertama kali ia ingat adalah rasa sakit tertusuk Jarum Es milik kakaknya. Namun, seperti mimpi, Mo Zhang Li tidak merasakan ada yang salah dari tubuhnya. Kecuali rantai besi yang mengekang dua tangan dan dua kaki, juga rasa lemas yang terkesan wajar karena energi yang terkunci oleh rantai-rantai itu. Rantai yang bergerak, menimbulan suara yang memaksa Yu Jian Hua ikut membuka mata. Yu Jian Hua sedang bemeditasi, di atas batu yang berada sekitar tiga meter, tegak lurus di hadapan Mo Zhang Li. "Di mana ini?" tanya Mo Zhang Li dengan sedikit kerutan di kening. Ia belum bisa melihat leluasa. Ketika Mo Zhang Li menyadari keberadaan Yu Jian Hua, langsung saja ia bertanya, "Di mana kakakku? Apa yang kau lakukan kepadanya?" "Di hadapanku kau mengkhawatirkan kakakmu, dan di hadapan kakakmu kau mengkhawatirkanku!" Yu Jian Hua turun dari tempat meditasi, kemudian menghampiri Mo Zhang Li. "Terserah saja dengan apa yang kau pikirkan! Kenapa masih
"Tuan, Nyonya Muda sudah diantar ke kediaman Anda!" seseorang melapor ke Penasihat Istana. Yu Jian Hua tidak menanggapi. Masih berusaha keras mengulur waktu agar tidak segera kembali ke kamarnya. "Ada apa? Masih ingin menemaniku?" Raja Zhian bersuara. "Kau tahu yang membuat sakit kepalaku kambuh adalah dirimu. Jadi, jangan berpura-pura peduli kepadaku!" "Ampun Yang Mulia!" Yu Jian Hua merendahkan diri. "Jika kehadiran hamba justru mengganggu Yang Mulia, hamba akan pergi!" Raja Zhian berdecak, "Berhenti bicara formal kepadaku!" keluhnya. "Kau tahu, bukan dirimu yang kubenci, tapi wanita itu," katanya. "Pergilah! Nanti kita bicara lagi... !" Yu Jian Hua mundur beberapa langkah sebelum berbalik dan meninggalkan Paviliun Hudie. Sungguh beruntung, Zhian Yu Fei masih begitu baik kepadanya ditengah kebimbangan nasib Yueliang Palace selanjutnya. Masa depan yang benar-benar tidak bisa diprediksi. Ikatakan dijalin dengan tidak sengaja, lalu apakah permusuhan harus ditepiskan. Namun, tet
Yu Jian Hua bergeming ketika Mo Zhang Li berdiri di tepi Tebing Awan dan bertanya, "Jika aku melompat, apa yang akan terjadi? Apa jasadku akan lebur?" ... Ekspresi penasarannya sungguh mengerikan. Jika dalam pikirannya jurang di Tebing Awan berarti neraka, sudah seharusnya ia berhati-hati. Bukan malah bermain-main dengan keberuntungannya sendiri dengan membentangkan tali di antara dua tiang, kemudian berbaring di atas tali itu. Mo Zhang Li memejamkan mata. Rantai di tangannya berubah solid, pertanda Mo Zhang Li perlu menggunakan kekuatan untuk bisa menyeimbangkan diri di atas bentangan tali berdiameter lebih kecil dari jari kelingkingnya sendiri. Berayun ke kiri, jurang sangat dalam siap menelannya. Meski mereka dirantai bersama, dan secara logika, dengan rantai itu Yu Jian Hua bisa menahan Mo Zhang Li agar tidak jatuh, tetap saja ada kekhawatiran di benak Yu Jian Hua. Pemandangan yang ia lihat sekarang, mengingatkannya pada seseorang yang sengaja berbohong, namun begitu samar ala
"Jufeng Mo, mana mungkin bisa diajak berkompromi. Setelah jasadnya rusak, dia perlu aura hidup manusia untuk bisa menjaga jiwa dan kekuatannya agar tidak terberai kemana-mana. Jadi,mana mungkin ia setuju untuk tidak berbuat kekacauan. Mo Zhang Li juga di sini sekarang, dia punya alasan yang besar untuk datang, apa kita hanya akan berdiam diri sampai Jufeng Mo berbuat onar di Yueliang Palace?" Seiryu berkata lantang. Wang Zhian menelan air liurnya. Pertemuan dengan para petinggi istana adalah satu hal yang tidak ia sukai. Di istana sudah lama beredar banyak gosip tentang Yu Jian Hua dan Mo Zhang Li, tentang ketidaksukaan atas hubungan keduanya, namun hanya Seiryu yang berani menyuarakan kekhawatiran itu. Wang Zhian pun sebenarnya membatasi diri untuk meminta pendapat Yu Jian Hua. Pendapatnya sekarang tentu akan dinilai tidak objektif. Urusan istana yang akan selalu bertentangan dengan kepentingan Mo Zhang Li, Whang Zian masih belum tahu bagaimana sikap Yu Jian Hua. Terkesa
Keesokan harinya, hanya sedikit cahaya terang yang mampu menembus Danau Aegel Gustave Savery. Yang berarti siang mungkin tidak akan terlihat di tempat itu. Yu Jian Hua lebih dulu berdiri di tengah dermaga. Tatapannya datar pada air yang terlihat tenang, tapi telah berubah menjadi hitam. Dalam satu abad terakhir, dalam pandangan di dua alam, Yu Jian Hua telah berjasa. Dengan tangannya sendiri ia berhasil menyegel Jufeng Mo dan memusnahkan Mo Zhang Li. Tapi, di dalam dirinya sendiri, kebimbangannya tidaklah hilang. Pikiran yang kadang egois, membuatnya merasa bersalah. Menyegel Jufeng Mo, Yu Jian Hua tahu sendiri itu hanya langkah sementara. Sudah seharusnya ia mengeluarkan lebih banyak kekuatan untuk membunuh Jufeng Mo.Sekarang, Yu Jian Hua benar-benar ragu akan sampai kapan rantai pemusnah diri akan bertahan. Yu Jian Hua sadar, dirinya tidaklah sekuat Jufeng Mo. Terlebih ketika ia memutuskan untuk menghilangkan kekuatan Black Finger dari dalam dirinya. Di tahun itu, jika bukan karen
Lantai menderit sejak ia memasuki kediaman pribadi Laoshi-nya. Telinga Ming Zhu menegang dan dia melangkah lebih hati-hati setelahnya. Ming Zhu berpikir, lagkahnya jelas akan lebih ringan jika ia berubah wujud.“Tidak apa-apa! Lantai ini memang sudah sangat tua. Aku tahu telingamu sangat sensitif, tapi kamu hanya perlu membiasakan diri.”Ming Zhu tertegun karena Laoshi seolah tahu apa yang dia pikirkan.“Aku hanya takut Laoshi terganggu juga!”“Tidak. Sama sekali tidak. Kupikir malah kamu yang khawatir? Tidak bisa mengendap-endap, keluar masuk seenaknya seperti di Paviliun Ying Hua?”Segera Ming Zhu menggelengkan kepala. “Aku mana pernah begitu,” katanya berbohong. Faktanya, Ming Zhu memang suka menyelinap masuk tanpa izin, terutama ketika Wang Mo Ryu tidak sengaja terlelap di ruang baca. Hanya Ming Zhu yang terlalu bodoh mengira Wang Mo Ryu tidak tahu apa-apa.“Sebenarnya aku tidak keberatan. Tapi, segalanya akan berbeda setelah kamu tinggal di sini!” Wang Mo Ryu mendorong pintu kam
“Laoshi! Akan seperti apa tempat yang akan kita datangi?”Wang Mo Ryu diam saja. Cahaya terang perlahan tertelan oleh kabut misterius. Mereka meyebutnya lorong dimensi. Sebagian lagi mengistilahkannya sebagai lorong neraka. Jiwa-jiwa yang terjebak ketidakpastian, dan penantian panjang, tentang kapan penderitaan mereka akan berakhir. Tempat mereka berpijak bukan lagi rumput dan ranting yang rapuh, tapi patahan tulang dan genangan darah yang semu. Di tiga langkah pertama, Ming Zhu sudah dibuat sakit kepala. Ia memegangi kepalanya sendiri. Wang Mo Ryu merasa itu hal wajar. Energi di lorong dimensi sungguh kacau dan akan dengan mudah mempengaruhi makhluk yang baru belajar seperti Ming Zhu. Jika dibiarkan Ming Zhu mungkin akan berubah gelisah hingga pingsan, selanjutnya ia akan terjebak dalam mimpi buruk para penghuni lorong dimensi.Wang Mo Ryu melingkarkan tangannya ke punggung Ming Zhu, memastikan peliharannya tetap bisa berdiri dan tidak kehilangan seluruh kesadaran. Pendar-pendar hita
Yu Jian Hua sudah memikirkannya. Ia pernah merawat seekor burung yang terluka. Setelah sembuh, burung itu dilepaskan kembali ke alam. Bebas, untuk menemukan takdirnya sendiri. Lalu, apa bedanya dengan serigala kecil. "Apa aku akan tega merantaimu hingga selama ini?"Yu Jian Hua tersenyum getir. Agak menyedihkan ketika berpikir, "Aku memang bukan rumah baginya." "Tuan, Yu! Akhirnya saya menemukan Anda!" Ye Luo memberi hormat. Bukan Yu Jian Hua yang dibuat berpaling ketika itu, Sang Iblis Perempuan terperangah dengan sosok di belakangnya, "Sejak kapan…,"gagapnya. Sudah cukup lama sebenarnya, Yu Jian Hua berdiri sambil meratapi Mo Zhang Li dari jarak tiga meter di belakang. Mo Zhang Li yang terpejam, dengan kepala bersandar di tiang di tepi Tebing Awan, Yu Jian Hua enggan mengusiknya. "Sebentar lagi! Sampaikan kepada Yang Mulia aku akan segera menemuinya!" perintah Yu Jian Hua kepada Ye Luo. Ye Luo mohon diri setelah menerima perintah itu. "Kukira Tuan tidak akan mau menemui makhluk
Ketika nada pertama diperdengarkan, dari senar yang bergetar, seperti terhipnotis, serigala putih berdiri dan menjatuhkan kepalanya di pangkuan Wang Mo Ryu. Ming Zhu mana tahu ia telah tidur selama lima jam dan sudah hampir senja saat itu. Yang ia tahu ia masih sangat mengantuk dan pangkuan gurunya adalah tempat ternyaman yang bisa ia dapatkan. Kali ini bukan guzheng, tapi gu qin. Suaranya terdengar dalam dan seperti diliputi kekhawatiran. Ming Zhu mungkin tidak pernah tahu, semua nada itu berasal dari bumi. Para manusia sudah lebih dulu memainkannya. Raja Zhian bilang,"Manusia itu banyak pengalaman dan mereka kaya akan perasaan," wajar ketika yang tercipta dari pikiran mereka adalah hal luar biasa seperti yang Wang Mo Ryu mainkan sekarang. Dua hari lagi dia harus kembali ke bumi untuk melanjutkan penyelidikan. Dan sekarang, Wang Mo Ryu berada di posisi sedang mempertimbangkan apakah Ming Zhu akan ikut dengannya atau tetap tinggal di Paviliun Ying Hua. "Tetap saja aku merasa khawat
"Bagus! Bagus!" riuh tepukan tangan hanya dari seorang Zhao Shen. "Huadan" sedang menari riang di atas teras Paviliun Ying Hua, sambil sesekali melapalkan dialog dengan suara yang biasa-biasa saja, tapi penuh ekspresi. Ming Zhu terlalu bosan untuk membaca buku atau berlatih ilmu. Jadi, di tengah hari itu, ia merias wajah dengan tepung dan pewarna makanan. Kemudian menjadikan Zhao Shen satu-satunya penonton pertunjukan. Zhao Shen selalu penasaran dengan pengalaman Ming Zhu dan caranya untuk bertahan sendiri di tempat yang asing. Dan Ming Zhu tidak kalah bersemangat untuk menjelaskan bahwa ada hal seperti "ini" di bumi. Namun, ketika Zhao Shen bertanya tentang, "Siapa yang mengajarimu?" raut muka Ming Zhu berubah. "Ada apa?" "Ah, tidak," Ming Zhu mencoba tersenyum lagi. Ia kembali menari sambil meyakinkan diri bahwa kejadian buruk di Forth Armor hanyalah mimpi. "Kakak Shim, Daiyu, semuanya… mereka akan baik-baik saja!" Ming Zhu menggunakan sedikit kekuatannya untuk menggerakan kelop
Paviliun kediaman Penasihat Istana, yang seabad kemudian disebut Paviliun Mudan, hari itu secara kebetulan Raja Zhian menemukan pemandangan agak berbeda. Yu Jian Hua berdiri di tebing awan dengan pedang Fenghuang di tangan kanan dan mata yang dibalut dengan kain putih. Ketika ada yang masuk ke sana, Yu Jian Hua menyadari itu. Tapi, karena matanya tertutup, ia tidak tahu persis siapa yang datang diam-diam ke wilayahnya. Pedang Fenghuang diacungkan sebagai bentuk kewaspadaan, dan diturunkan kembali segera setelah Yu Jian Hua melepas ikatan di matanya. Setelah kematian Mo Zhang Li, nama iblis wanita itu dan Yu Yan menjadi dua kata terlarang di Yueliang Palace. Namun, semuanya jadi omong kosong karena bunga peony yang menjadi landasan cerita kelam Yu Jian Hua masih terus tumbuh dan dijaga. Selama seabad, Yu Jian Hua rupanya menggunakan aroma itu untuk menghukum dirinya sendiri atas ketidakmengertiannya terhadap apa yang terjadi. Ia pernah sangat marah ketika Mo Zhang Li membunuh janin y
Setelah dua puluh tiga jam, salju akan turun dan menyelimuti bumi dalam beberapa hari. Berdasarkan perhitungan Raja Zhian, ini tidak akan terlalu mengejutkan bagi penghuni bumi. Musim dingin tahun ini hanya datang lebih cepat beberapa waktu. Setelah dua puluh tiga jam itu, Yu Jian Jua juga akan kehilangan sedikit demi sedikit pengaruhnya terhadap semua elemen di dunia. Zhian Yu Fei telah memulainya dari hal yang paling menyakitkan. Meski ia juga berjanji membuat proses itu tidak lebih menyakitkan dari seharusnya. Sebagai orang yang pernah memiliki kekuatan Black Finger dan menghancurkannya sendiri. Tentu perasaan mati berkali-kali tidaklah asing bagi Penasihat Istana. Keberanian itu tidak diragukan. Hanya saja, entah apakah ada orang yang sebodoh Yu Jian Hua. Benarkah "Mantra Pengikat Hati" terlalu menyakitinya hingga kehilangan daya untuk melindungi bumi dengan segenap jiwa. Kekuatan Lima Elemen, diberkahi oleh alam. Ketenangan jiwa menjadi kuncinya. Dengan kekuatan sebesar itu,
"Tuan! Biar kubantu!" Ye Luo memasangkan pakaian ke punggung Yu Jian Hua. "Penghuni bumi mengira sebentar lagi akan kiamat!" Raja Zhian menerobos masuk ke sisi kolam pemandian. Ia terhenyak sendiri dengan tampilan Yu Jian Hua. Pakaian tipis dan kulit yang basah, tidak ada yang bisa dilakukan Yu Jian Hua ketika Raja Zhian harus memalingkan wajahnya. "Aku sudah menyuruh pelayan mengambil pakaianku. Tidak akan lama." Ye Luo tertawa diam-diam sambil mengeringkan rambut Penasihat Yu dengan sapu tangan. "Aku tahu kau jatuh cinta pada Mo Zhang Li, tapi kenapa aku yang gugup melihatmu seperti ini. Kau bahkan menolak bertemu denganku dan memilih dipenjara bersamanya. Rasanya benar-benar tidak adil." "Jadi, apa menurutmu aku harus membagi cintaku?" senyum Yu Jian Hua mengembang. Ia menuangkan teh yang disediakan Ye Luo sejak tadi, mungkin sudah mulai dingin. Tapi, itu lebih baik dibanding tidak ada apa pun yang dapat mencairkan suasan