Home / Fantasi / Bright Pearl / Chapter 26: Lembah Sunyi

Share

Chapter 26: Lembah Sunyi

Author: Romaneskha
last update Last Updated: 2023-01-27 11:42:49

"Yu Yan, kau sangat harum!" Yu Jian Hua tersenyum dan menarik Yu Yan lebih dekat kepadanya.

Yu Yan yang sudah terjaga, memang tidak tahan untuk menganggu Yu Jian Hua. Sampai laki-laki itu mengigau berkali-kali dan mengatakan hal-hal yang sepertinya jujur dari hatinya. Garis mata Yu Jian Hua disentuh, ujung bibirnya juga tidak luput untuk dipermainkan.

"Berhenti melakukan itu! Kau sangat kejam!" Yu Jian Hua secara tidak sadar menghalau lengan Yu Yan.

Yu Yan tertawa tanpa suara. Seperti ulat, telunjuk Yu Yan kembali menggerayangi lekuk wajah laki-laki yang sudah tidur bersamanya malam itu. Ulat itu terpeleset ke lembah di antara mata, kemudian memanjat naik lagi ke puncak hidung, sebelum menjatuhkan diri ke atas bibir yang selalu tampak basah meski telah berwarna merah tua cenderung menghitam.

Yu Jian Hua menangkap pergelangan tangan Yu Yan. Ia bangun. Bukan terganggu karena pergerakan tangan itu, tapi karena rasa tertusuk di jantungnya. Ketika membuka mata, Yu Jian Hua harus meyaki
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Bright Pearl   Chapter 27: Iblis Kecil, Ada Apa Denganmu?

    "Yang Mulia! Penasihat Istana ..." Zhian Yu Fei bergegas ke kediaman Yu Jian Hua tanpa mempedulikan kata-kata Ye Luo. Sudah tiga hari sejak Yu Jian Hua ditemukan tidak sadarkan diri di Lembah Peony di selatan kota Sina. Kota Sina masih berada di wilayah kekuasaan Jufeng Mo. Tentu saja Yu Jian Hua, -bahkan Raja Zhian sendiri- merasa asing dengan tempat itu. Meski status politik Negeri Selatan berada di bawah pengawasan negara lain akibat perang, Raja Zhian tidak akan ceroboh untuk mengobrak-abrik wilayah-wilayah kecil di bawahnya. Manusia yang hidup di bumi selatan tidak mengerti apa-apa. Sedikit kekacauan yang dibuat oleh penghuni dimensi lain, hanya akan memporak-porandakan kehidupan mereka. Karena pertimbangan menghindari konflik dengan Jufeng Mo, pencarian Yu Jian Hua tidak difokuskan ke wilayah selatan. Khusus di wilayah ini, Raja Zhian hanya mengirim beberapa mata-mata untuk menyelidiki kemungkinan keberadaan Yu Jian Hua. Raja Zhian berpikir, kehati-hatiannyalah yang membuat Y

    Last Updated : 2023-01-31
  • Bright Pearl   Chapter 28: Keindahan Semu

    "Hmmm., setelah mendengar ceritamu... aku jadi tidak yakin..." Raja Zhian mengetuk-ngetuk dagunya dengan ujung jari telunjuk sebelum meneruskan kata-katanya. Tentu saja Yu Jian Hua penasaran tentang apa yang membuat Yang Mulia tidak yakin. Namun, enggan bertanya. "Dia tiba-tiba menghilang. Mungkin dia perempuan yang jelek, jadi dia tidak mau kau melihat dirinya. Dia malu, lalu melarikan diri!" Raja Zhian tertawa setelah mengatakan itu. "Yang Mulia!" tegur Yu Jian Hua. Yu Jian Hua seharusnya paham Rajanya itu suka bercanda. Tapi, bukan kali ini saja Yu Jian Hua meminta Raja Zhian untuk bisa menempatkan diri. "Atau mungkin dia adalah hantu rendahan. Sadar akan derajadmu yang tinggi, dia merasa tidak pantas dan menyerah lebih dulu. Jenis hantu seperti ini, pernah kutemui beberapa kali. Hantu baik dengan perasaannya yang tulus. Lemah, tapi jiwanya tidak mudah untuk dihancurkan. Dan dia...," ada jeda sejenak, "mungkin juga hantu yang jelek. Dia malu, lalu melarikan diri!" sekali lagi

    Last Updated : 2023-02-08
  • Bright Pearl   Chapter 29: Manusia Belia

    Di kota Sina, wajah Yu Jian Hua semakin dikenal. Semua orang tahu laki-laki itu tinggal di Lembah Peony. Setiap pagi, dengan pakaian lusuhnya, ia naik ke kota dan menanyai semua orang yang ia jumpai. "Apa kau mengenal tabib yang tinggal di Lembah Peony, dia punya cucu perempuan. Cucu perempuannya itu, apa kau pernah melihat dia?"Dan jawaban yang didapat Yu Jian Hua,"Aku memang pernah mendengar tentang tabib itu, dia telah meninggal beberapa tahun lalu. Tapi, aku tidak pernah mendengar dia punya cucu. Setahuku, dia tinggal sendirian di Lembah Peony."Ribuan kali Yu Jian Hua mendengar jawaban seperti itu, ribuan kali merasa kecewa. Tapi, tetap belum ingin menyerah."Baik. Terima kasih," katanya lesu. Yu Jian Hua biasanya akan melangkah lagi dan berhenti pada orang yang ia temui berikutnya. Lalu,menanyakan pertanyaan yang sama.Namun, sebelum itu terjadi. Seseorang yang baru saja ditanyai olehnya bersuara, "Tuan! Tidakkah kau ingat sebelumnya kau juga menanyakan hal yang sama, mungkin s

    Last Updated : 2023-02-10
  • Bright Pearl   Chapter 30: Orang-orangan Salju

    Sebilah pedang dililit dengan kain, diikat dan digantung di punggung. Bukan Pedang Fenghuang, hanya pedang biasa yang tidak sengaja ditemukan Yu Jian Hua di jalan, bersama mayat-mayat berserakan.Memang terlalu merepotkan mengurusi perihal manusia. Berpikir apa yang layak dan tidak layak, ia dibuat berdecak berkali-kali. Haruskah menguburkan mereka atau dibiarkan saja? Di dunia ini, banyak yang mendapatkan penghormatan sampai akhir. Tapi, banyak juga yang tidak seberuntung itu. Mereka yang tenggelam di lautan, hilang di hutan dan korban perang di perbatasan, jasad mereka terurai begitu saja. Seharusnya, ketika mati, urusan mereka selesai. Malaikat maut telah datang, tapi di mata Yu Jian Hua, tidak pernah jelas yang mereka lakukan. Mereka membawa sebagian ruh, dan meninggalkan yang lainnya untuk menjadi bagian dari dimensi lain. Kadang, Yu Jian Hua berpikir mungkin begitu lebih baik. Jiwa yang tidak tenang, datang kembali untuk menuntut balas. Utang yang belum lunas, tentu harus dibaya

    Last Updated : 2023-02-22
  • Bright Pearl   Chapter 31: Nona Goa Teratai, Sang Iblis Penakluk

    "Siapa itu?" satu nada dipetik dari ghuzeng, membentuk gelombang suara serupa pisau yang dipahat dari es dan melayang akurat ke satu titik. Yu Jian Hua memiringkan bahu, di waktu bersamaan ia merentangkan tangan sampai Ye Luo terdorong ke belakang. Mereka selamat dari serangan yang tiba-tiba itu. Gelombang suara kemudian membentur batang pohon ceri. Pohon ceri bergetar dan semakin banyak kelopak bunga ceri yang jatuh. Yu Jian Hua tidak bisa lagi tidak menunjukkan dirinya. Dan tentu saja Wang Mo Ryu menunggunya untuk memperkenalkan diri. Membaca ekspresi Wang Mo Ryu saat itu, sepertinya Wang Mo Ryu tidak dalam suasana hati yang baik. Sejak Yu Jian Hua keluar dari persembunyian, Wang Mo Ryu memaku dirinya dalam sorot mata yang mengerikan. Wang Mo Ryu ada di gazebo di tengah danau, sementara Yu Jian berdiri di ujung jembatan penghubung yang membelah danau. "Aku cukup terkejut! Caramu sungguh halus sampai aku tidak menyadarinya. Katakan! Menghadapi penyusup seperti kalian... aku harus

    Last Updated : 2023-03-10
  • Bright Pearl   Chapter 32: Teratai Api

    "Tuan! Jangan begini! Wang Mo Ryu menyuruh kita menunggu sampai pagi. Dia akan menunjukkan jalannya untuk kita. Jika kau nekat pergi sekarang, kita mungkin tersesat. Siapa yang akan menolong kita kalau begitu?" Dengan tangan bergetar, Ye Luo terpaksa memegangi sedikit jubah Yu Jian Hua.Yu Jian Hua memang tidak mengizinkan Ye Luo berpegangan kepadanya. Itu membuatnya risih. Ia mendengus berkali-kali karena polah tingkah Ye Luo. Makhluk dimensi lain, bagaimana mungkin sepenakut itu? Memang, di bumi, siapa yang mampu membunuhnya."Penasihat Yu!" rengek Ye Luo lagi. Sejak awal berada di antara pohon raksasa, ia dibuat bergidik dengan suara-suara memilukan. Tidak jelas apa dan dari mana asalnya. Kadang terdengar seperti auman, dan kadang terdengar dari seseorang yang sedang disiksa. Samar-samar juga terdengar gelak tawa kemarahan. Lalu, Ye Luo dibuat hampir melompat ketika tiba-tiba saja ada yang berbisik di telinganya. Ye Luo segera mencengkram lengan Yu Jian Hua. Tidak ada siapa-siapa

    Last Updated : 2023-04-13
  • Bright Pearl   Chapter 33: Sebuah Rahasia

    Wang Mo Ryu masih belum beranjak. Setelah mengamati Yu Jian Hua yang berjalan semakin jauh, Wang Mo Ryu melirik ke Mo Zhang Li. Tidak mengerti harus berdiri di pihak mana. Dia memang tidak terlalu akrab dengan Yu Jian Hua, tapi laki-laki itu benar-benar butuh pertolongan. Lagi pula, jika orang yang dicari Yu Jian Hua tidak juga ditemukan, Raja Zhian akan terus merecoki Wang Mo Ryu dan memaksanya masuk ke Yueliang Palace. Tapi, yang sebenarnya lebih ia benci adalah Ye Luo. Orang itu tiba-tiba datang dengan suara gedebuk di teras kamarnya."Tuan! Tolong! Penasihat Yu berjalan sendirian masuk ke hutan!" katanya panik, tapi tidak punya daya untuk bangkit. Ketika dibantu berdiri, jalannya terlihat aneh dan kadang melompat seperti mayat hidup. "Akhh, mantra yang konyol!" sebut Wang Mo Ryu dalam hati."Hanya karena itu, kau menggangguku di tengah malam?" Wang Mo Ryu bertanya sinis.Ye Luo tertunduk, "Maafkan aku!"Wang Mo Ryu mendesis. Pada akhirnya, ia benci dengan perasaan iba dan marah

    Last Updated : 2023-04-14
  • Bright Pearl   Chapter 34: Kunjungan Tiba-tiba

    Air kaldu dituang ke atas gulungan mie di dalam mangkuk keramik. Ditambah potongan daging cincang dan bawang goreng. Bersama beberapa osengan lain, makanan itu disajikan."Pesanan meja no dua...siap!" si tukang masak berteriak."Ya!" pramusaji mendatangi Yu Jian Hua yang masih asyik menggoyangkan wajan."Di sana!" tunjuk Yu Jian Hua sebelum ditanya. Ia melirik ke nampan yang berisi makanan dan siap diantar."Oh, iya!"Siang itu akan menjadi sangat sibuk. Musim dingin sudah berakhir. Bunga musim semi yang mekar membuat orang-orang bersemangat untuk menghabiskan waktu di luar. Sudah dua jam Yu Jian Hua berdiri di depan tungku api dan wajannya. Catatan pesanan, dari pelanggan di rumah makan tempatnya bekerja, terus datang dan hanya memberinya waktu untuk menenggak beberapa gelas minuman dari buah anggur yang difermentasi sendiri olehnya."Akhh! Hampir lupa!" pramusaji berbalik lagi. "Jian Hua! Di luar ada perempuan bisu! Aku menyuruhnya menunggu di meja tiga! Kau akan menemuinya, 'kan? A

    Last Updated : 2023-04-15

Latest chapter

  • Bright Pearl   Chapter 49: Cahaya Biru Kunang-Kunang

    Keesokan harinya, hanya sedikit cahaya terang yang mampu menembus Danau Aegel Gustave Savery. Yang berarti siang mungkin tidak akan terlihat di tempat itu. Yu Jian Hua lebih dulu berdiri di tengah dermaga. Tatapannya datar pada air yang terlihat tenang, tapi telah berubah menjadi hitam. Dalam satu abad terakhir, dalam pandangan di dua alam, Yu Jian Hua telah berjasa. Dengan tangannya sendiri ia berhasil menyegel Jufeng Mo dan memusnahkan Mo Zhang Li. Tapi, di dalam dirinya sendiri, kebimbangannya tidaklah hilang. Pikiran yang kadang egois, membuatnya merasa bersalah. Menyegel Jufeng Mo, Yu Jian Hua tahu sendiri itu hanya langkah sementara. Sudah seharusnya ia mengeluarkan lebih banyak kekuatan untuk membunuh Jufeng Mo.Sekarang, Yu Jian Hua benar-benar ragu akan sampai kapan rantai pemusnah diri akan bertahan. Yu Jian Hua sadar, dirinya tidaklah sekuat Jufeng Mo. Terlebih ketika ia memutuskan untuk menghilangkan kekuatan Black Finger dari dalam dirinya. Di tahun itu, jika bukan karen

  • Bright Pearl   Chapter 48: Lantai yang Berderit

    Lantai menderit sejak ia memasuki kediaman pribadi Laoshi-nya. Telinga Ming Zhu menegang dan dia melangkah lebih hati-hati setelahnya. Ming Zhu berpikir, lagkahnya jelas akan lebih ringan jika ia berubah wujud.“Tidak apa-apa! Lantai ini memang sudah sangat tua. Aku tahu telingamu sangat sensitif, tapi kamu hanya perlu membiasakan diri.”Ming Zhu tertegun karena Laoshi seolah tahu apa yang dia pikirkan.“Aku hanya takut Laoshi terganggu juga!”“Tidak. Sama sekali tidak. Kupikir malah kamu yang khawatir? Tidak bisa mengendap-endap, keluar masuk seenaknya seperti di Paviliun Ying Hua?”Segera Ming Zhu menggelengkan kepala. “Aku mana pernah begitu,” katanya berbohong. Faktanya, Ming Zhu memang suka menyelinap masuk tanpa izin, terutama ketika Wang Mo Ryu tidak sengaja terlelap di ruang baca. Hanya Ming Zhu yang terlalu bodoh mengira Wang Mo Ryu tidak tahu apa-apa.“Sebenarnya aku tidak keberatan. Tapi, segalanya akan berbeda setelah kamu tinggal di sini!” Wang Mo Ryu mendorong pintu kam

  • Bright Pearl   Chapter 47: Dunia Baru

    “Laoshi! Akan seperti apa tempat yang akan kita datangi?”Wang Mo Ryu diam saja. Cahaya terang perlahan tertelan oleh kabut misterius. Mereka meyebutnya lorong dimensi. Sebagian lagi mengistilahkannya sebagai lorong neraka. Jiwa-jiwa yang terjebak ketidakpastian, dan penantian panjang, tentang kapan penderitaan mereka akan berakhir. Tempat mereka berpijak bukan lagi rumput dan ranting yang rapuh, tapi patahan tulang dan genangan darah yang semu. Di tiga langkah pertama, Ming Zhu sudah dibuat sakit kepala. Ia memegangi kepalanya sendiri. Wang Mo Ryu merasa itu hal wajar. Energi di lorong dimensi sungguh kacau dan akan dengan mudah mempengaruhi makhluk yang baru belajar seperti Ming Zhu. Jika dibiarkan Ming Zhu mungkin akan berubah gelisah hingga pingsan, selanjutnya ia akan terjebak dalam mimpi buruk para penghuni lorong dimensi.Wang Mo Ryu melingkarkan tangannya ke punggung Ming Zhu, memastikan peliharannya tetap bisa berdiri dan tidak kehilangan seluruh kesadaran. Pendar-pendar hita

  • Bright Pearl   Chapter 46: Retakan Masa Lalu

    Yu Jian Hua sudah memikirkannya. Ia pernah merawat seekor burung yang terluka. Setelah sembuh, burung itu dilepaskan kembali ke alam. Bebas, untuk menemukan takdirnya sendiri. Lalu, apa bedanya dengan serigala kecil. "Apa aku akan tega merantaimu hingga selama ini?"Yu Jian Hua tersenyum getir. Agak menyedihkan ketika berpikir, "Aku memang bukan rumah baginya." "Tuan, Yu! Akhirnya saya menemukan Anda!" Ye Luo memberi hormat. Bukan Yu Jian Hua yang dibuat berpaling ketika itu, Sang Iblis Perempuan terperangah dengan sosok di belakangnya, "Sejak kapan…,"gagapnya. Sudah cukup lama sebenarnya, Yu Jian Hua berdiri sambil meratapi Mo Zhang Li dari jarak tiga meter di belakang. Mo Zhang Li yang terpejam, dengan kepala bersandar di tiang di tepi Tebing Awan, Yu Jian Hua enggan mengusiknya. "Sebentar lagi! Sampaikan kepada Yang Mulia aku akan segera menemuinya!" perintah Yu Jian Hua kepada Ye Luo. Ye Luo mohon diri setelah menerima perintah itu. "Kukira Tuan tidak akan mau menemui makhluk

  • Bright Pearl   Chapter 45: Laoshi! Apa pun yang Kau Katakan

    Ketika nada pertama diperdengarkan, dari senar yang bergetar, seperti terhipnotis, serigala putih berdiri dan menjatuhkan kepalanya di pangkuan Wang Mo Ryu. Ming Zhu mana tahu ia telah tidur selama lima jam dan sudah hampir senja saat itu. Yang ia tahu ia masih sangat mengantuk dan pangkuan gurunya adalah tempat ternyaman yang bisa ia dapatkan. Kali ini bukan guzheng, tapi gu qin. Suaranya terdengar dalam dan seperti diliputi kekhawatiran. Ming Zhu mungkin tidak pernah tahu, semua nada itu berasal dari bumi. Para manusia sudah lebih dulu memainkannya. Raja Zhian bilang,"Manusia itu banyak pengalaman dan mereka kaya akan perasaan," wajar ketika yang tercipta dari pikiran mereka adalah hal luar biasa seperti yang Wang Mo Ryu mainkan sekarang. Dua hari lagi dia harus kembali ke bumi untuk melanjutkan penyelidikan. Dan sekarang, Wang Mo Ryu berada di posisi sedang mempertimbangkan apakah Ming Zhu akan ikut dengannya atau tetap tinggal di Paviliun Ying Hua. "Tetap saja aku merasa khawat

  • Bright Pearl   Chapter 44: Terjatuh di Atas Adonan Roti

    "Bagus! Bagus!" riuh tepukan tangan hanya dari seorang Zhao Shen. "Huadan" sedang menari riang di atas teras Paviliun Ying Hua, sambil sesekali melapalkan dialog dengan suara yang biasa-biasa saja, tapi penuh ekspresi. Ming Zhu terlalu bosan untuk membaca buku atau berlatih ilmu. Jadi, di tengah hari itu, ia merias wajah dengan tepung dan pewarna makanan. Kemudian menjadikan Zhao Shen satu-satunya penonton pertunjukan. Zhao Shen selalu penasaran dengan pengalaman Ming Zhu dan caranya untuk bertahan sendiri di tempat yang asing. Dan Ming Zhu tidak kalah bersemangat untuk menjelaskan bahwa ada hal seperti "ini" di bumi. Namun, ketika Zhao Shen bertanya tentang, "Siapa yang mengajarimu?" raut muka Ming Zhu berubah. "Ada apa?" "Ah, tidak," Ming Zhu mencoba tersenyum lagi. Ia kembali menari sambil meyakinkan diri bahwa kejadian buruk di Forth Armor hanyalah mimpi. "Kakak Shim, Daiyu, semuanya… mereka akan baik-baik saja!" Ming Zhu menggunakan sedikit kekuatannya untuk menggerakan kelop

  • Bright Pearl   Chapter 43: Dia yang Tidak Pernah Dibenci

    Paviliun kediaman Penasihat Istana, yang seabad kemudian disebut Paviliun Mudan, hari itu secara kebetulan Raja Zhian menemukan pemandangan agak berbeda. Yu Jian Hua berdiri di tebing awan dengan pedang Fenghuang di tangan kanan dan mata yang dibalut dengan kain putih. Ketika ada yang masuk ke sana, Yu Jian Hua menyadari itu. Tapi, karena matanya tertutup, ia tidak tahu persis siapa yang datang diam-diam ke wilayahnya. Pedang Fenghuang diacungkan sebagai bentuk kewaspadaan, dan diturunkan kembali segera setelah Yu Jian Hua melepas ikatan di matanya. Setelah kematian Mo Zhang Li, nama iblis wanita itu dan Yu Yan menjadi dua kata terlarang di Yueliang Palace. Namun, semuanya jadi omong kosong karena bunga peony yang menjadi landasan cerita kelam Yu Jian Hua masih terus tumbuh dan dijaga. Selama seabad, Yu Jian Hua rupanya menggunakan aroma itu untuk menghukum dirinya sendiri atas ketidakmengertiannya terhadap apa yang terjadi. Ia pernah sangat marah ketika Mo Zhang Li membunuh janin y

  • Bright Pearl   Chapter 42: Kekuatan Lima Elemen

    Setelah dua puluh tiga jam, salju akan turun dan menyelimuti bumi dalam beberapa hari. Berdasarkan perhitungan Raja Zhian, ini tidak akan terlalu mengejutkan bagi penghuni bumi. Musim dingin tahun ini hanya datang lebih cepat beberapa waktu. Setelah dua puluh tiga jam itu, Yu Jian Jua juga akan kehilangan sedikit demi sedikit pengaruhnya terhadap semua elemen di dunia. Zhian Yu Fei telah memulainya dari hal yang paling menyakitkan. Meski ia juga berjanji membuat proses itu tidak lebih menyakitkan dari seharusnya. Sebagai orang yang pernah memiliki kekuatan Black Finger dan menghancurkannya sendiri. Tentu perasaan mati berkali-kali tidaklah asing bagi Penasihat Istana. Keberanian itu tidak diragukan. Hanya saja, entah apakah ada orang yang sebodoh Yu Jian Hua. Benarkah "Mantra Pengikat Hati" terlalu menyakitinya hingga kehilangan daya untuk melindungi bumi dengan segenap jiwa. Kekuatan Lima Elemen, diberkahi oleh alam. Ketenangan jiwa menjadi kuncinya. Dengan kekuatan sebesar itu,

  • Bright Pearl   Chapter 41: Hukuman Untukku

    "Tuan! Biar kubantu!" Ye Luo memasangkan pakaian ke punggung Yu Jian Hua. "Penghuni bumi mengira sebentar lagi akan kiamat!" Raja Zhian menerobos masuk ke sisi kolam pemandian. Ia terhenyak sendiri dengan tampilan Yu Jian Hua. Pakaian tipis dan kulit yang basah, tidak ada yang bisa dilakukan Yu Jian Hua ketika Raja Zhian harus memalingkan wajahnya. "Aku sudah menyuruh pelayan mengambil pakaianku. Tidak akan lama." Ye Luo tertawa diam-diam sambil mengeringkan rambut Penasihat Yu dengan sapu tangan. "Aku tahu kau jatuh cinta pada Mo Zhang Li, tapi kenapa aku yang gugup melihatmu seperti ini. Kau bahkan menolak bertemu denganku dan memilih dipenjara bersamanya. Rasanya benar-benar tidak adil." "Jadi, apa menurutmu aku harus membagi cintaku?" senyum Yu Jian Hua mengembang. Ia menuangkan teh yang disediakan Ye Luo sejak tadi, mungkin sudah mulai dingin. Tapi, itu lebih baik dibanding tidak ada apa pun yang dapat mencairkan suasan

DMCA.com Protection Status