Benih sayuran disemai, kemudian ditanam di pekarangan. Begitulah rutinitas baru Yu Jian Hua setiap pagi. Sejak kaki Yu Yan terluka, Yu Jian Hua tidak mengizinkan perempuan itu pergi ke hutan.Setelah tanaman bertunas, hanya sekali Yu Jian Hua menyirami mereka. Tanaman-tanaman itu akan lebih banyak menerima kekuatan dari Yu Jian Hua kemudian. Hingga pagi keesokan harinya, tanaman itu sudah bisa dipanen.Yu Yan akan bertanya, [Kenapa bisa begitu?]Lalu, dengan senyum yang terkesan misterius, Yu Jian Hua membiarkan pertanyaan itu tanpa jawaban. Yu Yan tidak boleh tahu bahwa ia bersama dengan makhluk bukan sebangsa manusia.Yu Yan berjalan ke arah Yu Jian Hua dengan terpincang-pincang. Setengahnya mungkin merasa heran dengan langkah Yu Jian Hua yang begitu leluasa. Padahal dia buta. Insting Yu Jian Hua memang sudah terasah. Dari tempatnya berdiri, di pintu masuk gubug mereka, dia sudah tahu berapa langkah untuk sampai ke tempat tidur. Berapa langkah untuk sampai ke meja makan dan berapa
[Kakek meninggalkan beberapa gelang giok untukku. Kita akan ke kota. Aku akan menjual gelang-gelang ini. Kemudian mencari orang yang mau menikahkan kita. Bagaimana menurut, Tuan?] Yu Jian Hua tersenyum. Di dalam hati merasa buruk karena tidak bisa memberikan apa-apa sebagai hadiah pernikahan. "Simpan saja peninggalan kakek! Kau bisa menjual ini!" Yu Jian Hua menarik sesuatu yang tertancap di rambutnya hingga rambutnya terurai. Tusuk rambut yang terbuat dari Giok Biru Fenghuang. Giok Biru Fenghuang bukan benda langka di Yueliang Palace, tapi itu tetap saja benda pusaka. Di dunia manusia, giok akan tetap memiliki nilai. Meski manfaat sebenarnya akan jauh lebih besar. Manusia yang memakai benda itu, akan terhindar dari roh-roh pengganggu. Jika yang menggunakan giok itu adalah penghuni dimensi lain, mereka akan mendapat berkat perlindungan langsung dari Yu Jian Hua. Dan di sinilah mereka berada. Di sebuah altar pernikahan. Tidak terdengar ada orang lain lagi, kecuali orang yang memimpi
"Yu Yan, kau sangat harum!" Yu Jian Hua tersenyum dan menarik Yu Yan lebih dekat kepadanya. Yu Yan yang sudah terjaga, memang tidak tahan untuk menganggu Yu Jian Hua. Sampai laki-laki itu mengigau berkali-kali dan mengatakan hal-hal yang sepertinya jujur dari hatinya. Garis mata Yu Jian Hua disentuh, ujung bibirnya juga tidak luput untuk dipermainkan. "Berhenti melakukan itu! Kau sangat kejam!" Yu Jian Hua secara tidak sadar menghalau lengan Yu Yan. Yu Yan tertawa tanpa suara. Seperti ulat, telunjuk Yu Yan kembali menggerayangi lekuk wajah laki-laki yang sudah tidur bersamanya malam itu. Ulat itu terpeleset ke lembah di antara mata, kemudian memanjat naik lagi ke puncak hidung, sebelum menjatuhkan diri ke atas bibir yang selalu tampak basah meski telah berwarna merah tua cenderung menghitam. Yu Jian Hua menangkap pergelangan tangan Yu Yan. Ia bangun. Bukan terganggu karena pergerakan tangan itu, tapi karena rasa tertusuk di jantungnya. Ketika membuka mata, Yu Jian Hua harus meyaki
"Yang Mulia! Penasihat Istana ..." Zhian Yu Fei bergegas ke kediaman Yu Jian Hua tanpa mempedulikan kata-kata Ye Luo. Sudah tiga hari sejak Yu Jian Hua ditemukan tidak sadarkan diri di Lembah Peony di selatan kota Sina. Kota Sina masih berada di wilayah kekuasaan Jufeng Mo. Tentu saja Yu Jian Hua, -bahkan Raja Zhian sendiri- merasa asing dengan tempat itu. Meski status politik Negeri Selatan berada di bawah pengawasan negara lain akibat perang, Raja Zhian tidak akan ceroboh untuk mengobrak-abrik wilayah-wilayah kecil di bawahnya. Manusia yang hidup di bumi selatan tidak mengerti apa-apa. Sedikit kekacauan yang dibuat oleh penghuni dimensi lain, hanya akan memporak-porandakan kehidupan mereka. Karena pertimbangan menghindari konflik dengan Jufeng Mo, pencarian Yu Jian Hua tidak difokuskan ke wilayah selatan. Khusus di wilayah ini, Raja Zhian hanya mengirim beberapa mata-mata untuk menyelidiki kemungkinan keberadaan Yu Jian Hua. Raja Zhian berpikir, kehati-hatiannyalah yang membuat Y
"Hmmm., setelah mendengar ceritamu... aku jadi tidak yakin..." Raja Zhian mengetuk-ngetuk dagunya dengan ujung jari telunjuk sebelum meneruskan kata-katanya. Tentu saja Yu Jian Hua penasaran tentang apa yang membuat Yang Mulia tidak yakin. Namun, enggan bertanya. "Dia tiba-tiba menghilang. Mungkin dia perempuan yang jelek, jadi dia tidak mau kau melihat dirinya. Dia malu, lalu melarikan diri!" Raja Zhian tertawa setelah mengatakan itu. "Yang Mulia!" tegur Yu Jian Hua. Yu Jian Hua seharusnya paham Rajanya itu suka bercanda. Tapi, bukan kali ini saja Yu Jian Hua meminta Raja Zhian untuk bisa menempatkan diri. "Atau mungkin dia adalah hantu rendahan. Sadar akan derajadmu yang tinggi, dia merasa tidak pantas dan menyerah lebih dulu. Jenis hantu seperti ini, pernah kutemui beberapa kali. Hantu baik dengan perasaannya yang tulus. Lemah, tapi jiwanya tidak mudah untuk dihancurkan. Dan dia...," ada jeda sejenak, "mungkin juga hantu yang jelek. Dia malu, lalu melarikan diri!" sekali lagi
Di kota Sina, wajah Yu Jian Hua semakin dikenal. Semua orang tahu laki-laki itu tinggal di Lembah Peony. Setiap pagi, dengan pakaian lusuhnya, ia naik ke kota dan menanyai semua orang yang ia jumpai. "Apa kau mengenal tabib yang tinggal di Lembah Peony, dia punya cucu perempuan. Cucu perempuannya itu, apa kau pernah melihat dia?"Dan jawaban yang didapat Yu Jian Hua,"Aku memang pernah mendengar tentang tabib itu, dia telah meninggal beberapa tahun lalu. Tapi, aku tidak pernah mendengar dia punya cucu. Setahuku, dia tinggal sendirian di Lembah Peony."Ribuan kali Yu Jian Hua mendengar jawaban seperti itu, ribuan kali merasa kecewa. Tapi, tetap belum ingin menyerah."Baik. Terima kasih," katanya lesu. Yu Jian Hua biasanya akan melangkah lagi dan berhenti pada orang yang ia temui berikutnya. Lalu,menanyakan pertanyaan yang sama.Namun, sebelum itu terjadi. Seseorang yang baru saja ditanyai olehnya bersuara, "Tuan! Tidakkah kau ingat sebelumnya kau juga menanyakan hal yang sama, mungkin s
Sebilah pedang dililit dengan kain, diikat dan digantung di punggung. Bukan Pedang Fenghuang, hanya pedang biasa yang tidak sengaja ditemukan Yu Jian Hua di jalan, bersama mayat-mayat berserakan.Memang terlalu merepotkan mengurusi perihal manusia. Berpikir apa yang layak dan tidak layak, ia dibuat berdecak berkali-kali. Haruskah menguburkan mereka atau dibiarkan saja? Di dunia ini, banyak yang mendapatkan penghormatan sampai akhir. Tapi, banyak juga yang tidak seberuntung itu. Mereka yang tenggelam di lautan, hilang di hutan dan korban perang di perbatasan, jasad mereka terurai begitu saja. Seharusnya, ketika mati, urusan mereka selesai. Malaikat maut telah datang, tapi di mata Yu Jian Hua, tidak pernah jelas yang mereka lakukan. Mereka membawa sebagian ruh, dan meninggalkan yang lainnya untuk menjadi bagian dari dimensi lain. Kadang, Yu Jian Hua berpikir mungkin begitu lebih baik. Jiwa yang tidak tenang, datang kembali untuk menuntut balas. Utang yang belum lunas, tentu harus dibaya
"Siapa itu?" satu nada dipetik dari ghuzeng, membentuk gelombang suara serupa pisau yang dipahat dari es dan melayang akurat ke satu titik. Yu Jian Hua memiringkan bahu, di waktu bersamaan ia merentangkan tangan sampai Ye Luo terdorong ke belakang. Mereka selamat dari serangan yang tiba-tiba itu. Gelombang suara kemudian membentur batang pohon ceri. Pohon ceri bergetar dan semakin banyak kelopak bunga ceri yang jatuh. Yu Jian Hua tidak bisa lagi tidak menunjukkan dirinya. Dan tentu saja Wang Mo Ryu menunggunya untuk memperkenalkan diri. Membaca ekspresi Wang Mo Ryu saat itu, sepertinya Wang Mo Ryu tidak dalam suasana hati yang baik. Sejak Yu Jian Hua keluar dari persembunyian, Wang Mo Ryu memaku dirinya dalam sorot mata yang mengerikan. Wang Mo Ryu ada di gazebo di tengah danau, sementara Yu Jian berdiri di ujung jembatan penghubung yang membelah danau. "Aku cukup terkejut! Caramu sungguh halus sampai aku tidak menyadarinya. Katakan! Menghadapi penyusup seperti kalian... aku harus