Abis ini FLASHBACK cerita Yu Jian Hua sama mantan istrinya ya! Thanks udah mampir di halamanku!
Roh Yu Jian Hua seolah kembali hingga ia bisa merasakan sakit di setiap inchi tubuhnya. Ngilu itu sampai ke pangkal lengan ketika jari telunjuk digerakkan. Namun, Yu Jian Hua tetap memaksakan diri. Laki-laki itu bahkan berusaha bangkit dan gagal berkali-kali. Seperti tertindih batu ribuan ton, tidak ada kesempatan untuk Yu Jian Hua bisa bergerak dengan kekuatan seperti itu. Lagi pula, tempat itu terlalu gelap. Ia sempat berpikir mungkin tempat itu adalah jurang yang tidak terjamah di bumi. Aroma akar kering dan tanah membuatnya yakin. Begitu senyap dengan rasa dingin yang menusuk hingga ke tulang. Ujung jarinya meraba kasar setiap hal, hingga pikirannya pun dipenuhi bayangan tentang betapa buruk dan tidak nyaman tinggal di tempat itu. Tapi, tentu lebih aman, karena tidak ada energi makhluk dimensi lain yang dirasakan. Jika hanya binatang dan serangga beracun tidak akan bisa membunuh Yu Jian Hua begitu saja. Sampai ketika Yu Jian Hua teringat tentang matanya yang terluka. Ia mulai gu
Tongkat diayun. Serupa tarian yang menyibak daun-daun kering. Indah namun berbahaya jika didekati. Setelah berpuluh-puluh hari hanya berkultivasi di atas tempat tidur, sekarang Yu Jian Hua berani menantang alam. Ia belajar mengenali setiap hal yang ia pijak. Belajar percaya dengan apa yang ia dengar dan belajar mengakrabkan diri dengan cara menyentuh. Tongkat di tangannya, nantinya tidak hanya untuk berlatih, tapi juga untuk melangkah. Tidak buta sejak lahir, seharusnya cukup untuk Yu Jian Hua bersyukur. Hanya dengan sedikit sentuhan di ujung tongkat, ia sudah tahu benda apa itu. Penciumannya juga lebih sensitif. Ia tahu Yu Yan datang, tidak hanya dari derap langkah perempuan itu, tapi dari aroma peony yang tercium semakin pekat. Namun, Yu Jian Hua sempat salah perhitungan. Ketika tongkat masih bergerak, kekuatan yang memancar tidaklah kecil. Yu Yan akan terpental ke belakang dan itulah yang Yu Jian Hua rasakan. Apa yang ia bayangkan tidak meleset. Ia bergegas menangkap tubuh Yu Yan
Terlalu sulit untuk mengerti apa yang terjadi. Yu Jian Hua memilih bertahan, menetapi janji yang ia buat dengan Yu Yan. Tidak tahu akan sampai kapan. Cahaya sedikit menyentuh sudut matanya, pertanda malam telah berlalu. Kemudian, derap langkah yang gelisah dan tidak tentu arah mulai terdengar. Yu Jian Hua bergeming. Orang yang datang, mungkin Yu Yan. Atau orang lain yang akan membahayakan nyawanya. Yu Jian Hua memilih tidak peduli. Hatinya terlanjur merasa takut untuk berharap. Ketika derap langkah mendekat, Yu Jian Hua tetap tidak bereaksi. Tapi, tidak ada pilihan ketika seseorang menyentuh sekali lagi jemarinya. Yu Jian Hua terpaksa menyentakkan tangan dan berdiri. Ia memukulkan ujung tongkat ke tanah dan berusaha melarikan diri. Sentuhan itu, tentu saja Yu Jian Hua kenal. Yu Yan sekali lagi menangkap lengan Yu Jian Hua sambil berusaha menuliskan sesuatu, [Maafkan...] Segera Yu Jian Hua menarik lagi tangannya. Bagi Yu Jian Hua, penjelasan apa pun tidak berguna. Tidak. Yu Jian Hu
Benih sayuran disemai, kemudian ditanam di pekarangan. Begitulah rutinitas baru Yu Jian Hua setiap pagi. Sejak kaki Yu Yan terluka, Yu Jian Hua tidak mengizinkan perempuan itu pergi ke hutan.Setelah tanaman bertunas, hanya sekali Yu Jian Hua menyirami mereka. Tanaman-tanaman itu akan lebih banyak menerima kekuatan dari Yu Jian Hua kemudian. Hingga pagi keesokan harinya, tanaman itu sudah bisa dipanen.Yu Yan akan bertanya, [Kenapa bisa begitu?]Lalu, dengan senyum yang terkesan misterius, Yu Jian Hua membiarkan pertanyaan itu tanpa jawaban. Yu Yan tidak boleh tahu bahwa ia bersama dengan makhluk bukan sebangsa manusia.Yu Yan berjalan ke arah Yu Jian Hua dengan terpincang-pincang. Setengahnya mungkin merasa heran dengan langkah Yu Jian Hua yang begitu leluasa. Padahal dia buta. Insting Yu Jian Hua memang sudah terasah. Dari tempatnya berdiri, di pintu masuk gubug mereka, dia sudah tahu berapa langkah untuk sampai ke tempat tidur. Berapa langkah untuk sampai ke meja makan dan berapa
[Kakek meninggalkan beberapa gelang giok untukku. Kita akan ke kota. Aku akan menjual gelang-gelang ini. Kemudian mencari orang yang mau menikahkan kita. Bagaimana menurut, Tuan?] Yu Jian Hua tersenyum. Di dalam hati merasa buruk karena tidak bisa memberikan apa-apa sebagai hadiah pernikahan. "Simpan saja peninggalan kakek! Kau bisa menjual ini!" Yu Jian Hua menarik sesuatu yang tertancap di rambutnya hingga rambutnya terurai. Tusuk rambut yang terbuat dari Giok Biru Fenghuang. Giok Biru Fenghuang bukan benda langka di Yueliang Palace, tapi itu tetap saja benda pusaka. Di dunia manusia, giok akan tetap memiliki nilai. Meski manfaat sebenarnya akan jauh lebih besar. Manusia yang memakai benda itu, akan terhindar dari roh-roh pengganggu. Jika yang menggunakan giok itu adalah penghuni dimensi lain, mereka akan mendapat berkat perlindungan langsung dari Yu Jian Hua. Dan di sinilah mereka berada. Di sebuah altar pernikahan. Tidak terdengar ada orang lain lagi, kecuali orang yang memimpi
"Yu Yan, kau sangat harum!" Yu Jian Hua tersenyum dan menarik Yu Yan lebih dekat kepadanya. Yu Yan yang sudah terjaga, memang tidak tahan untuk menganggu Yu Jian Hua. Sampai laki-laki itu mengigau berkali-kali dan mengatakan hal-hal yang sepertinya jujur dari hatinya. Garis mata Yu Jian Hua disentuh, ujung bibirnya juga tidak luput untuk dipermainkan. "Berhenti melakukan itu! Kau sangat kejam!" Yu Jian Hua secara tidak sadar menghalau lengan Yu Yan. Yu Yan tertawa tanpa suara. Seperti ulat, telunjuk Yu Yan kembali menggerayangi lekuk wajah laki-laki yang sudah tidur bersamanya malam itu. Ulat itu terpeleset ke lembah di antara mata, kemudian memanjat naik lagi ke puncak hidung, sebelum menjatuhkan diri ke atas bibir yang selalu tampak basah meski telah berwarna merah tua cenderung menghitam. Yu Jian Hua menangkap pergelangan tangan Yu Yan. Ia bangun. Bukan terganggu karena pergerakan tangan itu, tapi karena rasa tertusuk di jantungnya. Ketika membuka mata, Yu Jian Hua harus meyaki
"Yang Mulia! Penasihat Istana ..." Zhian Yu Fei bergegas ke kediaman Yu Jian Hua tanpa mempedulikan kata-kata Ye Luo. Sudah tiga hari sejak Yu Jian Hua ditemukan tidak sadarkan diri di Lembah Peony di selatan kota Sina. Kota Sina masih berada di wilayah kekuasaan Jufeng Mo. Tentu saja Yu Jian Hua, -bahkan Raja Zhian sendiri- merasa asing dengan tempat itu. Meski status politik Negeri Selatan berada di bawah pengawasan negara lain akibat perang, Raja Zhian tidak akan ceroboh untuk mengobrak-abrik wilayah-wilayah kecil di bawahnya. Manusia yang hidup di bumi selatan tidak mengerti apa-apa. Sedikit kekacauan yang dibuat oleh penghuni dimensi lain, hanya akan memporak-porandakan kehidupan mereka. Karena pertimbangan menghindari konflik dengan Jufeng Mo, pencarian Yu Jian Hua tidak difokuskan ke wilayah selatan. Khusus di wilayah ini, Raja Zhian hanya mengirim beberapa mata-mata untuk menyelidiki kemungkinan keberadaan Yu Jian Hua. Raja Zhian berpikir, kehati-hatiannyalah yang membuat Y
"Hmmm., setelah mendengar ceritamu... aku jadi tidak yakin..." Raja Zhian mengetuk-ngetuk dagunya dengan ujung jari telunjuk sebelum meneruskan kata-katanya. Tentu saja Yu Jian Hua penasaran tentang apa yang membuat Yang Mulia tidak yakin. Namun, enggan bertanya. "Dia tiba-tiba menghilang. Mungkin dia perempuan yang jelek, jadi dia tidak mau kau melihat dirinya. Dia malu, lalu melarikan diri!" Raja Zhian tertawa setelah mengatakan itu. "Yang Mulia!" tegur Yu Jian Hua. Yu Jian Hua seharusnya paham Rajanya itu suka bercanda. Tapi, bukan kali ini saja Yu Jian Hua meminta Raja Zhian untuk bisa menempatkan diri. "Atau mungkin dia adalah hantu rendahan. Sadar akan derajadmu yang tinggi, dia merasa tidak pantas dan menyerah lebih dulu. Jenis hantu seperti ini, pernah kutemui beberapa kali. Hantu baik dengan perasaannya yang tulus. Lemah, tapi jiwanya tidak mudah untuk dihancurkan. Dan dia...," ada jeda sejenak, "mungkin juga hantu yang jelek. Dia malu, lalu melarikan diri!" sekali lagi
Keesokan harinya, hanya sedikit cahaya terang yang mampu menembus Danau Aegel Gustave Savery. Yang berarti siang mungkin tidak akan terlihat di tempat itu. Yu Jian Hua lebih dulu berdiri di tengah dermaga. Tatapannya datar pada air yang terlihat tenang, tapi telah berubah menjadi hitam. Dalam satu abad terakhir, dalam pandangan di dua alam, Yu Jian Hua telah berjasa. Dengan tangannya sendiri ia berhasil menyegel Jufeng Mo dan memusnahkan Mo Zhang Li. Tapi, di dalam dirinya sendiri, kebimbangannya tidaklah hilang. Pikiran yang kadang egois, membuatnya merasa bersalah. Menyegel Jufeng Mo, Yu Jian Hua tahu sendiri itu hanya langkah sementara. Sudah seharusnya ia mengeluarkan lebih banyak kekuatan untuk membunuh Jufeng Mo.Sekarang, Yu Jian Hua benar-benar ragu akan sampai kapan rantai pemusnah diri akan bertahan. Yu Jian Hua sadar, dirinya tidaklah sekuat Jufeng Mo. Terlebih ketika ia memutuskan untuk menghilangkan kekuatan Black Finger dari dalam dirinya. Di tahun itu, jika bukan karen
Lantai menderit sejak ia memasuki kediaman pribadi Laoshi-nya. Telinga Ming Zhu menegang dan dia melangkah lebih hati-hati setelahnya. Ming Zhu berpikir, lagkahnya jelas akan lebih ringan jika ia berubah wujud.“Tidak apa-apa! Lantai ini memang sudah sangat tua. Aku tahu telingamu sangat sensitif, tapi kamu hanya perlu membiasakan diri.”Ming Zhu tertegun karena Laoshi seolah tahu apa yang dia pikirkan.“Aku hanya takut Laoshi terganggu juga!”“Tidak. Sama sekali tidak. Kupikir malah kamu yang khawatir? Tidak bisa mengendap-endap, keluar masuk seenaknya seperti di Paviliun Ying Hua?”Segera Ming Zhu menggelengkan kepala. “Aku mana pernah begitu,” katanya berbohong. Faktanya, Ming Zhu memang suka menyelinap masuk tanpa izin, terutama ketika Wang Mo Ryu tidak sengaja terlelap di ruang baca. Hanya Ming Zhu yang terlalu bodoh mengira Wang Mo Ryu tidak tahu apa-apa.“Sebenarnya aku tidak keberatan. Tapi, segalanya akan berbeda setelah kamu tinggal di sini!” Wang Mo Ryu mendorong pintu kam
“Laoshi! Akan seperti apa tempat yang akan kita datangi?”Wang Mo Ryu diam saja. Cahaya terang perlahan tertelan oleh kabut misterius. Mereka meyebutnya lorong dimensi. Sebagian lagi mengistilahkannya sebagai lorong neraka. Jiwa-jiwa yang terjebak ketidakpastian, dan penantian panjang, tentang kapan penderitaan mereka akan berakhir. Tempat mereka berpijak bukan lagi rumput dan ranting yang rapuh, tapi patahan tulang dan genangan darah yang semu. Di tiga langkah pertama, Ming Zhu sudah dibuat sakit kepala. Ia memegangi kepalanya sendiri. Wang Mo Ryu merasa itu hal wajar. Energi di lorong dimensi sungguh kacau dan akan dengan mudah mempengaruhi makhluk yang baru belajar seperti Ming Zhu. Jika dibiarkan Ming Zhu mungkin akan berubah gelisah hingga pingsan, selanjutnya ia akan terjebak dalam mimpi buruk para penghuni lorong dimensi.Wang Mo Ryu melingkarkan tangannya ke punggung Ming Zhu, memastikan peliharannya tetap bisa berdiri dan tidak kehilangan seluruh kesadaran. Pendar-pendar hita
Yu Jian Hua sudah memikirkannya. Ia pernah merawat seekor burung yang terluka. Setelah sembuh, burung itu dilepaskan kembali ke alam. Bebas, untuk menemukan takdirnya sendiri. Lalu, apa bedanya dengan serigala kecil. "Apa aku akan tega merantaimu hingga selama ini?"Yu Jian Hua tersenyum getir. Agak menyedihkan ketika berpikir, "Aku memang bukan rumah baginya." "Tuan, Yu! Akhirnya saya menemukan Anda!" Ye Luo memberi hormat. Bukan Yu Jian Hua yang dibuat berpaling ketika itu, Sang Iblis Perempuan terperangah dengan sosok di belakangnya, "Sejak kapan…,"gagapnya. Sudah cukup lama sebenarnya, Yu Jian Hua berdiri sambil meratapi Mo Zhang Li dari jarak tiga meter di belakang. Mo Zhang Li yang terpejam, dengan kepala bersandar di tiang di tepi Tebing Awan, Yu Jian Hua enggan mengusiknya. "Sebentar lagi! Sampaikan kepada Yang Mulia aku akan segera menemuinya!" perintah Yu Jian Hua kepada Ye Luo. Ye Luo mohon diri setelah menerima perintah itu. "Kukira Tuan tidak akan mau menemui makhluk
Ketika nada pertama diperdengarkan, dari senar yang bergetar, seperti terhipnotis, serigala putih berdiri dan menjatuhkan kepalanya di pangkuan Wang Mo Ryu. Ming Zhu mana tahu ia telah tidur selama lima jam dan sudah hampir senja saat itu. Yang ia tahu ia masih sangat mengantuk dan pangkuan gurunya adalah tempat ternyaman yang bisa ia dapatkan. Kali ini bukan guzheng, tapi gu qin. Suaranya terdengar dalam dan seperti diliputi kekhawatiran. Ming Zhu mungkin tidak pernah tahu, semua nada itu berasal dari bumi. Para manusia sudah lebih dulu memainkannya. Raja Zhian bilang,"Manusia itu banyak pengalaman dan mereka kaya akan perasaan," wajar ketika yang tercipta dari pikiran mereka adalah hal luar biasa seperti yang Wang Mo Ryu mainkan sekarang. Dua hari lagi dia harus kembali ke bumi untuk melanjutkan penyelidikan. Dan sekarang, Wang Mo Ryu berada di posisi sedang mempertimbangkan apakah Ming Zhu akan ikut dengannya atau tetap tinggal di Paviliun Ying Hua. "Tetap saja aku merasa khawat
"Bagus! Bagus!" riuh tepukan tangan hanya dari seorang Zhao Shen. "Huadan" sedang menari riang di atas teras Paviliun Ying Hua, sambil sesekali melapalkan dialog dengan suara yang biasa-biasa saja, tapi penuh ekspresi. Ming Zhu terlalu bosan untuk membaca buku atau berlatih ilmu. Jadi, di tengah hari itu, ia merias wajah dengan tepung dan pewarna makanan. Kemudian menjadikan Zhao Shen satu-satunya penonton pertunjukan. Zhao Shen selalu penasaran dengan pengalaman Ming Zhu dan caranya untuk bertahan sendiri di tempat yang asing. Dan Ming Zhu tidak kalah bersemangat untuk menjelaskan bahwa ada hal seperti "ini" di bumi. Namun, ketika Zhao Shen bertanya tentang, "Siapa yang mengajarimu?" raut muka Ming Zhu berubah. "Ada apa?" "Ah, tidak," Ming Zhu mencoba tersenyum lagi. Ia kembali menari sambil meyakinkan diri bahwa kejadian buruk di Forth Armor hanyalah mimpi. "Kakak Shim, Daiyu, semuanya… mereka akan baik-baik saja!" Ming Zhu menggunakan sedikit kekuatannya untuk menggerakan kelop
Paviliun kediaman Penasihat Istana, yang seabad kemudian disebut Paviliun Mudan, hari itu secara kebetulan Raja Zhian menemukan pemandangan agak berbeda. Yu Jian Hua berdiri di tebing awan dengan pedang Fenghuang di tangan kanan dan mata yang dibalut dengan kain putih. Ketika ada yang masuk ke sana, Yu Jian Hua menyadari itu. Tapi, karena matanya tertutup, ia tidak tahu persis siapa yang datang diam-diam ke wilayahnya. Pedang Fenghuang diacungkan sebagai bentuk kewaspadaan, dan diturunkan kembali segera setelah Yu Jian Hua melepas ikatan di matanya. Setelah kematian Mo Zhang Li, nama iblis wanita itu dan Yu Yan menjadi dua kata terlarang di Yueliang Palace. Namun, semuanya jadi omong kosong karena bunga peony yang menjadi landasan cerita kelam Yu Jian Hua masih terus tumbuh dan dijaga. Selama seabad, Yu Jian Hua rupanya menggunakan aroma itu untuk menghukum dirinya sendiri atas ketidakmengertiannya terhadap apa yang terjadi. Ia pernah sangat marah ketika Mo Zhang Li membunuh janin y
Setelah dua puluh tiga jam, salju akan turun dan menyelimuti bumi dalam beberapa hari. Berdasarkan perhitungan Raja Zhian, ini tidak akan terlalu mengejutkan bagi penghuni bumi. Musim dingin tahun ini hanya datang lebih cepat beberapa waktu. Setelah dua puluh tiga jam itu, Yu Jian Jua juga akan kehilangan sedikit demi sedikit pengaruhnya terhadap semua elemen di dunia. Zhian Yu Fei telah memulainya dari hal yang paling menyakitkan. Meski ia juga berjanji membuat proses itu tidak lebih menyakitkan dari seharusnya. Sebagai orang yang pernah memiliki kekuatan Black Finger dan menghancurkannya sendiri. Tentu perasaan mati berkali-kali tidaklah asing bagi Penasihat Istana. Keberanian itu tidak diragukan. Hanya saja, entah apakah ada orang yang sebodoh Yu Jian Hua. Benarkah "Mantra Pengikat Hati" terlalu menyakitinya hingga kehilangan daya untuk melindungi bumi dengan segenap jiwa. Kekuatan Lima Elemen, diberkahi oleh alam. Ketenangan jiwa menjadi kuncinya. Dengan kekuatan sebesar itu,
"Tuan! Biar kubantu!" Ye Luo memasangkan pakaian ke punggung Yu Jian Hua. "Penghuni bumi mengira sebentar lagi akan kiamat!" Raja Zhian menerobos masuk ke sisi kolam pemandian. Ia terhenyak sendiri dengan tampilan Yu Jian Hua. Pakaian tipis dan kulit yang basah, tidak ada yang bisa dilakukan Yu Jian Hua ketika Raja Zhian harus memalingkan wajahnya. "Aku sudah menyuruh pelayan mengambil pakaianku. Tidak akan lama." Ye Luo tertawa diam-diam sambil mengeringkan rambut Penasihat Yu dengan sapu tangan. "Aku tahu kau jatuh cinta pada Mo Zhang Li, tapi kenapa aku yang gugup melihatmu seperti ini. Kau bahkan menolak bertemu denganku dan memilih dipenjara bersamanya. Rasanya benar-benar tidak adil." "Jadi, apa menurutmu aku harus membagi cintaku?" senyum Yu Jian Hua mengembang. Ia menuangkan teh yang disediakan Ye Luo sejak tadi, mungkin sudah mulai dingin. Tapi, itu lebih baik dibanding tidak ada apa pun yang dapat mencairkan suasan