Wang Mo Ryu duduk di singgasana yang berada di sisi kanan singgasana tertinggi milik Raja Zhian. Tangan kanan menopang wajah yang tampak lelah. Matanya terpejam seperti sedang tidur, tapi samasekali tidak. Mana mungkin dia bisa tidur sementara Ming Zhu yang meraung minta tolong terus berpendar di pikirannya. Jubah putihnya tidak serapi biasanya dan ikatan di rambutnya juga tampak terabaikan. Raja Zhian tidak tahu harus memulai dari mana. Wang Mo Ryu gampang meledak, sisi iblis yang selama ini ditekan dengan keanggunan, kapan saja bisa dibiarkan meluap. Sebelum mengangkat seseorang ke Yueliang Palace, Raja Zhian tentu tahu orang seperti apa yang pantas. Ia mengangkat Yu Jian Hua lebih dulu, dan terbukti Yu Jian Hua tidak mengecewakan. Sayangnya, soal hubungan dengan dunia luar, Raja Zhian tidak bisa mengandalkan Xiao Hua. Dan ketika mengangkat Wang Mo Ryu, Raja Zhian merasa sangat terbantu, tapi sampai saat ini ia ragu apa keputusannya dulu itu benar. Akibat ketidakakuran Wang Mo Ryu d
Seruling mengiringi gerak anggun seorang Qing Yi*. Qing Yi berwajah muram. Menimbulkan rasa simpati dan keingintahuan tentang kenapa ia jadi seperti itu. Lalu, erhu mulai mengalun, kegetiran semakin dirasa. Tapi, keanggunan dan kebangsawanan tetap terpancar. Ketika Wu Jing yang licik datang, tempo musik jadi semakin rapat dan cepat. Ghuzeng dan pipa beradu, mewakili kepanikan dari seorang Qing Yi yang ingin melarikan diri, tapi akhirnya terperangkap juga. Ming Zhu menonton dari sisi panggung. Aktornya hanya Daiyu dan Kakak Shim, tapi mereka begitu memikat hati Ming Zhu. Kakak Guan bilang, mereka tidak punya naskah khusus dalam pementasan. Di awal-awal pernah ada, tapi karena seringnya mereka berlakon, naskah-naskah itu tak dilirik lagi. Semuanya berakar dari sejarah dan sastra yang pernah hidup di bumi. Diinterpretasikan sesuka hati mereka menjadi sesuatu yang lebih kontemporer. Kadang hanya berupa monolog. Shim dan Daiyu yang paling sering berimprovisasi. Ketika hanya mereka berdua y
Tanpa diiringi musik, Ming Zhu berusaha mengikuti gerakan Shim. "Setiap gerak memiliki makna, pelan-pelan kau akan memahami itu," sebut Shim.Mereka ada di rooftop sebuah gedung tiga lantai yang terbengkalai. Shim mulai dengan penjelasan tentang peran-peran dasar yang biasa dimainkan. Sheng, karakter pria; Dan, karakter wanita; Jing, karakter pria dengan wajah dilukis; dan Chou, karakter seorang badut. Ming Zhu hanya pernah melihat seniornya itu menjadi Dan. Tapi, siapa sangka ia juga bisa melakoni karakter Jing, bahkan Wu Jing, karakter pria yang wajahnya dilukis dan tipe petarung. Terlalu lihai Shim memainkan tongkat dan pedang, sebagai Wu Jing yang garang atau Wu Dan yang anggun."Kakak Shim, apa Ketua Yang yang mengajarimu? Sudah berapa lama kalian bersama?" tanya Ming Zhu sambil terus melakukan pergerakan. Permainan tongkat dan pedang, meskipun perlu banyak latihan, itu jauh lebih mudah bagi Ming Zhu dibanding menjadi Qing Yi.Sebelum Shim menjawab, ia menghentikan pergerakan dan
Hutan sequoia purba bergejolak bukan karena Jufeng Mo, tapi ulah iblis yang satunya lagi. Hanya untuk mencari Ming Zhu, sepuluh ribu tentara dikerahkan dan Wang Mo Ryu telah mengobrak-abrik bumi layaknya membongkar lemari pakaian untuk mencari sesuatu."Siapa di sana?" suara itu menggelegar. Jika orang biasa yang mendengar itu, pastilah lari pontang-panting."Kau tidak dalam posisi berhak untuk bertanya," ungkap Wang Mo Ryu hanya berupa gumaman."Oh, rupanya kau!" Jufeng Mo menyadari siapa tamunya. Sangat langka ia mendapat kunjungan. Ia merasa senang, setidaknya itu akan mengurangi sedikit rasa bosan dirantai di dasar danau Aegel Gustave Saveri. Air danau bergejolak, dan seperti sebuah ledakan, air menjulang ke atas dan bergerak ingin melahap Wang Mo Ryu.Wang Mo Ryu yang awalnya tidak ingin peduli, tetap memilih tidak peduli. Ia tetap melangkah santai di dermaga di atas danau, tanpa membiarkan sebutir air pun menyentuh jubahnya."Kau pikir apa yang bisa kau lakukan?" Wang Mo Ryu te
Setelah tiga hari, Ming Zhu akhirnya bangun. Apa yang ia alami di dunia, hanya seperti mimpi yang panjang. Mimpi yang melelahkan sampai sendinya terasa gilu. Matanya menangkap hal yang seharusnya familiar, namun terasa asing ketika itu, tirai putih di tempat tidur gurunya. "Efek jatuh yang mengerikan," pikirnya sambil berusaha bangkit. Tapi, tidak bisa. "Jangan dipaksakan!" seseorang bersuara. Ming Zhu terhenyak. Ia berpaling ke belakang, tapi tidak berani menengadah. Hanya bagian bawah jubah Wang Mo Ryu yang terekam di matanya. Terlalu anggun langkah itu. Langkah seorang penolong. Setidaknya, Ming Zhu merasa lebih aman di akhir mimpi. Di antara genangan air di jalanan, terekam bayangan Fort Armor yang telah hancur. Bau darah dan belerang bercampur. Lalu, genangan air itu juga merekam langkah kaki seseorang. Sebelum benar-benar pingsan, Ming Zhu merasa ada yang mengangkat dirinya dan membawanya jauh dari mimpi buruk itu. Di waktu bersamaan, "Shim!", "Daiyu!", sekali lagi Ming Zhu
"Ada apa denganku?", Wang Mo Ryu berdiri di teras di sebelah Timur Paviliun Ying Hua. Area yang beberapa tiang pancangnya berada di dasar danau yang cukup luas. Sejak beberapa tahun lalu, tidak sembarang orang bisa masuk ke sana. Termasuk Raja Zhian. Karena tempat itu biasa digunakan Ming Zhu untuk berendam. Bahkan Wang Mo Ryu sendiri sangat jarang mengunjungi tempat itu. Kali ini dia perlu tempat untuk menyembunyikan kegelisahannya. Hanya karena serigala kecil, emosinya tidak terkendali. Seperti yang dikatakan Raja Zhian, Ming Zhu seolah menjadi kelemahan baginya. Itu buruk. Ada lebih banyak hal yang disesali Wang Mo Ryu kemudian. Termasuk melempar mangkuk berisi darahnya sendiri sehingga Ming Zhu ketakutan. Lalu menangis. "Tuan!" sebut Zhao Shen. Wang Mo Ryu tersentak. Sungguh tidak meyadari kehadiran orang lain di tempat itu. "Saya ke sini untuk mengantarkan makanan." Wang Mo Ryu menoleh, "Bagaimana kau tahu aku di sini?" Zhao Shen diam. Sebenarnya itu hanya firasat saja. Se
Ada langkah kaki yang mendekat, ritmenya tidak familiar. Ming Zhu tidak tahu siapa yang akan datang. Lagi pula, dia tidak punya tenaga untuk peduli. Gurunya, Raja Zhian, Zhao Shen dan Kakek Yin Dan, mereka telah mengocehkan banyak hal. Tapi, rasa bersalah di dirinya masih belum terbayarkan. Dan rasa sedih yang ia rasakan, siapa yang akan mengerti? Ketika orang itu melewati pintu kamar, hal yang pertama ditangkap oleh Ming Zhu adalah balutan putih di telapak tangan kanan. "Penasihat Yu!" lirih Ming Zhu. Ming Zhu tersenyum untuk hukuman yang akhirnya akan ia terima. Yu Jian Hua berhenti tepat di hadapan Ming Zhu. Sejenak mengamati betapa menyedihkannya serigala kecil itu. Dengan mengenakan gaun tidur dan rambut yang terurai hingga ke lantai. Meski begitu, di bawah cahaya bulan, dirinya tampak bercahaya. Apalagi jika dibandingkan dengan beberapa hari lalu, Ming Zhu seratus kali lebih baik sekarang. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu di bumi?" Pelan-pelan Ming Zhu menengadahkan kepala, me
"Tidak. Ada apa denganku? Itu bukan dia!" Yu Jian Hua tenggelam dalam lamunannya sendiri. Aroma peony yang membanjiri kediamannya, ikut mengacaukan pikiran Yu Jian Hua. Di pertempuran dulu, Yu Jian Hua tidak bisa menggunakan seratus persen kekuatannya. Sebenarnya itu bukan pertama kali. Ia memilih tidak percaya bahwa "Mantra Pengikat Hati" mampu meracuninya sampai hampir mati. Yu Jian Hua memang sempat beradu pedang dengan Mo Zang Li. Seharusnya, Yu Jian Hua tidak punya urusan dengan perempuan itu. Hanya karena Mo Zang Li memiliki hubungan darah dengan Jufeng Mo, segalanya menjadi rumit untuk iblis perempuan itu. Mo Zang Li memang terkenal angkuh, dia ditakuti, tapi Mo Zang Li tidak pernah menunjukkan ketertarikan terhadap kekuasaan. Dia juga tidak pernah memaksakan diri untuk menambah kekuatan dengan mengorbankan nyawa makhluk hidup lain. Kecuali mereka yang terang-terangan mencari masalah dengannya, sudah pasti mereka mati. Siapa sangka, Mo Zang Li ini tertarik dengan Penasihat Is