Beranda / Romansa / Bride (Indonesia) / 10. Drama di pagi hari

Share

10. Drama di pagi hari

Penulis: Writer in box
last update Terakhir Diperbarui: 2020-12-23 14:19:26

Setelah mengepel lantai, kemudian menyiapkan pakaiannya dan Zara. Arlan melangkah untuk menghampiri Zara untuk memandikannya.

"Zara, bangun!" ucap Arlan duduk di tepian ranjang.

"Mmmmm," Zara menepis tangan Arlan yang mencoba membangunkanya.

"Zara, aku harus pergi kerja!" bisik Arlan.

Zara masih saja menutup matanya dan membelakangi Arlan.

"Zara, ayo mandi dulu!" seru Arlan.

Zara langsung bangun dan menjauh dari Arlan sembari tangannya melempar tangan Arlan yang berada di bahunya.

"Pergi!" teriak Zara menepi ke ujung ranjang.

"Huuuuft!" Arlan menarik napas dalam-dalam.

Arlan mendekati Zara berusaha memberi pengertian terhadap istrinya yang tampak gelisah itu.

"Kamu bisa mandi sendiri 'kan sayang!" seru Arlan.

Lalu Arlan menggendong Zara ke kamar mandi dan mendudukanya di closet.

"Mandilah!" Arlan menutup kamar mandi.

Sungguh Arlan berharap di pagi ini tidak ada drama seperti biasanya ketika meminta Zara mandi atau mengganti pakaiannya. Arlan menunggu Zara di balik pintu kamar mandi.

"Aku ini suaminya, tetapi perlakuannya seakan aku ini pejahat," keluh Arlan.

Suara percikan air terdengar dari dalam kamar mandi, tetapi sedari tadi Zara belum juga selesai padahal sudah cukup lama ia berada di dalam kamar mandi. Arlan yang curiga pun langsung membuka pintu kamar mandi. Benar saja, bukanya mandi Zara malah sibuk bermain air.

"Zara!" Arlan terkejut.

Arlan melangkah mengahampiri Zara yang sedang sibuk memainkan air dengan timba di tangannya.

"Aku sedari tadi menunggumu di luar. Kamu di sini sibuk main air," keluh Arlan gemes menjepit hidung Zara dengan jari jemarinya.

Zara menatap Arlan sejenak mendapatkan perlakuan begitu.

"Sayang, aku harus pergi kerja. Kamu mandi yang benar!" perintah Arlan.

Zara menggelengkan kepalanya. Menandakan ia tidak mau mandi.

"Kalau tidak mau mandi, istri jelekku ini makin jelek. Mandi, ya!" bujuk Arlan.

"Jelek!"

"Aku jelek?" telunjuk Zara menunjuk dirinya sendiri.

"Sangat jelek!" ucap Arlan sembari mendaratkan ciuman di pipi Zara.

"Mandi, ya!" bujuk Arlan lagi, melepaskan ciumannya.

Zara kembali menggelengkan kepalanya, bersekukuh tidak mau mandi. Arlan pun duduk jongkok di lantai, posisinya di depan Zara yang duduk di atas Closet.

"Apa kamu mau aku yang memandikan!" seru Arlan

"Suami!" jawab Zara dengan jari-jemari menyentuh hidung dan kemudian wajah Arlan.

"Gak pakai teriak-teriak, marah-marah, dan histeris,"  Arlan memegang tangan Zara yang menyentuh wajahnya.

Setelah memandikan Zara, ia mendudukan Zara di meja rias sederhana yang ada di kamarnya.

"Sisir rambut sendiri, ya!" Arlan memberikan sisir kepada Zara.

"Masak hari pertama kerja, aku udah telat," Arlan melihat jam dinding.

Ia bergegas berganti pakaian, dan bersiap-siap dengan kemeja putih dan celana dasar berwarna hitam.

"Sayang kamu belum menyisir rambut juga!" Arlan melihat Zara memainkan sisir yang ia berikan tadi.

Kedua telapak tangan Arlan berada di pipi Zara, ia memegang pipi mungil yang di tutupi rambut yang turun secara berantakan di depan wajah.

"Nakal!" Arlan menghembuskan napas kemata Zara.

Zara langsung berkedip dan menutup mata ketika merasakan angin masuk kematanya.

cup

Arlan mengibaskan rambut yang menutupi wajah Zara dan menciumnya. Zara menatap sinis Arlan.

"Jangan menatapku begitu!"

"Aku ini suamimu bukan musuhmu," seru Arlan setelah mencium Zara.

"Suami," gumam Zara memiringkan kepalanya.

Arlan mengambil sisir ditangan Zara dan menyisir rambutnya dengan santai, berdiri dibelakang Zara sembari berkaca.

"Kamu mau aku sisirkan," tawar Arlan, melihat Zara menatapnya dari balik kaca.

Zara memegang rambutanya. Sesekali mulut Zara mayun dengan sorot matanya fokus pada rambutnya yang berantakan.

"Sini!" perintah Arlan memiringkan badan Zara padanya.

Ia menyisir rambut Zara dengan perlahan dan lembut, tapi tiba - tiba Zara gelisah melihat rambutnya. Ia ketakutan dan berteriak, "Tidak, tidak, tidak!"

"Jangan!" tangis Zara mulai terdengar.

"Kenapa sayang?" jawab Arlan bingung dengan tingkah istrinya yang tiba-tiba berubah.

"Buang benda itu!" pinta Zara dengan badan bergetar ketakutan.

"Benda apa?"

"Itu!" Zara mengacak rambutnya.

"Ini rambutmu sayang, masak mau membuang rambut sendiri!" seru Arlan.

"Hiks hiks hiks hiks hik hiks," ratap Zara memeluk pinggang Arlan yang berdiri di sampingnya.

Arlan menurunkan badanya dan memeluk zara, "Sekarang ada apa?"

Zara tetap menangis begitu derasnya dipelukan Arlan.

"Tenanglah sayang!" Arlan mengusap-ngusap bahunya.

šŸŒøšŸŒøšŸŒø

flash back keingiatan Zara 6,5 tahun yang lalu.

seorang pria bejat berjaket hitam menarik rambut hitam sedikit keriting Zara. Zara terus memohon ampun.

"Tolong ampuni saya!" pinta Zara penuh isak tangis.

"Rambutmu begitu indah," Pria bejat itu mengelus rambut Zara yang tertunduk diatas lantai dengan wajah penuh luka lebam.

Ia menarik rambut bergelombang itu sehingga rontok berserakan di lantai.

"Ampun!" rintih Zara  yang sama sekali tidak dipedulikan pria bejat itu.

kemudian pria bejat itu menarik Zara kepelukannya. hanya terdengar samar -samar di dalam keheningan, "Jangan!"

"Jangan sentuh aku!" rintih Zara.

šŸŒøšŸŒøšŸŒø

"Aku benci rambut!" tangis Zara terisak-isak di dalam pelukan Arlan.

Arlan melonggarkan pelukannya, dan berjalan ke arah laci, membuka laci, dan mengambil ikat rambut.

"Sudah jangan menangis lagi!" Arlan mengusap air mata Zara perlahan dengan ujung jarinya.

"Sini!" pinta Arlan mendekatkan kepala Zara kepadanya.

Ia menyisir kembali rambut Zara yang telah Acak-acakan, dan menjalinya layak ekor kuda.

"Bagaimana melakukannya, ya!" gumam Arlan mencoba menjalin rambut Zara.

Setelah gagal beberapa kali akhirnya Arlan berhasil menjalin rambut Zara meskipun dalam bentuk seadanya.

"Sekarang kamu tidak bisa melihat rambutmu lagi," seru Arlan.

Zara tersenyum melihat tidak ada lagi rambut yang menutupi wajahnya.

"tidak boleh menangis lagi, ok!" Arlan mencium kedua kelopak mata Zara.

Zara mengagukan kepala, mengerti untuk sesaat apa yang dimaksud oleh Arlan.

"Ayo kita sarapan dulu! Aku udah telat untuk pergi kerja,"  Arlan mendorong kursi roda yang berada di sudut kamar.

Arlan menggendong Zara untuk duduk di kursi roda dan mendorongnya ke meja makan. Di meja makan Arlan menyiapkan makanan yang telah dibuatnya sedari subuh.

"Ah, udah dingin!" keluh Arlan menyadari nasi goreng yang dibuatnya sudah berubah rasa.

Arlan menyuapi Zara yang sedari tadi perutnya sudah berbunyi.

"Buka mulut!" pinta Arlan, Zara pun membuka mulutnya.

"Enak?"

"Arlan suami Zara!" jawab Zara ngaur.

"Ya, sudahlah!" Arlan mencium kening Zara.

Arlan terus menyuapi Zara hingga nasi goreng yang ia buatkan habis.

"Hari ini untuk pertama kalinya kamu tinggal sendirian di rumah. Tidur saja di kamar sampai aku pulang,"  pesan Arlan sebelum pergi berkerja.

"Arlan pergi, aku ikut!" rengek Zara.

"Nanti pas makan siang aku pulang," tambah Arlan.

"Tidak mau!" rengek Zara lagi.

Arlan memeluk Zara dan berkata, "Kalau aku tidak berkerja, nanti kita makan apa, Zara berobat dengan apa."

Zara melepaskan pelukannya dan menatap Arlan.

cup

Arlan mencium Zara lagi.

"Sudah, ya!."

"Aku pergi kerja dulu," seru Arlan.

Setelah Arlan menyiapkan hal yang dibutuhkan Zara di kamar, ia mematikan saluran listrik dan membuka gorden jendela sebagai sumber cahaya dan berangkat berkerja.

***

note:

Penderita Skizofrenia selain mengalami halusinasi, delusi, ganguan emosi yang mempengaruhi berpikir, merasakan, dan berprilaku dengan baik, penderitanya seringkali juga malas merawat diri.

Selain Skizofrenia Zara juga menderita rape trauma syndrome golongan PTSD,

Apa sih itu Author?

jangan lupa vote, like and love follow juga writer in box

@writer in box

youtube puisi, writer in box

Bab terkait

  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 11. Dosen Ganteng

    TakTakTakSuara langkah Arlan terdengar begitu kencang dengan sepatu formal oxford shoes yang desainya timeless. Ikatan tali sepatu tertutup (closed lacing), dan tidak begitu lentur mengikuti tinggi tubuh Arlan yang ideal. Kemeja putih, dan Celana dasar hitam yang ia kenakan menambah pesona penampilan hari itu, membuat nanar mata para mahasiswi tak lekat padanya. Arlan dengan santainya terus melewati lorong koridor, memasuki kelas untuk pertama kalinya sembari tersenyum kepada semua mata yang menatapnya."Ya, Allah gantengnya!" seru gadis berkaca mata bulat kepada teman di sebelahnya."Apaan yang ganteng, Idah?" Tanya Renata, gadis berambut cat pirang kemerahan yang mengenakan kaos oblong berwarna pink soft, jeans gantung di bawah lutut, dan sneaker putih.Idah menggoyangkan kaca mata berulang kali. Membuka dan menutupnya memastikan apa yang dilihatnya."Lihat!" perintah Idah mel

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 12. Arlan dan Zara

    Arlan melirik jam tangannya menunjukan pukul Pukul 12.00."Waktunya makan siang," Seru Arlan.Ia langsung menyusun semua buku, dan berkas di meja kerjanya, kemudian bergegas untuk makan siang di rumah bersama Zara."Di mana, ya!" Arlan lupa di mana menaruh kunci mobilnya.Arlan memeriksa berkali-kali saku celananya, tetapi ia tidak menemukannya."Apa ketinggalan di kelas, ya!" gumam Arlan pada dirinya sendiri.Sekarang ia beralih memeriksa tas punggungnya yang penuh dengan buku. Kening Arlan mulai berkerut karena ia sama sekali tidak ingat di mana menaruh kunci mobilnya."Bapak cari ini?" Renata datang dengan memegang kunci mobil Arlan."Kamu?" Arlan yang grasak -grusuk mencari kunci, berbalik badan mendengar suara Renata."Kenapa bisa ada padamu?" tanyaArlan meraih kunci mobilnya yang ada pada tangan Renata.

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 13. AZED

    ā¤Kau bukanlah objek ataupun benda apapun di dunia ini. Kau adalah bagian dari hidupku itu sendiriā¤AZEDā¤Setelah mandi Zara tidur lagi di sofa, sedangkan Arlan sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi.Arlan melangkah menjijit dengan jari kakinya ke arah Zara dengan masih mengenakan celemek di tubuh dan sendok di tangan, kemudian ia membungkukan tubuhnya ke arah Zara."Kamu sungguh tidur di pagi hari, Zara!" seru Arlan.Arlan mendekatkan mulutnya pada telinga zara dan berbisik, "Zara!"Zara menggaruk telinganya dengan mata masih tertutup.HukHukHukArlan pura-pura batuk mencoba membangunkan Zara dengan caranya, tetapi Zara tidak menggubrisnya. Arlan berdiri tegap di depan Zara dan meletakan sendok yang dia pegang di atas meja."Bangun tidak!" ancam Arlan sembari menggelitik Zara.Zara tetap dengan posisinya, tidak bergerak sedikit pun. Jari-je

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 14. AZED

    Prilaku kekerasan salah satu gejala positif dari skizofrenia, merupakan masalah utama yang membuat penderitanya di bawa ke RSJ untuk penanganan medis, baik pada onset pertama maupun pada kondisi awitan akibat kekambuhan. Gejala ini berpotensi untuk melukai diri sendiri, lingkuangan, keluarga terdekat, dan orang lain. Individu skizofrenia biasanya mempunyai masalah emosi yang mengakibatkan penderitanya melakukan kekerasan, karena ada ganguan pada saraf yang terdapat di otak. Oleh karena, penderita Skizofrenia akan sulit hidup normal seperti yang lainya. Kekerasan inilah yang dialami Bik Dartih, pembantu baru Arlan. Belum cukup sebulan Bik Dartih berkerja, ia langsung mengundurkan diri karena mengalami kekekrasan dari Zara.Zara yang sudah bisa berjalan menghampiri Bik Dartih yang sedang membuatkan teh di dapur."Bik, ini apa?" tanya Zara memainkan gula di sebuah botol."Gula atuh, Non! Masak garem," seru Bik Dartih."Kalau ini,

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 15. AZED

    "Pergi sana!" teriak Zara, matanya mulai memerah."Kamu marah sayang!" ucap Arlan mendekati Zara dengan emosinya yang buruk.Kemudian Arlan duduk di sebelah Zara yang berbaring membelakanginya, "Jangan marah lagi!""Nananana!" Zara menutup telinganya."Mengertilah sayang, aku harus pergi berkerja!" Arlan mengelus rambut istrinya.Sedangkan Zara terus mengabaikan suaminya yang akan pergi berkerja itu."Aku pergi dulu, ya!" Arlan mencium pipi Zara yang sedang berbaring."Arlan!" Rengek Zara, melempar bantal ke arah Arlan."Kamu boleh lanjutin marahnya nanti setelah aku pulang. Aku sudah terlambat!" Arlan terus melirik jam tangannya."Aku bilang, jangan pergi!" teriak Zara."Kalau aku tidak pergi, kamu mau apa!" goda Arlan, berlalu mentup pintu kamar."Oh, Iya kalau butuh apa-apa, kamu mintak sam

    Terakhir Diperbarui : 2020-12-23
  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 16. Cinta yang terluka

    ā¤Jika hati mampu bicara, maka logika akan membisuā¤ Kau bukan sekadar cinta, tetapi amanah dan tanggung jawabā¤Sreeek ...Jantung Arlan langsung berdesir, merasakan sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi di rumah, dia langsung kembali ke kelas mengambil tas punggunya."Mohon maaf! Ujiannya online saja, ya!" Arlan bergegas mengambil tas punggunya dan meninggalkan bukunya di meja begitu saja dengan wajah sangat panik.Semua mahasiswa menatap wajah tampan yang panik itu, sambil berbisik-bisik, "Ada apa ya! Wajah Pak Arlan sangat panik!""Pak ada apa?" tanya Renata, melihat wajah lelaki yang ia cintai sangat pucat."Saya ada urusan!" jawab Arlan sekilas langsung berlalu.Arlan bergegas menuju mobilnya yang berada di pakiran, menembus keramaian mahasiswa yang lalu lalang di lorong kampus. Ia tidak mempedulikan setiap orang yang ditubruknya. Wajahnya terlihat begitu risau. Sesampai di pakiran, ia langsung melaju mobilnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-26
  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 17. Akankan cinta tetap sama?

    ā¤Cinta tak akan selalu begitu, karena perasaan manusia akan selalu berubah-ubah, tetapi tidak untuk sebuah komitmenā¤ Di dalam bangsal terlihat wajah panik Bik Dartih menunggu Arlan siuman. Ia duduk di sebuah kursi di samping hospital bed, tempat Arlan berbaring. Bik Dartih masih dengan wajah pucat, menanti Arlan siuman."Kenapa lelaki sebaik ini harus menikahi Nona Zara yang tidak waras Itu!" gumam Bik Dartih melihat hospital bed di belakang Arlan. Di mana Zara terbaring belum sadarkan diri dengan tabung oksigen di hidungnya. Arlan menggerakan jarinya, ia mulai siuman. Perlahan ia membuka mata dan memegang dahinya yang terasa begitu perih, karena telah memdapatkan beberapa jahitan. "Alhamdulilah! Akhirnya Den Arlan siuman," ucap Bik Dartih lega. "Bik Dartih!" Arlan memegang dahinya. Menyadari yang telah terjadi Arlan melihat sekelilingnya mencoba menemukan Zara, "Zara di mana, Bik?" tanya Arlan matanya masih berkedip setengah sadar."Ade

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-15
  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 18 .Azed

    Jika takdirmu adalah akuJika rasa resahmu adalah akuJika takdirku adalah kamuJika rasa resahku adalah kamuKuingin di garis takdirku hanya namamuTuamu, tuaku, kita akan selalu bersama. Arlan melajukan mobilnya. Menembus jalanan kota Yogyakarta, menuju The Lost World Castle. Sebuah tempat wisata di kawasan lereng gunung merapi. Arlan dan Zara memiliki satu kesamaan, yaitu menyukai tempat wisata yang berada di ketinggian. Mereka bisa melihat segala hal tanpa sekat, dan membebaskan jiwa dari tekanan kehidupan. di sepanjang perjalanan Zara tertidur, menyenderkan kepalanya ke jendela mobil. "Jangan tidur seperti itu, Nanti telingamu sakit," tegur Arlan memiringkan kepala Zara ke bahunya yang sedang menyetir. "Aku akan pergi jauh! Jauh sekali!" Zara menceracau tidak jelas di dalam tidurnya. Arlan mencium pucuk kepala istrinya yang masih menceracau, "Kamu sungguh butuh liburan, Zara!" Untuk mencapai lokasi The L

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-21

Bab terbaru

  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā Bab 23 calon Ibu

    Bab 23 calon Ibuā¤Pengharapan cinta ini terlalu besar dan tanpa kusadari aku telah menyakitimuā¤Arlan termenung di meja kerjanya, karena sedari pagi telinganya telah panas oleh sebuah gosip yang membakar telinganya. Setiap mata mulai memandang dan berbisik, ia hanya bisa diam tanpa pejelasan. Meskipun dijelaskan pun tidak akan ada gunanya. Hanya akan membuang tenaga dan menguras hati, karena seringkali yang didengar seolah-olah adalah kebenaran adanya. Kini Arlan menatap kosong pada pena yang digenggamnya, sembari tangan kanan memegangi pelipisnya, menggambarkan air muka sedikit frustasi."Are you ok, Arlan?" tanya Leo yang merupakan rekan kerja Arlan. Ia merupakan dosen Teknik pertambangan juga, dan meja kerjanya bersebelahan dengan Arlan di ruang dosen."Tidak terlalu baik!" jawab Arlan lesu. Ia tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang begitu gelisah."Apa kabar angin itu benar?" selidik Leo.Mendorong

  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā Bab 22

    Sepiring nasi dengan lauk ikan gurame goreng telah, Arlan hidang untuk Zara di meja makan. Nanar mata Zara menatap jijik melihat ikan goreng gurame yang ada di atas piringnya. Ia mengakat Ikan gurame itu dengan dua jemarinya dan mulutnya sedikit miring. Arlan yang sadar dengan raut wajah istrinya pun bertanya, "Kenapa? Ikannya tidak enak?""Enak!" Zara tersenyum dengan kening berkerut."Kalau enak kenapa tidak dimakan tanya Arlan?" mengambil sendok di tangan Zara dan menyuapinya."Buka mulut!" perintah Arlan yang dipatuhi Zara.Zara mulai mengunyah makanan yang baru saja disuapi Arlan, ia menelan makanan itu dengan setengah hati, karena bau ikan memasuki seluruh rongga hidungnya. Zara pun langsung berlari ke toilet untuk memuntahkan semua bau busuk itu dari lambungnya."Apa kamu baik-baik saja sayang! Bagaiman kalau kita ke rumah sakit aja!" saran Arlan menepuk-nepuk punggung istrinya yang terus muntah di closet.

  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā Bab 21 Apakah Zara hamil?

    Terdengar kericuhan di lapangan yang berada di depan kampus. Terlihat gerombolan mahasiswa membawa spanduk, dan beberapa diantaranya mengunakan pengikat kepala bertulisan 'Kami Butuh Keadilan'. Arlan yang barus saja membuka pintu mobilnya, bingung sejenak. Melihat begitu banyak Mahasiswa berlarian di depannya."Ada apa?" tanya Arlan menghentikan seorang pemuda berbaju biru yang berlarian kecil di depannya."Kami lagi demo, Pak!" jawab pemuda itu singkat, berlalu pergi."Demo!" pikir Arlan sejenak, memegang dagunya."Tumben!"Sudah lama tidak terdengar, para mahasiswa mengeluarkan taringnya. Sekarang tidak ada hujan, tiba-tiba demo. Bukan hal yang ganjil, mahasiswa melakukan demo atas sebuah kebijakan, tetapi semua terasa aneh. Ketika di zaman yang mulai individualisme, dan apatis ini. Ada beberapa yang berani meneriakan suara. Bukankah itu luar biasa, disaat mahasiswa lainya fokus dengan nilai, dan mengejar toga.

  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā Bab 20

    Arlan telah mengajak Zara berputar-putar mencari Gudeg Mbah Lindu. Sebuah gudeg buatan seorang wanita yang telah sepuh dimana ia telah berusia hampir satu abad. Kelezatan Gudegnya tiada tara, meskipun cuma jajanan sederhana, tetapi memiliki rasa istimewa. Arlan ingin Zara mencobanya juga."Biasanya Mbah Lindu jualan di sini, Zara!" tunjuk Arlan pada sebuah tempat lesehan, biasanya Mbah Lindu berjualan."Zara capek, Arlan!" keluh Zara."Apa Mbahnya tidak jualan lagi atau Dia cuma jualan di siang hari, ya?" pikir Arlan."Suami!" panggil Zara."Apa sayang?"Zara memegang perutnya, menunjukan gerak-gerik kelaparan."Lapar, ya?" tanya Arlan."Hmmm!" jawab Zara mengagukan kepalanya."Kalau begitu, kita makan di tempat lain saja," usul Arlan, menarik tangan Zara."Ayo!" ajak Arlan, melihat Zara masih bengong.Karena tidak menemukan Gudeg Mbah

  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā Bab 19 Azed

    ā¤Tidak ada kata terimakasih di dalam cintaā¤Renata yang sedang menggendeng tangan Dion dengan mesranya, tiba-tiba beradu pandang dengan dua sosok yang merengkuh nikmatnya sebuah kebersamaan. Dua mata coklat Renata menggeliat pada seorang Pria yang menggendong istrinya di punggung. Renata pun menghentikan langkahnya. Membuat Dion menoleh ke arahnya."Berhenti!" ucap Renata menahan tangan Dion yang berjalan di sampinya."Kenapa?""Bukankah itu, Pak Arlan!" Renata menunjuk ke arah paradise gate."Yang mana?""Itu yang menggendong wanita di punggunya!" tunjuk Renata."Ooooo, iya!""Ayo ke sana!" ajak Renata."Ngapain coba!" sungut Dion risih melihat Renata begitu tertarik dengan Arlan."Ya, aku cuma mau menyapa Pak Arlan!" jawab Renata santai menghadapi Dion yang mulai cemburu."Sekadar menyapa atau ingin menggoda Pak Arlan!" celetuk Dion d

  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 18 .Azed

    Jika takdirmu adalah akuJika rasa resahmu adalah akuJika takdirku adalah kamuJika rasa resahku adalah kamuKuingin di garis takdirku hanya namamuTuamu, tuaku, kita akan selalu bersama. Arlan melajukan mobilnya. Menembus jalanan kota Yogyakarta, menuju The Lost World Castle. Sebuah tempat wisata di kawasan lereng gunung merapi. Arlan dan Zara memiliki satu kesamaan, yaitu menyukai tempat wisata yang berada di ketinggian. Mereka bisa melihat segala hal tanpa sekat, dan membebaskan jiwa dari tekanan kehidupan. di sepanjang perjalanan Zara tertidur, menyenderkan kepalanya ke jendela mobil. "Jangan tidur seperti itu, Nanti telingamu sakit," tegur Arlan memiringkan kepala Zara ke bahunya yang sedang menyetir. "Aku akan pergi jauh! Jauh sekali!" Zara menceracau tidak jelas di dalam tidurnya. Arlan mencium pucuk kepala istrinya yang masih menceracau, "Kamu sungguh butuh liburan, Zara!" Untuk mencapai lokasi The L

  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 17. Akankan cinta tetap sama?

    ā¤Cinta tak akan selalu begitu, karena perasaan manusia akan selalu berubah-ubah, tetapi tidak untuk sebuah komitmenā¤ Di dalam bangsal terlihat wajah panik Bik Dartih menunggu Arlan siuman. Ia duduk di sebuah kursi di samping hospital bed, tempat Arlan berbaring. Bik Dartih masih dengan wajah pucat, menanti Arlan siuman."Kenapa lelaki sebaik ini harus menikahi Nona Zara yang tidak waras Itu!" gumam Bik Dartih melihat hospital bed di belakang Arlan. Di mana Zara terbaring belum sadarkan diri dengan tabung oksigen di hidungnya. Arlan menggerakan jarinya, ia mulai siuman. Perlahan ia membuka mata dan memegang dahinya yang terasa begitu perih, karena telah memdapatkan beberapa jahitan. "Alhamdulilah! Akhirnya Den Arlan siuman," ucap Bik Dartih lega. "Bik Dartih!" Arlan memegang dahinya. Menyadari yang telah terjadi Arlan melihat sekelilingnya mencoba menemukan Zara, "Zara di mana, Bik?" tanya Arlan matanya masih berkedip setengah sadar."Ade

  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 16. Cinta yang terluka

    ā¤Jika hati mampu bicara, maka logika akan membisuā¤ Kau bukan sekadar cinta, tetapi amanah dan tanggung jawabā¤Sreeek ...Jantung Arlan langsung berdesir, merasakan sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi di rumah, dia langsung kembali ke kelas mengambil tas punggunya."Mohon maaf! Ujiannya online saja, ya!" Arlan bergegas mengambil tas punggunya dan meninggalkan bukunya di meja begitu saja dengan wajah sangat panik.Semua mahasiswa menatap wajah tampan yang panik itu, sambil berbisik-bisik, "Ada apa ya! Wajah Pak Arlan sangat panik!""Pak ada apa?" tanya Renata, melihat wajah lelaki yang ia cintai sangat pucat."Saya ada urusan!" jawab Arlan sekilas langsung berlalu.Arlan bergegas menuju mobilnya yang berada di pakiran, menembus keramaian mahasiswa yang lalu lalang di lorong kampus. Ia tidak mempedulikan setiap orang yang ditubruknya. Wajahnya terlihat begitu risau. Sesampai di pakiran, ia langsung melaju mobilnya

  • Bride (Indonesia)Ā Ā Ā 15. AZED

    "Pergi sana!" teriak Zara, matanya mulai memerah."Kamu marah sayang!" ucap Arlan mendekati Zara dengan emosinya yang buruk.Kemudian Arlan duduk di sebelah Zara yang berbaring membelakanginya, "Jangan marah lagi!""Nananana!" Zara menutup telinganya."Mengertilah sayang, aku harus pergi berkerja!" Arlan mengelus rambut istrinya.Sedangkan Zara terus mengabaikan suaminya yang akan pergi berkerja itu."Aku pergi dulu, ya!" Arlan mencium pipi Zara yang sedang berbaring."Arlan!" Rengek Zara, melempar bantal ke arah Arlan."Kamu boleh lanjutin marahnya nanti setelah aku pulang. Aku sudah terlambat!" Arlan terus melirik jam tangannya."Aku bilang, jangan pergi!" teriak Zara."Kalau aku tidak pergi, kamu mau apa!" goda Arlan, berlalu mentup pintu kamar."Oh, Iya kalau butuh apa-apa, kamu mintak sam

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status