"Aku hanya ingin anak darimu, Sayang!" bisik sang pria sembari meraba celah lembut pada sela paha wanita yang duduk di sampingnya.
Tangan sang pria menyentak hingga robek penutup tipis yang menghalangi jemarinya dari memasuki celah lembut wanitanya.
"Och ...!"
Sang wanita menjerit tertahan namun semakin membuka kedua pahanya agar prianya bisa semakin leluasa membuatnya mencair meleleh.
--
Jordan semakin giat berlatih beladiri di dalam ruangan sempit penjara batu. Dia sudah mulai bisa menebas titik-titik air yang jatuh dari dinding batu tanpa membasahi punggung tangannya. Jordan juga sudah kuat bertahan untuk melakukan push up selama puluhan kali dan juga mulai pandai mengayunkan kakinya untuk menendang.
Pakaian yang di pakai Jordan dengan cepat menjadi kotor setelah diantarkan yang baru oleh penjaga penjara. Tatapan mata Jordan semakin terbuka dan tajam. Tidak ada lagi pemuda putus asa yang hanya mengharapkan keajaiban seperti sebelumnya.
Keajaiban adalah buah dari usaha, bukan hanya berdoa tanpa berbuat apa-apa yang kemudian berujung menyalahkan Tuhan.
Jordan bertekad untuk menjadi orang yang akan membuat keajaiban itu terjadi dalam hidupnya. Rantai besi yang tergantung pada dinding ruangan penjaranya, Jordan gunakan sebagai sarana untuk melatih dirinya bergelayutan dan memperkokoh otot-otot tubuhnya.
Namun, Jordan masih belum ingin kabur dari penjara. Meski dia mempelajari setiap tingkah polah Langley beserta para penjaganya yang sangat congkak dalam memperlakukannya serta para tahanan lain yang kini pendengaran Jordan juga semakin tajam mendengar suara-suara dari luar ruangan batunya.
Jordan perlu mengetahui semuanya, bukan hanya sekedar keluar dari ruangan penjaranya yang bisa saja berakhir di tembak mati oleh Langley serta para anak buahnya. Sedangkan tidak satupun anak buah Langley mau menjawab pertanyaannya.
--
"Ayo, makanlah sedikit. Tubuhmu semakin melemah dan kamu butuh tenaga untuk menunggu putramu kembali." ucap Pastur Lukas sambil membantu menyendokkan soup ke mulut Mary Helena.Mary Helena menatap wajah pria yang telah menjaga dan menyelamatkannya tersebut.
"Terima kasih, Pastur. A-apakah Jordan masih hidup? Apakah Anda mendapatkan informasi tentangnya? Bagaimana keadaannya?""Selama kamu masih bermimpi tentang Jordan yang masih hidup, saya yakin, putramu masih hidup. Segera kita mendapatkan info tentangnya." sahut Pastur Lukas lembut mengelap sudut mulut Mary Helena dari soup yang tumpah.
"Dia sangat menderita ..." Mary Helena tidak sanggup meneruskan ucapannya dan airmatanya sudah jatuh berderai.
Pastur Lukas menarik napas tidak berdaya. Meskipun Pastur Lukas tidak memiliki bukti tentang penjebakan yang terjadi pada Jordan, tetapi dia mendengar nama Kalf Robson di sebut sebagai murid terbaik dengan nilai tertinggi lulus dari Seminari.
Kalf Robson yang selama ini dikenal cukup dekat dengan Jordan dan membawanya untuk bermalam di luar lingkungan Seminari, bukanlah seseorang yang pantas diluluskan dari Seminari. Karl sering menyelinap pergi keluar untuk bermain wanita, merokok di toilet juga beberapa kali terpergok para pengajar dan penjaga asrama, sedang meminum alkohol yang memabukkan.
Sedangkan, Wanita yang diberitakan tewas di atas ranjang Jordan adalah Yuri, sepupunya Kalf, putrinya Ben Horik yang seorang pengusaha kaya juga sangat terkenal di seantero Swedia.
Karena menyadari hal tersebutlah, Pastur Lukas buru-buru menyusul Mary Helena dan Siggy yang sudah dalam perjalanan pulang. Lalu dengan inisiatifnya Pastur Lukas membawa Mary Helena kabur hingga ke pedesaan yang sangat jauh dari tempat mereka berasal sebelumnya.
Insting Pastur Lukas memang tidak salah, karena begitu Siggy sampai di kediaman Mary Helena, orang-orang dari Ben Horik datang untuk mencarinya. Rumah May Helena dibuat porak poranda yang lalu mereka bakar karena tidak bisa menemukan Mamanya Jordan tersebut.
Mary Helena baru saja membuat pengakuan dosa sekaligus berdoa untuk keselamatan Jordan setelah menolak bubur dari Pastur Lukas, saat seorang pria bertubuh tinggi besar masuk terburu-buru ke dalam rumah tempatnya bersama Pastur Lukas berada.
"Kau sudah menemukannya? Dimana dia?" tanya Pastur Lukas to the point pada pria yang sedang berjalan ke arah dapur untuk mengambil air minumnya sendiri.
"Aku sudah mengelilingi setiap penjara juga pemakaman di Swedia ini, tapi tidak menemukan jejak tentang pria itu. Mungkinkah dia telah dijatuhkan tenggelam ke dalam laut?" sang pria menjawab setelah meneguk air di gelasnya dalam tegukan besar.
Mary Helena menatap Pastur Lukas yang terlihat tidak terganggu akan kehadiran pria di depannya tersebut. Matanya masih memindai penampilan dari sang pria yang terlihat sangat kasar juga tubuhnya berlumuran debu dan kotor. Rambutnya melewati bahu dan diikat asal-asalan.
"Akan ku siapkan air mandi dan pakaian bersih," ucap Mary Helena berusaha membawa tubuh ringkihnya bangkit berdiri.
"Tidak perlu, Nyonya Mary! Saya bisa melakukannya sendiri." sahut sang pria dengan nada sangat sopan dan lembut. Jauh berbeda saat dia berbicara dengan Pastur Lukas.
Mary Helena mengerjapkan kelopak matanya pada sang pria, lalu menoleh pada Pastur Lukas.
"Dia adalah saudaraku, Maximus Layton. Aku mengiriminya surat agar membantu mencari Jordan," tutur Pastur Lukas memperkenalkan pria yang telah duduk menghadap Mary Helena."Suratmu sampai setelah satu tahun waktu berlalu! Aku sedang ada banyak misi dan juga kesulitan melacak jejaknya. Kenapa kau tidak menghubungiku melalui ponsel? Ach, lupa ...kau anti menggunakan perangkat telpon!" cetus Maximus sambil menggerutu pada Pastur Lukas.
Maximus menyandarkan punggung besarnya ke sandaran kursi duduknya dan mengambil napas dalam-dalam memenuhi paru-parunya dengan udara segar yang angin bertiup sepoi masuk ke teras belakang rumah tempat tiga orang itu sedang duduk.
Mary Helena terus menyimak pembicaraan dua pria bersaudara tersebut yang memiliki suara mirip tetapi perawakan sangat jauh berbeda.
Pastur Lukas Layton memiliki tubuh tinggi tapi kurus dengan wajah sangat teduh dan selalu tersenyum. Sedangkan Maximus bertubuh tinggi dengan otot lengan terlihat sangat besar di balik bajunya. Wajah Maximus juga sangat keras dengan sorot matanya tajam menusuk dan dingin, seakan hidupnya penuh dengan kegelapan pekat sehingga membutuhkan ketajaman penglihatan untuk terus berjalan dan hidup.
"Ada beberapa penjara yang masih belum aku selidiki. Itu adalah penjara yang berada di pulau dan ..."
"Tolong Max, aku akan memberikan semua harta kekayaanku padamu. Silakan ambil ...kamu bisa menemui Siggy dan Marco untuk mengambil alih, tolong temukan anakku. Aku mohon padamu!"
Mary Helena menjatuhkan lututnya ke lantai kayu, bersujud di depan Maximus yang terkejut melihat wanita tercantik di Swedia tersebut menyembahnya.
Demi Jordan, Mary Helena rela melakukan apa saja, selama itu tidak bertentangan dengan Imannya. Hanya Jordan yang Mary Helena miliki dimana kedua orangtua dan suaminya, Papanya Jordan juga telah tewas.
"Berdirilah, Nyonya Mary. Aku akan mencarinya untukmu. Ku mohon, jangan sembah aku seperti ini, aku tidak pantas!"
Maximus memegangi kedua bahu Mary Helena dengan hati-hati, kuatir meremukkan tulang belulang wanita yang masih terlihat sangat cantik tersebut dengan cengkeramannya.Setelah makan malam, Maximus pamit pergi karena dia juga sedang ada misi yang harus dituntaskan dari majikannya untuk membunuh seseorang.
Maximus adalah seorang pembunuh yang sangat kejam dan tidak banyak yang mengetahui identitas asli dirinya karena siapapun yang mengetahuinya akan segera dia lenyapkan. Tetapi dia berani muncul di depan Mary Helena yang akhirnya mengetahui tentang adik kandung Pastur Lukas tersebut. Identitas yang sangat bertolak belakang dengan kakak lelakinya.
"Cepatlah temukan anak itu, saya kuatir Mary Helena tidak bisa lagi bertahan. Tapi sebelum itu, tolong sampaikan surat ini pada Siggy dan Marco Ilso." Pastur Lukas memberikan dua buah surat pada Maximus sambil mengantarkan adik lelakinya tersebut pergi di halaman.
"Kau berhutang terlalu banyak padaku, Bro!" sahut Maximus sambil menyeringai masam menerima dua buah surat yang langsung dia selipkan ke dalam pakaiannya.
"Aku akan berdoa untuk pengampunanmu. Sepanjang usiaku, akan aku gunakan untuk mendoakanmu. Sekecil apapun kebaikan yang aku lakukan, aku niatkan pahala terbesarnya untukmu." tukas Pastur Lukas sembari tersenyum lembut.
Maximus merundukkan wajahnya dan Pastur Lukas memberikan kecupan kasih pada kening saudaranya tersebut yang bisa dilihat oleh Mary Helena dari jendela kamarnya.
"Papa!" Lagertha meloncati beberapa anak tangga dan berlari masuk ke ruangan makan sambil memanggil Papanya yang sedang duduk hendak sarapan. "Och, pakaian apa yang kamu pakai, Young Lady?!" protes Priskila pada putrinya yang memakai pakaian serba mini, hanya terlihat menutupi bagian penting pada tubuhnya saja. "Ini model kekinian, Mam!" sahut Lagertha, sang gadis muda pada Mamanya sambil cengengesan. "Papa, aku butuh mobil, kartu kredit dan senapan baru!" ucap Lagertha pada pria yang dia panggil 'Papa' dan tidak pernah berhenti tertawa kecil melihat tingkah polah putrinya tersebut yang sangat tomboi. "Mobil baru yang kamu inginkan itu akan datang paling lambat besok, ini kartu kredit baru dan senapan sedang dalam pengiriman satu minggu lagi sampai di sini." Rollo Connor, Papanya Lagertha menjawab sambil mengeluarkan kartu kredit tanpa limit untuk putrinya. Sebelumnya Lagertha menghilangkan tas berisi dompet dan semua kartu pembayarannya di dalam sebuah bar saat dirinya hen
Jordan kembali mendapat hadiah cambukan ke dua puluh tujuh. Ya, pria malang itu telah berada di penjara batu dalam pulau selama lima tahun. Langley semakin menggila mencambuki punggung Jordan. Tetapi Jordan sudah tidak berteriak lagi juga tidak melantunkan firman Tuhan. Sebaliknya Jordan justru tertawa terbahak-bahak, menantang Langley agar membunuhnya dengan cambukan. Punggung Jordan sudah seperti akar pepohonan karena banyak terdapat bekas luka serta bilur-bilur daging menggumpal mengeras yang saling bersambungan. "Kau menantangku, Jordan?!" Sreekk ...Cratt! Cambukan Langley berayun tinggi dan segera ujungnya tenggelam ke dalam luka pada punggung Jordan yang telah mengalirkan darah segar hingga menetes pada lantai batu. "Kau sudah tua, Langley! Cambukanmu seperti elusan bayi!" Jordan terbahak-bahak hingga memuntahkan seteguk darah dari tenggorokannya yang kian terasa perih. Jordan mempertaruhkan tubuh dan nyawanya sendiri untuk mengukur batas kemampuan Langley. Langley kemba
Langley mengambil pisau yang terselip di samping pahanya dan langsung melemparkannya ke arah Jordan. Namun ... Maximus yang sudah terlatih merasakan bahaya, menoleh dan menangkap pisau dengan telapak tangannya yang langsung dia genggam erat selama beberapa detik. Lalu membalikkan dan melemparkan pisau itu kembali ke arah Langley yang menancap di atas jantung pria itu. "Achk!!" Satu tangan Langley memegangi pisau di dadanya dan satu lagi terulur maju ke arah Jordan yang sudah dipapah berdiri oleh Maximus. Tetapi tidak ada kata yang terucap keluar dari mulut Langley selain suara napasnya yang mendidih dan beberapa detik kemudian tubuhnya ambruk ke belakang, jatuh berguling-guling pada tangga batu dan mendarat melintang dengan posisi kepala tertekuk ke depan dadanya. "Tunggu!" Jordan menahan langkah Maximus yang hendak mengangkat tubuhnya seperti anak-anak untuk melangkahi mayat Langley. Jordan berusaha menahan perih pada punggungnya untuk membungkuk, mengangkat sedikit tubuh bag
Keadaan Mary Helena benar-benar membaik sejak bertemu Jordan. Mary Helena yang sering diajak menemani suaminya berlatih dahulu, memberikan beberapa petunjuk jurus ninja pada Jordan. "Berdirilah ...aku bisa membantu Mama latihan sedikit agar peredaran darah dalam tubuh Mama lancar," ucap Jordan lembut meraih telapak tangan Mary Helena yang langsung mengikuti perkataan putranya. "Seharusnya aku menghabiskan lebih banyak waktu untuk menemani Mama, maafkan aku!" bisik Jordan yang merasa bersalah telah meninggalkan wanita kesayangannya tersebut untuk masuk ke Seminari hingga dia dibuang di penjara terpencil. "Jangan lagi minta maaf, semuanya telah berlalu ..." Mary Helena menjawab sembari mengikuti gerakan tangan Jordan yang memandunya, lalu berbalik menatap putra tampannya tersebut. "Sebenarnya Mama sudah berjanji dan Marco juga telah mempersiapkan semua harta keluarga Mama diberikan pada Maximus. Sebagai imbalan telah membawamu pulang ke Mama," tutur Mary Helena yang membuat mata Jo
Jordan terpelanting terbang beberapa meter ke belakang dan mendarat di atas rumput ilalang yang tumbuh melebat menahan tubuhnya seperti tikar alami. "Ikut denganku, aku akan melatihmu seperti permintaan Mamamu padaku!" ucap Maximus seraya mengulurkan telapak tangannya ke depan wajah Jordan. "Berada di sini, menunggu kamu di tangkap polisi atau pembunuh bayaran, sama artinya dengan bunuh diri. Apakah menurutmu itu yang diinginkan Mary Helena untuk kau lakukan? Bunuh diri?" tambah Maximus yang akhirnya telapak tangannya direngkuh oleh Jordan dan pria itu bangkit dari jatuh tertelentangnya di atas rumput ilalang. "Baik!" akhirnya Jordan menjawab dengan satu kata yang pendek setelah dia menatap makam Mamanya yang tadi dia terbang melewatinya akibat tendangan bertenaga dari Maximus. Sudut bibir Maximus tertarik naik sedikit yang tidak bisa dilihat oleh Jordan. Karena Maximus punya rencana yang mungkin akan melatih pria muda itu gila-gilaan untuk menjadi penerusnya, tangan kanan Rollo s
"Tolong temukan putriku, Max!" pinta Rollo seperti memohon pada Maximus yang berdiri di depannya. "Ada pengkhianat diantara para pengawal putriku dan dia sedang pergi memancing di danau beku saat para pengawalnya yang lain ditembaki hingga tewas." tambah Rollo memberikan informasi pada Maximus, tangan kanan kepercayaannya. "Baik. Saya akan menemukan Lagertha dan membawa kepala pengkhianat itu ke hadapan Anda, Bos!" sahut Maximus seraya menundukkan tubuhnya hormat pada Rollo. Maximus sudah sangat paham dengan hobby Lagertha yang memang tidak biasa, seperti berkemping di puncak pegununan bersalju, memburu hewan atau memancing ikan di danau beku. Meski jika Lagertha mau makan daging hewan liar hasil buruan atau ikan dari danau beku, Rollo bisa mendatangkannya dengan mudah tanpa Lagertha harus repot melakukannya sendiri. Tetapi gadis tomboi itu selalu menolak dan ingin memburu serta memancing ikannya sendiri. "Kenapa genetik Papamu harus turun plek ketiplek padamu, Lagertha?" des
Setelah beberapa jam dalam pencarian Lagertha, Maximus ingat jika dia meninggalkan Jordan tanpa bahan makanan atau pun minuman di rumahnya. "Teruskan pencarian dan laporkan padaku sekecil apapun penemuan kalian. Ada yang harus aku kerjakan dulu." ucap Maximus dalam sambungan radio ke anak buah kepercayaan Rollo yang ikut menyusuri jalanan mencari keberadaan Lagertha. Setelah membeli banyak bahan makanan yang bisa di simpan dalam jangka waktu lama, minuman dan buah, Maximus melajukan mobilnya kembali pulang ke rumah tinggalnya. Namun betapa terkejutnya Maximus begitu dia memasuki rumahnya, melihat gadis muda yang telah membuatnya serta anak buah Rollo yang lainnya membuang-buang waktu menyusuri selak beluk jalanan, ternyata berada di rumahnya bersama Jordan. Dan yang paling mencengangkan adalah ucapan dari gadis muda putri bosnya itu yang bisa berkata tanpa beban, "Aku adalah wanitanya Jordan" tutur Lagertha santai seakan dia sudah mengenal lama dengan Jordan. Maximus menaik
Wilson, asisten Rollo membawa Jordan dan Maximus langsung ke ruangan kerja Rollo di kediaman pribadinya.Sedangkan Lagertha pergi menemui Mamanya yang sejak mendapat kabar dirinya hilang hingga diburu oleh pengawalnya yang berkhianat, terbaring lemas di atas ranjang. "Mama ..." panggil Lagertha setelah membuka pintu kamar, langsung berhambur untuk memeluk wanita yang telah melahirkannya tersebut namun sering dia buat cemas. "Bagaimana keadaanmu? Apakah kamu terluka? Apakah kamu dilecehkan? Apakah para pria itu menyentuh tubuhmu?" Priskila berusaha bangkit untuk duduk, masih tetap memeluk wajah Lagertha yang bersandar manja di dadanya. Perawat yang hendak masuk ke dalam kamar Priskila dilarang oleh pelayan kamar untuk masuk karena ada Lagertha yang bersama Nyonya mereka. "Aku baik-baik aja. Pria yang saat ini bertemu dengan Papa, menyelamatkanku tepat waktu sebelum para berandalan memperkosaku ...""Memperkosamu? Oh, kamu hampir diperkosa, Lagertha?" Priskila terkejut dan segera m
Mister Bough mengamuk murka. membanting semua benda di atas meja kerjanya berantakan jatuh ke lantai, begitu melihat tayangan video yang dikirimkan oleh seseorang ke ponselnya.Dua orang anak buahnya yang menyeret tubuh Kaye ke dalam danau, terlihat beberapa kali mengikuti Ben Horik berpergian. Hal tersebut jelas mengindikasikan jika kedua anak buahnya tersebut selama ini membelot pada pihak Ben Horik. "Beraninya pria terkutuk itu menyusupkan mata-mata di sekitarku!" Mister Bough mendengkus geram memukul meja kerjanya dengan telapak tangan terkepal kuat. "Tiger, bawa semua anggota keluarga kedua orang itu ke hadapanku dan ..." "Permisi, Sir." terdengar suara ketukan pada daun pintu ruang kerja, "Ada Zero ingin bertemu Anda, membawa oleh-oleh." penjaga di depan pintu berteriak nyaring memberitahukan kedatangan Zero sehingga memotong perkataan Mister Bough yang ia tujukan untuk Tiger, asisten pribadinya. "Masuk!" Zero melangkahkan kakiinya memasuki ruangan kerja Mister Bough yang b
Entah sudah berapa jam Zetha merawat tubuh besar Maximus yang ia buat tetap tertidur pulas selama diberikan perawatan dan pengobatan, Luciano Sky selalu sigap luar biasa mendampingi, menyiapkan segala sesuatunya memudahkan pekerjaan Zetha. Dari menyodorkan jepitan sedotan ke sela bibir Zetha ketika mendengar hembusan napas pelan istri cantiknya itu, mengelap keringat, juga menyingsingkan lengan bajunya sampai ke turut serta menggunting benang begitu Zetha selesai membuat simpul dari menjahit bagian-bagian tubuh Maximus yang terbuka. Luciano dan Zetha benar-benar pasangan yang seiring senapas. Luciano selalu tahu apa yang harus dia lakukan dan diinginkan oleh Zetha tanpa istrinya itu berkata mengungkapkannya.Pun sebaliknya, Zetha akan selalu tahu saat Luciano menahan napas ketika tanpa sengaja jemari tangannya menyentuh tangan Marco Ilso yang ia genggam secara refleks. Zetha akan mendekatkan posisi tubuh serta kepala ke depan bibir Luciano agar suaminya itu bisa mengecup atau menciu
Jordan dengan Lagertha duduk pada kursi penumpang, mengemudikan mobil sport yang Lagertha curi, sangat cepat mengikuti mobil di depan mereka yang dikemudikan oleh anak buah Jasper melaju kencang membawa Maximus, Marco dan Kai ke landasan pacu helikopter. Maximus terluka parah, pun juga Kai mengalami cidera tusukan pisau pada perutnya. Mereka benar-benar seperti berlomba dengan waktu. Marco sudah menghubungi dokter terbaik untuk Maximus dan Kai sebelum diperintahkan oleh Jordan. Marco sangat paham seperti apa peran Maximus bagi Jordan dan Lagertha.Iringan mobil anak buah Jasper dan Jordan yang seolah membelah pekatnya jalanan daerah perbatasan, berpapasan dengan rombongan mobil pasukan keluarga Bough. Mister Bough yang turut serta berada dalam mobil anak buahnya, menolehkan kepalanya sejenak memandangi bagian belakang mobil sport yang dikemudikan Jordan.Alis pria tua tersebut terlihat sedikit bertaut, tetapi belum sempat bibirnya memberikan perintah pada sopirnya untuk berbalik, k
Jordan menyambar jubah dari tubuh mayat yang memiliki ukuran paling besar, melingkupkannya ke Maximus yang menyeringaikan sudut bibir tersenyum getir. "Aku tidak mengijinkanmu mati, Max! Jadi bertahanlah dan akan ku cari dokter terbaik untuk mengobatimu." bisik Jordan lembut tetapi setiap suku katanya penuh penekanan akan perasaan terdalamnya. "Kai, Lagertha ...!" Jordan berseru memanggil Lagertha dan Kai yang berlari meloncat bergegas mendekat. Malang bagi Kai yang sangat terburu-buru, ia justru berhadapan dengan Kaye yang masih menggenggam pisau di tangannya. Atau mungkinkah takdir untuk Kai? "Kai ...!" Maximus berusaha memanggil lirih untuk memperingatkan pemuda itu akan Kaye yang pandai ilmu beladiri. "Aku melihat ada mobil sport di samping rumah, cepatlah bawa Max ke sana. Segera aku akan menyusul." Jordan berbisik pada Lagertha yang tatapan matanya ragu, tetapi ia tetap menganggukkan kepala. "Kaye itu licik. bantu Kai ..." Maximus berkata sangat pelan yang langsung dimenge
Bagian depan pintu masuk gelap. Percikan cahaya terlihat jauh di dalam ruangan yang sepertinya itu adalah cahaya lilin.Jordan memberi kode untuk ia masuk lebih dulu ke dalam rumah, Lagertha di tengah dan bagian belakang Kai yang waspada akan sekelilingnya.Baru saja Jordan masuk ke dalam ruangan, wajahnya langsung terteleng ke samping. sebuah tinju dengan tenaga besar sangat kuat menghantam rahangnya hingga berderak.Perkelahian tidak dapat dielakkan. Jordan menutup pintu di belakangnya agar Lagertha tidak masuk dulu bersama Kai.Sang pria di dalam rumah kembali melayangkan pukulan ke arah Jordan, tetapi pemuda itu telah merunduk dan needle di tangannya dengan cepat menusuk perut sang pria yang ia gerakkan ke samping untuk merobek tanpa ampun.Mereka harus cepat, Jordan tidak memiliki waktu untuk bermain-main. Ia menarik needle dari perut sang pria yang terduduk menekuk lutut di lantai setelah memburai isi dalam perutnya ke
Jordan masih terbaring menengadah, melihat titik-titik air hujan yang jatuh melewati dedaunan lebat di atasnya. Hujan lebat kembali mereda berganti gerimis. Namun Jordan belum ingin bangkit dari posisi tidur telentangnya. Beberapa burung sudah keluar berkicau dan tupai serta monyet bersenda gurau di atas pepohonan. Jordan memperhatikan semuanya. Ia juga merasakan pil yang dijejali Zero masuk ke dalam mulutnya sudah mulai bekerja dari dalam, membuat pernapasan jadi teratur pun peredaran darahnya semakin lancar. "Pejamkan matamu, tebaslah titik-titik air tanpa membasahi tangan!" terngiang dalam kepala Jordan arahan dari Keigo, Papa kandungnya sewaktu ia masih dalam penjara tengah pulau. Jordan juga teringat ketika tadi Zero mengatakan, ""Latih fokusmu menebas titik-titik air hujan! JIka tidak, kau tak pantas mendapatkan istri cantik seperti Lagertha Connor!" Pria bertopeng itu juga menyebut Jordan, lamban, lemah dan tatapan kedua matanya terlihat sangat meremehkan Jordan. Perlahan
Hujan masih gerimis besar-besar yang bisa membuat tubuh seseorang basah kuyup jika lima menit saja berada di luar ruangan. "Aku akan siapkan sarapan untukmu," ucap Lagertha pada Jordan, telah berganti pakaian dengan sangat cepat setelah bercinta dan mereka mandi bersama membersihkan diri. "Nanti saja. Aku belum lapar." tolak Jordan seraya menyambar cepat pinggang ramping Lagertha untuk ia ciumi samping lehernya sambil mengendus aroma wangi tubuh istrinya itu. Lagertha sudah sangat paham kebiasaan Jordan yang akan mengendusnya jika ingin minta sesuatu. "Katakan, kamu mau apa dan kemana? Bersama siapa?" Lagertha meraih dan menangkup wajah berbulu maskulin Jordan untuk ia bawa menatapnya. Maximus sedang pergi mengontrol pengiriman 'paket-paket' dari organisasi mafia yang juga mereka sebut organisasi Jola. Sedangkan Marco setiap pagi hingga siang atau sore hari akan menghandel pekerjaan di perusahaan dan Jasper melakukan inspeksi lokasi untuk mendirikan pabrik di wilayah Asia bersama
Jordan mengerjakan dan memantau pekerjaannya dari kediaman. Ia semakin giat berlatih dan membuat tubuhnya bugar selalu. Ini adalah hari ke tujuh sejak pertemuan Jordan dan Zero di dalam hutan, belum ada tanda-tanda Zero datang berkunjung lagi. Pagi ini hujan turun cukup deras, namun tidak mengurungkan niat Jordan untuk melakukan inspeksi rutin setiap hari dengan waktu tak menentu memeriksa sekeliling kediaman. "Aku sudah siapkan air hangat untukmu berendam," Lagertha langsung menyambut Jordan di depan pintu belakang kediaman dengan jubah handuk di tangannya. Jordan menerima jubah handuk untuk ia lilitkan ke tubuh basahnya seraya memberikan kecupan ke pipi Lagertha yang berjingkat meringis karena merasakan dingin dari bibir Jordan sementara pria itu terkekeh rendah. "Dimana Joshua?" "Tidur lagi dengan Vanessa setelah sarapan." Lagertha menjawab sambil mengikuti langkah kaki Jordan menaiki tangga menuju lorong kamar. Jordan mampir ke kamar Joshua yang hanya digunakan di waktu sia
Jordan tiba-tiba terbangun dari tidur, mendapati Lagertha masih terlelap dalam dekapannya. Jordan bangkit perlahan, memindai sekelilingnya yang sinar lampu sangat temaram,, celingukan mencari Joshua yang ia lupa jika bayi tampan itu tidur bersama Samantha. Seakan terhubung dengan Jordan, Joshua terdengar merengek manja ikut terbangun di kamar Samantha. Jordan sudah berjalan ke depan pintu kamar Samantha terbangun oleng berusaha membujuk Joshua yang sedikit rewel. "Berikan padaku," Jordan sudah membuka pelan pintu kamar Samantha. Joshua di gendongan Samantha langsung mengulurkan lengan gempalnya ke arah Jordan yang tersenyum lembut meraih bayi tampan itu dan menghapus jejak airmatanya. "Dia belum terbiasa tidur berpisah dengan kami, aku akan membuatkannya susu dan membawanya tidur ke kamar." tutur Jordan yang akhirnya dianggukkan Samantha. "Terima kasih, Jordan." Samantha tetap merasa perlu berterima kasih pada suami keponakannya yang begitu sangat bertanggung jawab juga lembut dal