“Apa itu karena gue?” Caramel menatap Tari, tatapannya itu membuat semua temannya yang ada disana pun ikut menerka-nerka. “Enggak itu bukan karena lo kok!” “Lo boleh jujur kok Mel, kalau itu emang bener-bener karena gue. Gue bakalan nerima resikonya!” ucap Tari. Dia sangat merasa bersalah kepada Caramel karena telah bermain belakang dengan Kemal, walaupun sebenarnya dia yang berusaha untuk mendekati Kemal. Tetapi Kemal sangat menyambutnya dengan baik sehingga membuat Tari merasa ada lampu hijau yang diberikan oleh Kemal kepadanya, tetapi pada akhirnya Tari sadar dan merasa sangat bersalah pada Caramel. Dia yang tau dari awal seharusnya itdak melakukan hal itu, namun rasa sukanya pada Kemal membuat Tari gelap mata dan salah arah. Caramel melepaskan genggaman tangannya pada Tari. “Gue udah bilang kalau perceraian gue ini gak ada sangkut pautnya sama lo. Ada satu alasan yang emang bener-bener buat gue untuk berpisah sama Kemal. Jadi lo gak usah ngerasa bersalah gitu, lo itu manusia wa
Pak satpam itu memberikan sebuah amplop pada Caramel, “Saya tidak tau, tapi tadi ada yang memberikan saya ini!” ucap pak satam.Caramel mengambil amplop coklat itu, "Makasih yah pak!""Sama-sama!" jawab pak satpam. "Saya permisi dulu!""Iya pak!" pak satpam pun meninggalkan Caramel yang masih menebak-nebak isi dari amplop itu, setelah itu Caramel langsung menuju kamar apartemennya. Sesampainya disana, Caramel membuka amplop itu di sofa. Caramel merasa cemas sekaligus degdegan saat membuka amplop itu, lalu Caramel tersenyum miring saat melihat isi dari amplop itu. "Sudah aku duga," isi dari amplop itu adalah surat gugatan cerai yang sudah ditandatangani langsung oleh Kemal.Caramel tidak tau apa yang dia rasakan sekarang, disatu sisi dia merasa sedih tetapi disatu sisi yang lain dia sendiri yang meminta cerai dan hal itu mungkin akan membuat Kemal bahagia karena dia sudah terlepas dari Caramel yang jelas-jelas bukan Kemal yang harus bertanggung jawab atas kehamilannya.Tetapi, Caramel
"Gimana hasilnya Gus?" tanya Leon.Caramel mengerutkan keningnya, dia merasa kalau dokter itu kenal dengan Leon. "Lo liat sendiri aja!" dokter yang bernama Agus itu pun memberikan sebuah amplop berwarna putih kepada Leon.Leon menganggukkan kepalanya "Lo emang temen gue yang paling baik," ucap Leon."Biasa aja lo," jawab dokter Agus sambil terkekeh."Makasih yah! Gue jadi ngerepotin lo!""Santai aja kali Yon. Eh gue gak bisa lama-lama nih ngobrolnya, masih banyak pasien yang harus gue periksa soalnya!"Leon menepuk-nepuk bahu dokter Agus, "Oke, thanks yah udah mau bantuin gue!""Iya sama-sama, kayak ke siapa aja loh. Yaudah yah gue tinggal dulu! Mari om, semuanya!" Leon menganggukkan kepalanya, lalu dokter Agus pun pergi."Jangan kita bicarakan hal disini. Kita bicara di rumah saja!" usul papah Dion, "Malu kalau kita berbicara masalah keluarga di tempat umum kayak gini!""Tapi pah, mamah kan belum tau tentang ini!""Karena itu kita harus bicara di rumah mamah kamu juga berhak tau! Ayo
"Tapi untuk apa aku tanda tangan surat ini? Aku dan dia kan nikah sirih?" Setau Caramel bercerai saat menikah sirih itu cukup dengan mengatakan talak saja. Caramel jadi teringat dengan kata-katanya waktu itu yang masih dalam keadaan emosi kalau semuanya akan diurus. Dia sama sekali tidak mengingat kalau dia nikah sirih. "Mungkin untuk tanda kalau aku dan dia sudah tidak ada hubungan lagi?"Caramel kembali menyimpan surat tersebut diatas lemari kecilnya, dia berencana untuk memberikannya secara langsung pada Kemal. Dia sudah menikah dengan Kemal secara baik-baik dan sekarang pun Caramel ingin berpisah dengan Kemal secara baik-baik mengingat bagaimana lelaki itu selalu baik padanya, Caramel tidak mau kalau setelah bercerai hubungan mereka menjadi seperti orang asing yang tidak pernah saling mengenal satu sama lain sebelumnya.Caramel pun berpikir bagaimana dengan Leon dan Alexa, apa mereka berdua akan melakukan hal yang sama seperti apa yang dia lakukan. Caramel juga berharap apa yang d
Leon membawa kopernya, dia akan pergi dari rumah ini dan akan menceraikan Alexa. Bagaimana pun Leon tidak bisa terus bersama dengan wanita yang jelas-jelas telah berselingkuh dan hamil anak laki-laki lain.Alexa yang sedang duduk disofa bersama dengan kedua orang tuanya tak lupa juga dengan Elvana yang ada dipanggkuan papah Dion. Dia langsung menghampiri Leon dan menghalangi Leon.“Kamu mau kemana?” tanya Alexa dengan raut wajah yang panik.“Minggir!”Alexa menggelengkan. “Enggak! Gak bakalan aku biarin kamu pergi ninggalin aku Leon!” Leon sama sekali tidak memperdulikan Alexa lagi, dia tetap melanjutkan langkahnya menuju pintu depan.Sedangkan kedua orang tua Alexa hanya bisa diam melihat apa yang terjadi didepan mereka. Bukannya tidak mau untuk membujuk Leon, tetapi kedua orang tua Alexa pun sudah merasa sangat malu dengan apa yang telah dilakukan oleh Alexa.Alexa masih berusaha untuk mengejar Leon yang sudah sampai didepan pintu depan. “Sudah aku katakan bukan? Kalau kamu mencerai
Yang Caramel rasakan saat ini dia sangat lemas dan lelah serta masih ada rasa sakit yang dia rasakan setelah melahirkan. Sudah beberapa saat Caramel menunggu, bayinya itu masih dibawa oleh suster yang akan membersihkan darah.Selama proses persalinan, hanya mamahnyalah yang menemaninya. Sempat Caramel berfikir kalau Leon akan menemaninya melahirkan anak mereka. Tetapi Leon tidak ada dan tidak mungkin juga Leon datang menemaninya karena dia bukan suami Caramel dan sudah pasti juga Leon lebih memilih untuk menemani Alexa seperti apa yang dilakukan Kemal. Caramel juga sangat yakin kalau Kemal saat ini sedang menunggu Alexa bersama dengan Leon.Memikirkan hal itu tentu membuat Caramel merasa sangat sedih karena tidak ada yang perduli padanya selain mamahnya dan juga papah Dion yang beberapa kali datang melihatnya.“Minum dulu!” mamah Yuni sambil membantu Caramel untuk membenarkan posisinya menjadi duduk.Caramel tersenyum sambil mengambil gelas yang diberikan oleh mamahnya, “Makasih mah!”
Dengan enggan, mamah Yuni tetap memberikan bayi Caramel kepada Leon. Leon dengan sangat senang menerima anak itu. Pada saat Leon menggendong bayi itu, dia merasakan kebahagian yang sangat besar ketika pertama kali dia menggendong bayi ini. Ada getaran yang dia rasakan, Leon merasa sangat terharu dan sekaligus menyesal karena dia pernah tidak menerima bayi ini sebagai anaknya. Tetapi semuanya telah jelas sekarang, melihat betapa miripnya bayi ini dengannya.Anak ini yang seharusnya selama ini dia jaga, tetapi malah dia telantarkan begitu saja dan memilih untuk menikah dengan Alexa. “Ganteng banget!” gumam Leon sambil mengelus-ngelus pipi anaknya itu.“Anak siapa yang kamu gendong?” tanya mamah Martia.Leon langsung menoleh pada mamahnya yang sedang berdiri dibelakangnya. “Emm ini…”Mamah Martia mengerutkan keningnya, “Kenapa kamu kebigungan gitu?”“Ini cucu saya!” jawab mamah Yuni yang membuat mamahnya Leon itu langsung kaget.“Berarti ini anak wanita jalang itu?” tanya mamahnya, “Ber
“Apa besok aku sudah bisa pulang?” tanya Caramel pada mamahnya yang sedang menimang anaknya itu.“Kita tunggu dulu aja kata dokter gimana, kalau besok kamu sudah bisa pulang kamu harus pulang ke rumah mamah sama papah kamu!” jawab mamah Yuni.Caramel ingin menolak, tetapi setelah dia pikir kembali hal itu akan merepotkan dirinya sendiri yang baru saja melahirkan anak. Caramel juga tidak mungkin mengurus anaknya sendirian dan dia membutuhkan bantuan dari mamahnya. “Iya mah!” Caramel menatap ke sekeliling, papah tirinya itu belum masuk ke dalam ruangannya sejak 30 menit yang lalu dia pindah ke ruangan ini. “Gimana Alexa sekarang mah? Anaknya baik-baik aja kan?”Mamah Yuni tersenyum lalu memberikan cucunya kepada Caramel karena tangannya yang mulai merasakan pegal. “Kita berdoa aja yang terbaik buat adik kamu itu yah. Semoga dia dan anaknya selamat!”Caramel menganggukkan kepalanya, “Amin!” jawab Caramel.Tak lama kemudian, Caramel mendengar suara ketukan pintu dari luar. Dia menoleh dan
Kesal, marah dan sedih. Semua rasa itu bercampur didalam pikiran Caramel, sudah dua minggu lebih anaknya menghilang dibawa oleh orang lain, tapi perkembangan dari pihak kepolisian tidak ada perkembangan sama sekali.Disisi lain juga dia meminta bantuan dari pihak kepolisian, Caramel meminta bantuan dari para ustad untuk mendoakan anaknya agar segera ketemu dan bisa balik lagi bersama dengan Caramel. Bukannya Caramel tidak percaya dengan pihak kepolisian, namun dia berfikir semakin banyak orang yang mendoakan anaknya, maka anaknya akan semakin cepat untuk ditemukan.Tetapi, Caramel sudah tidak bisa menahan rasa rindunya lagi kepada anaknya itu. Dia ingin bertemu dengan anaknya hari ini juga tidak perduli bagaimana caranya.Mamah Yuni yang melihat penampilan anaknya sekarang, dia sangat khawatir. Mamah Yuni tau kalau Caramel sangat merindukan anaknya sampai dia lupa untuk mengurus dirinya sendiri. Bahkan selama dua minggu ini pun mamah Yuni tidak pernah meninggalkan Caramel sendirian di
Keyra menarik Kemal untuk keluar dari apartemen Caramel, “Kak ini maksudnya apa? Kenapa kak Leon mau mengambil Emir? Ada apa ini?” tanya Keyra bertubi-tubi.Kemal menyenderkan punggungnya didinding, “Nanti, nanti kakak kasih tau kamu, yang harus kamu ketahui sekarang adalah semua yang ada dipikiran kamu itu tidaklah benar!”Keyra mendekati Kemal, “Melihat kakak berbicara seperti barusan membuat aku semakin yakin kalau kakak sedang berbohong sama aku. Apa yang kakak sembunyiin dari aku?” tanya Keyra serius. “Aku terus merasa sangat aneh apalagi ketika aku melihat anak kak Alexa yang terlihat mirip dengan kakak, dan setelah aku bandingkan dengan Emir dia tidak ada kemiripan sedikit pun dengan kakak. Apa yang kakak sembunyiin dari aku dan kedua orang tua kita kak, aku mohon kakak jawab dengan jujur pertanyaan aku ini!”Kemal menghela nafasnya, Keyra tetap ingin mengetahui kebenarannya tetapi Kemal belum bisa memberitahu Keyra sekarang ditambah dengan janji Kemal kepada Caramel untuk teta
Keyra tidak melanjutkan perkataannya karena suara dering handphone milik kakaknya, “Sebentar kakak angkat telepon dulu!”Sedangkan disisi lain, Caramel sudah berada didalam rumahnya dan semua orang pun mengikutinya ke apartemen termasuk dengan Leon dan Alexa.“Caramel, aku tidak main main dengan apa yang aku ucapkan. Aku akan mengambil Emir dari kamu karena kamu sudah tidak bisa merawat anakku!”Caramel yang sudah tidak bisa membendung kemarahannya, dia mendekati Leon dengan tatapan marahnya. “Secara Negara lo bukanlah ayah Emir. Selama ini gue yang merawat Emir sedangkan lo sama sekali tidak pernah merawat Emir dan sekarang lo mau mengambil Emir dari gue? Lo gak tau malu atau gimana?”Leon menganggukkan kepalanya, “Oke, aku emang gak tau malu. Tapi, melihat kelalayan kamu itu aku bisa menjadikan bukti kalau kamu emang gak bisa jadi ibu yang baik. Aku bakalan merebut Emir secara hukum!”“Mamah setuju dengan apa yang kamu bicarakan Leon, bagaimanapun mamah gak bisa percaya lagi dengan
“Maksud mamah bukan salah Caramel iya begitu? Bagaimana pun Emir itu anak aku dan Caramel meninggalkan Emir, dia gak becus jaga anaknya sendiri sampai Emir hilang seperti ini!”Melihat Caramel yang ditunjuk seperti itu oleh Leon, membuat amarah dari mamah Yuni naik. Dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menampar Leon.“Mamah!” jerit Caramel dan Alexa berbarengan.“Mamah apa-apan sih? Kenapa mamah malah nampar Leon? Kenapa mamah nampar suami aku?” tanya Alexa yang tersurut emosi. “Seharusnya yang mamah tampar itu dia, dia sendiri yang gak becus jaga anaknya!”“Karena Leon berhak mendapatkan tamparan itu!”“Mah sudah cukup mah, Alexa dan Leon itu benar. Semuanya gara-gara aku!”“Bagus kalau lo nyadar. Lo tau gak sih, lo itu ngerepotin papah gue!”“Alexa stop!” ucap papah Dion. “Ini bukan waktunya kita bertengkar, dan kamu juga Leon tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu kepada Caramel!”Leon memalingkan kepalanya kearah lain, dia sangat kesal kepada diirnya sendiri dan kepada
Caramel langsung berfikir kalau itu memang orang tuanya. “Iya mbak, sama-sama!” setelah mengucapkan kata itu, Caramel langsung kembali ke tempat duduknya semula. “Loh Emir kemana?”Pikiran Caramel langsung kalut, panik bercampur dengan cemas. Caramel terus berjalan mencari anaknya ke seluruh tempat di taman ini, dia hanya takut kalau ada seseorang yang mengambil anaknya.“Pak mohon maaf saya mau beratanya, apa bapak melihat bayi yang sedang digendong oleh seseorang bapak? Bayi itu memakai pakaian biru?” tanya Caramel pada seorang penjual.“Maaf bu, banyak banget anak kecil atau bayi yang pake baju warna biru. Jadi bapak gak tau, ibu nyari anak ibu bukan?” tanya balik sang penjual bakso.Caramel langsung menggelengkan kepalanya, “Iya pak, saya sedang mencari anak saya!”“Coba atuh bu tanya sama satpam disana, siapa tau anak ibu kerekam di cctv!” kata penjual bakso sambil menunjukkan kearah satpam berada.“Terimakasih pak!”“Sama-sama bu!”Tanpa menunggu lama lagi, Caramel langsung menu
Setelah pergi meninggalkan rumah Alexa, Leon tidak pergi ke rumahnya melainkan ke apartemen miliknya. Apartemen ini sudah lama dia tinggalkan, Leon memang sengaja tidak menjual apartemen ini karena beberapakali juga Leon pernah kesini untuk menenangkan dirinya saja.Leon merebahkan dirinya diatas kasur, dia menatap ke langit-langit kamarnya. Leon teringat kalau dulu dia dan Caramel pernah berada dikamar ini berdua dan tidur bersama disini.Leon merogoh handphone yang ada didalam saku celananya. Dia mencari-cari kontak nomor Caramel lalu dia langsung menekan tombol panggilan. Panggilan pertama Caramel tidak mengangkat teleponnya. Leon langsung mencoba kembali tetapi panggilannya tetap tidak diangkat oleh Caramel.“Kamu lagi sibuk ngurusin anak kita?” gumam Leon sambil menatap layar handphonenya yang berisikan foto Caramel. Leon terkekeh geli, karena dia berbicara pada foto Caramel yang sudah dipastikan tidak akan pernah dijawab.Sedangkan disisi lain, Caramel memang sengaja tidak menga
Alexa mendelik kesal pada papahnya. “Ih kok papah malah kayak gitu. Aku butuh papah untuk merencanakan apa yang harus aku lakukan lagi?”“Apa yang kamu rencanakan?”Alexa dan papah Dion kaget, mereka berdua langsung menoleh ke belakang. Ternyata disana sudah ada Leon yang berdiri dibelakang mereka.Alexa langsung merasa sangat gugup, dia sudah seperti tertangkap basah oleh Leon. Lalu dia melirik pada papahnya, memberikan kode kepada papahnya itu agar bisa mengalihkan Leon. Sementara itu, Leon berjalan mendekat pada keduanya.“Kenapa diam? Apa yang papah dan Alexa rencanakan?” tanya Leon yang curiga.Papah Dion yang mengerti dengan tatapan anaknya pun langsung menjawab pertanyaan Leon. “Ah, kami sedang merencanakan syukuran untuk Kalisa yang baru lahiran. Papah terpaksa membantu Alexa untuk menyiapkan acara nanti, karena papah tau kalau kamu tidak akan mau membantu Alexa!” Leon mengerutkan keningnya, “Apa hanya itu saja?” tanya Leon sambil menatap pada Alexa.Alexa menganggukkan kepal
“Cucu? Cucu jeng Martia ada disini?”“Iya, Emir itu kan cucu saya. Makanya saya sengaja kesini mau jenguk cucu saya!”Mamah Nisa mengibaskan tangannya merasa tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Martia tersebut. “Ah jeng Martia ini emang suka banget yah bercandanya, mana mungkin Emir itu cucu jeng Martia. Kan Emir cucu saya!” jawab mamah Nisa sambil tertawa yang dipaksakan.Mamah Martia menggelengkan kepalanya, “Loh saya gak bercanda jeng, Emir itu emang beneran cucu saya kok. Masa saya bercanda sih?” kata mamah Martia sambil tertawa.Caramel merasa jika saat pernafasannya sedang terganggu, bahkan untuk mengambil helaan nafas juga dia merasa sangat kesulitan. Ini semua tidak sesuai dengan apa yang dia inginkan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh Caramel.Mamah Kemal terlihat sekali kebingungan dengan yang dikatakan oleh mamah Leon barusan. Tetapi tak lama kemudian, mamah Kemal tersenyum. “Ah iya, saya baru inget kan Alexa sekarang jadi menantu jeng Martia. Otomatis an
Caramel dengan langkah pelan menghampiri mamahnya Leon yang tersenyum kecil saat melihat kedatangannya.“Apa kabar Caramel?” tanya mamah Martia. “Kamu baik-baik aja kan?Caramel merasa sangat aneh dengan sikap mamahnya Leon yang terlihat ramah seperti itu kepadanya. Biasanya, dia akan segera mengeluarkan kata-kata pedasnya untuk Caramel. “Aku baik-baik aja tante, tante apa kabar?” tanya Caramel kikuk.“Tante juga baik-baik aja kok!” jawab mamah Martia.“Sebentar tan, aku siapin dulu makanan dan minuman untuk tante!” “Tidak, nanti tante merepotkan kamu!”“Enggak kok tan, sama sekali gak merepotkan. Aku ke dapur dulu!”Caramel pun pergi ke dapur menemui bibi yang ada didapur. “Bi makanan ringan masih ada kan?” tanya Caramel pada bibi.“Masih ada kok non, non mau nyiapin untuk bu Martia?” tanya bibi.“Iya bi, tolong siapin bi!”“Baik non!” lalu bibi pun menyiapkan makanan yang ada, setelah siap kemudian Caramel membawa makanan dan minuman itu ke tengah rumah.“Makasih, Mel. Tante kesini